Namaku Wayo. Wayo Panicyasawat. Sebelumnya hidupku tidak seburuk ini, jika dia tidak hadir didalam hidupku.Hidupku sangat indah, menikmati masa mudaku dengan berkumpul dengan teman-temanku di sekolah. Jauh dari kata percintaan, hanya kata persahabatanlah yang ku tahu.
Sebelum akhirmya malam itu terjadi ...
"Yo, perkenalkan ini teman ibu namanya Kaem dan ini putranya bernama Phana."
Ibunya murah senyum padaku dan bahkan memperkenalkan dirinya dan juga putranya itu padaku.
"Namaku Kaem, dan ini putraku bernama Phana Kongthanin."
Tetapi putranya itu berwajah asam, dan selalu memalingkan pandangan matanya dariku dan ibuku.
Phana Kongthanin. Putra dari teman ibuku.
Disinilah aku mulai merasakan masa-masa yang ku anggsp buruk, karena aku harus dijodohkan dengannya ini.
Apa karena aku jomblo?? Tidak laku??
Bukan seperti itu!! Aku masih ingin menghabiskam waktu bersama teman-temanku, makanya aku tidak ingin berpacaran untuk saat ini.
"Kami sebenarnya sudah lama membicarakan hal ini, dan kami berdua setuju untuk menjodohkanmu dengan Phana." Ujar ibuku.
"Apa?" Sahut pria yang bernama Phana itu.
"Ma, bukankah tujuanmu kemari hanya untuk main ke kawan lamamu saja? Mengapa kau membahas hal ini?" Sambungnya memprotes.Aku juga tak kalah dengannya, aku juga memprotes ibuku sendiri karena aku juga tidak ingin melakukan perjodohan ini.
"Ma, apa-apaan ini?? Mengapa Yo tidak mengetahui hal ini? Mengapa kau tidak bicara padaku dulu??" Gumamku menggerutu pada ibuku.
"Yo .. Nanti ibu akan jelaskan jika kau menerima perjodohan ini." Jawab ibuku.
"Bagaimana Yo bisa menerima jika Yo saja tidak tahu ini akan terjadi? Apa kau ingin menjualku, ma?"
"Tidak sayang." Jawab ibuku.
"Pokoknya, Phana tidak mau ma." Ucap kerasnya pria itu yang membuatku menoleh padanya pula karena ia berdiri dari tempat duduknya.
"Phana tidak mau. Phana tidak siap." Imbuhnya."Bibi, maafkan Phana. Phana tidak siap menjalankan perjodohan ini." Ujarnya pria itu yang meminta maaf pada ibuku.
"Tidak apa. Aku bisa mengerti. Itu karena kalian belum saling mengenal" Jawab ibuku.
"Terima kasih atas pengertianmu." Ucapnya.
"Ma. Ayo kita pulang sekarang." Pintanya.
"Selamat malam." Salamnya pada ibuku kemudian."Selamat malam." Jawab ibuku.
Pria itu lantas pergi dari sana meninggalkan ibunya yang masih duduk dikursi.
"Gwen, maafkan putraku ya?" Ucap ibunya meminta maaf pada kami.
"Tidak apa, Han. Aku mengerti bahwa ini terlalu mendadak bagi putra kita berdua." Jawabnya ibuku yang bukannya membatalkan melainkan memakluminya. Apa-apaan ini? Dasar, ibu tidak peka 😒😒.
"Kita akan bicarakan hal ini lain waktu ya?? Aku pergi dulu." Ucapnya sembari berdiri dan membuat kami berdua berdiri pula.
"Baik, Kaem." Jawab ibuku.
"Swadii khaa~" Salamnya pada kami.
"Swadii khaa." Jawab ibuku.
"Swadii krub." Jawabku pula.Dan malam itu pula tidak menjadi akhir bagi hidupku.
Setelah aku dan ibuku berdiskusi panjang lebar mengenai hal ini ia justru malah memintaku untuk menemaninya tinggal dirumahnya, karena ibunya akan menemani ayahnya bekerja di luar kota.
Shiaaa ... Apa-apaan ini?? 😩😩
Tapi, atas nama orang tua. Aku melakukannya untuk nama ibuku. Dan pagi harinya, Aku diantar oleh kedua temanku. Ming dan Kit. Dan lagi-lagi aku selalu menjadi candaan mereka karena hal ini.
"Ai'Yo. Hidupmu sangat lucu. Kau seperti cerita dalam dongeng. Perjodohan. Apa-apaan itu." Ledeknya Ming yang menertawaiku.
"Errr, iya. Dan bodohnya kau mau saja diminta ibumu untuk menemani pria yang bernama Phana itu selama ibunya pergi keluar kota??" Sambungnya Kit.
"Kau tahu, bukan?? Aku tidak bisa berkata tidak pada ibuku??" Jawabku.
"Errr ... Tapi kau memiliki hak untuk itu, bodoh." Celetuk Ming
"Mumpung ini hari minggu. Biarkan kami menemuinya juga, ya?" Seru Kit.
"Boleh." Jawabku
"Tidak." Sahut Ming.h
"Biarkan mereka berkenalan dulu. Kau jangan mengganggunya." Ujar Ming"Oh, iya ya." Ucap Kit.
Aku masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Tapi mengapa ini harus terjadi padaku??
Dan apa jadinya nanti jika aku tinggal dengan pria yang bernama Phana itu nanti??
😩😩😩😩😩😩
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me, P'Pha. [Friday Night]
Fiksi Penggemar"Yo. Aku tidak tahu, apa aku bahagia jika aku tidak bertemu denganmu." "P'Pha. Terima kasih karena kau sudah hadir didalam hidupku. Aku tidak tahu, bagaimana hidupku tanpamu."