Burung-burung berkicau riau di pagi hari, semerbak angin mengibarkan gorden karena sang ibu membuka jendela pagi-pagi buta.
Wayo membuka kedua matanya di pagi hari dengan posisi terlentang dan Phana memeluknya erat sembari menyembunyikan wajahnya di leher Wayo demgan dada telanjang mulus.
Wayo sedikit sesak dengan posisi ini, sehingga membuatnya harus membangunkan Phana.
"P'Pha."
"Bangunlah, aku merasa sempit."Tetapinya Phana sepertinya cukup terlelap sekali karena tak dapat dibangunkan.
"Hoih, P'Pha. Bergeserlah sedi ...." Wayo sedikit mendorong Phana dan seketika ucapannya terhenti karena ia melihat Phana bercucuran darah di hidungnya dan tak kunjung menjawab.
Wayo sontak shock seketika dan tak bisa berkata apa-apa lagi.
"P'Pha ..."
Wayo mencoba membangunkan Phana dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"P'Pha ..."
"P'Pha buka matamu P'Pha.?Yo mulai kebingungan saat itu dan bola matanya mulai berkaca-kaca sedih.
"P'Pha!!!" Yo mulai meninggikan suaranya.
"Buka matamu P'Pha. Jangan mempermainkanku lagi!!"
"Hoih, P'Pha. Ini tidak lucu!!"
"Bangun dan buka matamu P'Pha!!!"
"P'Phaaaaaaaa ......."Hoiiihhh ... P'Phaaa!!!
Yo berteriak dan membuatnya terbangun dari tidurnya sendiri hingga terjingkat duduk dan membuat Phana terbangun karena saat itu posisinya memeluk Wayo.
Sejenak Yo bernafas berat karena ia meraaa ketakutan dengab mimpi buruk itu dan mulai berpikiran yang tidak-tidak.
Dan mulai bernafas legah disaat ia tahu bahwa itu semua hanyalah mimpi buruk semata.
Phana bangkit dari tidurnya dan duduk disamping Yo dengan tubuh indahnya itu.
"Yo, apa kau baik-baik saja?" Tanyanya Phana.
"Um. Aku baik-baik saja. Hanya mimpi buruk, phi." Jawab Bas yang malas membahasnya.
"Mimpi buruk, huh?"
"Yang pasti setiap mimpi burukku selalu berhubungan denganmu." Gumam Wayo yang lantas pergu untuk segera mandi.
Mendengar gumaman itu membuat Phana terdiam karena mungkin saja ia sudah membuat Wayo ketakutan hingga terbawa mimpi.
Tiba-tiba ponsel yang ada di atas meja belajarnya pun bergetar, sehingga membuatnya mengambilnya.
Setelah dijawab, ia mendapatkan panggilan masuk dari seseorang. Ia terlihat cukup senang mendapat telfon itu. Telfon dari siapa dan mengenai apakah itu?
Selang beberapa lama kemudian, mereka berdua turun dari tangga dan menghampiri ibunya Phana yang tengah mempersiapkan sarapan.
[Wayo]
"Selamat pagi, ma." Seru P'Pha"Selamat pagi, nak. Selamat pagi, Yo." Jawab sang ibu serta menyapaki juga
"Selamat pagi bibi." Sapanya Yo.
"Ayo kita sarapan dulu, ibu sudah lapar." Ujar sang ibu.
Mereka semua duduk, dan segelas susu mengindahkan meja makan tersebut yang dimana aku langsung mensrusutnya lebih dulu dari yang lain. 😅😅
"Ku do'akan supaya kau tersedak." Celetuk P'Pha yang bergumam.
Dan benar, aku langaung batuk seketika.
"Phana, kau tidak boleh seperti itu." Ujar sang ibu.
"Maaf bibi." Aku lantas meminta maaf.
"Oh ya, Yo. Bagaimana dengan kabar ibumu?"
"Oh, dia baik-baik saja bibi. Semalam dia bilang bahwa ibu ingin menemuimu nanti siang." Balasku
"Tentu bisa. Nanti sebelum aku pergi ke luar kota, aku akan menemui ibumu." Jawab sang ibu.
"Hah? Kau keluar kota?" Phana sedikit kaget.
"Bagaimana bisa kau tidak memberitahuku? Tanyanya Phana yang frontal.Aku tmmengacuhkannya dan asyik makan sendiri dengan nikmatnya, mengacukan ibu dan anak itu.
"Oh, tadi malam ibu ingin memberitahumu. Tapi semalam ibu sudah melihatmu tidur dengan Wayo." Ujar sang ibu.
Dan lagi-lagi aku batuk karena tersedak, mungkin saja ibunya Phana melihat kami berdua semalam.
"Hoih, apa kau baik-baik saja Yo?" Tanyanya sang ibu.
"Tidak apa-apa bibi." Jawabku sembari batuk.
"Oh ya, Yo. Bisakah bibi minta tolong padamu?" Tanyanya wanita paruh baya itu.
"Apa itu, bibi?"
"Tolong jaga Phana untuk beberapa hari ya? Aku akan keluar kota selama beberapa hari kedepan."
Aku terkejut saat itu, apakah ini adalah kejadian yang sama yang akan terjadi nanti? Ingin ku tolak, tapi aku tidak bisa berkata "tidak" untuk menolak permintaannya itu. Dan alasan yang lainnya adalah, aku tidak ingin membuat semakin membebani P'Pha.
Aku sempat melirik kearah P'Pha, dan ia menggelengkan kepala padaku. Tapi bibirku mengatakan ...
"I-iya bibi." Jawabku seketika.
Entah mengapa mata dan bibirku tidak sinkron saat melihat gelengan kepala P'Pha. Dan mengapa kali ini ia menolak, tidak seperti biasanya.
"Huuffttt ..." Sang ibu bernafas kegah.
"Baguslah, jadi ibu bisa meninggalkannya dengan tenang." Ujar sang ibu.Sarapan pagi pun berlanjut saat itu, hingga beberapa jam kemudian Phana sedang mengemudikan mobilnya untuk mengantarkan Yo pulang.
Suasana sunyi karena tak ada yang saling bicara satu sama lainnya. Dan terpaksa aku memulai pembicaraannya.
"Mengapa kau menggelengkan kepalamu tadi?" Tanyaku tapi ia tetap memandang kedepan dengan serius.
"Apa kau tidak mau aku menjagamu lagi?" Tanyaku untuk kedua kalinya setelah ia sempat menolakku saat itu.
"Tidak." Jawabnya dengan satu kata dan ketus.
"Mengapa?" Tanyaku lagi.
"Tidak apa-apa."
Kami tidak berbicara lagi selama perjalanan, hingga disebuah perenpatan jalan ia menghentikan mobilnya karena lampu lalu lintas menyala merah.
"Aku sudah berjanji pada ibumu untuk menjagamu P'Pha." Ucapku.
"Tidak perlu." Sahutnya.
"Tapi aku sudah berjanji padanya ..."
"Sudah ku bilang tidak perlu ya tidak perlu." Sahutnya keras.
Hal itu membuatku terkejut karena ia membentakku lagi seperti dulu.
"Kau hanya bisa berjanji kepada ibuku, tapi kau tidak pernah berjanji padaku." Ujarnya yang masih emosi.
Aku mengerti maksud dari perkataannya itu, tapi ku bisakan diriku untuk berpura-pura tidak mengerti perkataannya. Jantungku sedikit merasa sakit karena bentakannya itu, tapi aku tetap menguatkan diri.
"Apa maksudmu?" Tanyaku.
"Bisakah kau berjanji padaku untuk tetap bersamaku lagi?" Tanyanya yang langsung menjebakku dalam jeratannya.
Bukannya aku tidak mau, hanya saja kala itu aku tidak bisa mengatakan apapun lagi selain menatap kemarahannya. Dan alasan yang lainnya adalah, aku tidak ingin mengecewakannya lagi.
To Be Continue ...
Maaf ya dikit. Soalnya lagi ngeblank. Hehehe 😊😊😊Janji chap selanjutnya bakal panjang, dan cepat update. 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me, P'Pha. [Friday Night]
Fanfiction"Yo. Aku tidak tahu, apa aku bahagia jika aku tidak bertemu denganmu." "P'Pha. Terima kasih karena kau sudah hadir didalam hidupku. Aku tidak tahu, bagaimana hidupku tanpamu."