You Belong To Me

1.4K 145 14
                                    

Itulah kehidupanku ...
Dan mulai malam itu saat aku duduk di pagar balkonnya sembari menggantungkan kaki diluar.

Angin sepoi-sepoi menerpaku yang sedang kencang kala itu, ku nikmati pemandangan kota sembari memikirkan bagaimana caranya supaya aku bisa membuatnya meminum obat itu.

*Beeep ... Beeep ...*

Ponsel yang sedari tadi ku pegang berdering karena si Bas menelfonku, lebih tepatnya ia memvideo call diriku.

"Swadii, Bas." Salamku.

"Heh, bodoh. Gara-gara kau besok aku harus kerumah mama." Ucapnya yang mengomel.

"Ow, gara-gara aku? memang apa yang telah ku perbuat? Aku tidak mengatakan apapun pada mama." Ucapku yang heran.

"Gara-gara kau menerima perjodohan itu, aku harus memprotes mama karena hal ini."

"Hoih, tidak perlu."

"Dasar bodoh, kau ini punya hak untuk menolaknya."

"Tapi bagaimana jika aku tidak bisa menolaknya." Sahutku.

"Maksudmu?"

"Bagaimana jika memang aku mengasihaninya." Jelasku.
"Aku merasa kasihan pada ibunya. Ibunya hanya menginginkan hidup P'Pha lebih berarti seperti kebanyakan orang, Bas." Sambungku berujar.

"Yo, jangan katakan bahwa kau sudah mulai jatuh cinta pada pria itu?"

"Hoih, tidak seperti itu."

"Dia dan kau terpaut usia yang 4 tahun, dan kau bilang bahwa kau tidak menyukai pria. Lantas hubunganmu dengan Mo bagaimana?!!"

"Bas ..."

"Wayo ..." Sahutnya.
"Aku tahu. Cinta tidak memandang usia ataupun jenis kelamin, tapi pikirkanlah memiliki hubungan dengan dua orang sekaligus itu tidak baik. Bagaimana jika kau tidak adil pada salah satunya." Ujarnya.

"Tapi ..."

"Yo, besok malam kau harus temui aku begitu aku sampai dirumah ibu. Mengerti?" Paksanya.

"Errr ... Baiklah." Jawabku.

"Yasudah, ku tutup telfonnya. Jangan tidur terlalu malam, dan ingat fokuslah pada pelajaranmu." Ujarnya menegurku.

"Iya."

"Selamat malam, Yo."

"Selamat malam, Bas."

Lalu ia pun lantas mengakhiri telfonnya dan setelah itu tak lagi yang perlu ku pikirkan, aku berjalan masuk kekamar untuk beristirahat.

Aku dan Bas memang selalu bertengkar, wajar karena kami saling iri satu sama lain.

.
.
.

Dan keesokan harinya, aku terbangun dari tidurku dan hal yang membuatku terkejut adalah aku tidak melihat P'Pha disampingku.

Langsung saja aku cari disekitar rumah sambil membawa botol obatnya untuk membujuknya meminum lagi. Ternyata ia sedang berenang di kolamnya dengan segar. Aku berjalan ke tepi kolam dan memintanya keluar sebentar.

"Ow, kau." Ucapnya begitu melihatku.
"Kenapa? Kau ingin berenang? Berenang saja." Sambungnya.

"Bisakah kau keluar sebentar??" Pintuku.

"Kenapa?"

"Keluarlah."

Lalu ku lihat ia keluar dari kolamnya dan berjalan mendekatiku.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Kau harus minum obat ini." Desakku.

Lalu ketika kembali menampis obat itu lagi, aku mengelakinya sambil ia berkata "Sudah ku katakan aku tidak mau."

Stay With Me, P'Pha. [Friday Night]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang