Dimalam hari setelah bertemu dengan Yo, Phana duduk dipinggiran tempat tidurnya menatap sebuah kantung plastik berwarna putih sembari mengeringkan rambutnya yang basah setelah mandi dengan handuknya.
Sedangkan Wayo sendiri berdiri didepan rumah Phana tanpa sepengetahuan siapapun. Ia masih memikirkan kedatangan Phana di apotek tadi.
'Phi Pha. Seharusnya ini tidak mungkin terjadi. Ku kira kau akan baik-baik saja jika kita berpisah, tapi .... semua perkiraanku salah. Justru aku semakin membuatmu kesakitan.
Apa yang harus ku lakukan P'Pha?'
Setelah beberapa saat berdiri menatap jendela kamar Phana dari luar, Wayo balikan badannya dan hendak berjalan pergi dari sana.
Tetapi terlebih dahulu Phana nongol dijendela untuk menikmati udara segar tetapi ia justru nampak bingung dengan melihat Wayo disana.
Ia kerutkan dahinya dan sedikit menaikan alisnya karena ia bingung, apa yang sedang Yo lakukan disana malam" seperti ini.
"Yo." Panggilnya Phana dari jendela kamarnya dengan sedikit keras.
Mendengar suara Phana yang memanggilnya, Wayo pun berhenti dan membalikan badannya dan setelah itu ia bingung sendiri saat terlihat oleh Phana.
Selang beberapa menit menemui Wayo di luar, Phana mengajaknya masuk dan membiarkannya menginap dirumahnya karena ini sudah lewat tengah malam.
Wayo yang duduk diranjangnya Phana pun memandangi kantung plastik yang ada diatas laci disamping ranjang Phana itu dengan tatapan kosong.
Tak lama kemudian Phana masuk karena ia membawakan Wayo secangkir teh hangat dimalam yang dingin ini. Phana berjalan dan setelah itu ia duduk di pinggiran kasurnya dan memberikan secangkir teh hangat itu kepada Wayo.
"Minumlah ini, supaya kau hangat." Ujar Phana sembari menawarkannya.
Tetapk Wayo sama sekali tidak menjawab dan terus memandang kosong kearah kantung plastik kosong yang entah apa isinya.
Phama juga melihat kearah hal yang sama, dan ia tahu apa yang kini tengah di pikirkan Wayo.
"Yo ..." Ucap Phana belum terselesaikan.
"Apa menurutmu ini adalah salah, Yo?" Tanyanya Wayo menyahuti langsung.
Phana sedikit bingung dengan ucapan bocah ini, tetapi ia mengerti betul apa yang diucapkannya.
"Minumlah teh-mu ini. Aku sudah membuatkannya untukmu." Ujar Phana mencoba mengalihkan pembicaraan.
Tetapi Yo diam saja dan setelah itu berkata,,
"Yo sudah terlalu banya menuangkan kopi hitam didalam cokelat panasmu, phi." Ucap Yo dengan pandangan kosongnya itu.
"Dan sekarang Yo membuatmu merasakan kepahitan itu." Sambungnya dengan isak sedihnya.Maksudnya Wayo adalah kehadirannya dikehidupan Phana sangatlah buruk baginya, dan sekarang Phana yang harus merasakan keburukan itu.
Phana ambil kantung plastik itu dari tempiatnya dan menggantikannya dengan secangkir teh hangatnya Yo.
"Kau tidak perlu khawatir tentang itu, aku akan menemukan gula supaya kopiku tidak terasa pahit lagi." Ujar Phana.
Yo tidak bisa berkata apapun lagi selain merasa mempersalahkan hidupnya yang hadir membebani Phana.
"Sudah, tidurlah. Ini sudah larut malam." Ujar Phana.
Kala itu semua lampu sudah dimatikan hanya tertinggal lampu tidur yang menyala. Phana letakan kembali kantung obatnya di tempat semula setelah itu berbaring membelakangi Wayo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me, P'Pha. [Friday Night]
Fiksi Penggemar"Yo. Aku tidak tahu, apa aku bahagia jika aku tidak bertemu denganmu." "P'Pha. Terima kasih karena kau sudah hadir didalam hidupku. Aku tidak tahu, bagaimana hidupku tanpamu."