kang seulgi

14.6K 1K 33
                                    

Seulgi POV

matahari bersinar terang, cahaya masuk melewati celah dari jendelaku, masuk ke mataku, dan mengganggu tidur nyenyakku.

Karna sinar Mentari yang makin lama semakin terang, mau tak mau aku pun memaksakan kesadaranku.

Aku melihat jam di sebelah meja dekat tempat tidurku. Waktu masih menunjukan jam 06.25,sedangkan sekolahku masuk jam 8.

Aku bangkit dan meregangkan beberapa ototku, lalu menguap beberapa kali.

Aku pun mandi, dan menyiapkan seragamku. Lalu aku turun dan menuju kedapur, hendak memasak makanan.

Aku pun melihat sekeliling

'Ah.. Sudah pulang rupanya.'

"Mahhh bangunn sarapan sudah siapp" ucapku sedikit keras, seraya membangunkan ibuku yang sepertinya baru pulang tengah malam.

Mendengar tak ada jawaban, aku pun beranjak ke kamar ibuku, "mah bangun, sarapan dulu yu terus abis itu tidur lagi" ucapku pelan, sembari sesekali mengguncang bahu ibuku.

"Hmhhm" ibuku menggumam, lalu akhirnya bangkit dan berjalan kemeja makan.

Aku hanya bisa tersenyum, karna ibuku ini adalah seorang wanita yang sangat pantang menyerah, dan selalu bekerja keras demiku, dan demi adik kecilku.

Aku hidup hanya bertiga, ayahku sudah pergi bersama istri barunya, dan meninggalkan kami tanpa uang sepeser pun, dan itu membuat ibuku bekerja paruh waktu sebanyak yang ia bisa, untuk membantu menyekolahkanku, dan adikku.

Aku pun terkadang membantu ibuku bekerja, agar ia tak terlalu lelah. Dan aku pun mengambil beberapa pekerjaan paruh waktu secara diam-diam agar aku bisa membantu ekonomi keluargaku.

Setelah selesai membangunkan ibuku, aku beranjak membangunkan adik kecilku. Ia masih sd, jadi setelah ini aku mengantarnya ke sekolah, barulah aku berangkat.

Saat aku membuka pintu kamarnya, ia sudah rapih dengan seragam dan senyuman cerahnya, yang membuatku bersyukur, karna memiliki adik yang sangat mandiri.

Dia tersenyum kearahku, lalu menggandeng tanganku ke meja makan.

Kami makan dengan khidmat, ibuku memberikan kami berdua makan lebih banyak, ia bilang ia tak mengapa makan sedikit.

Aku pun memberikan sedikit bagian ke ibuku dan adikku, sembari tersenyum.

Aku mengelus pucuk kepala adikku, lalu kami lanjut makan lagi.

Setelah selesai, aku bersiap-siap dan berpamitan dengan ibu kami, lalu berangkat sekolah setelah mengantar adikku.

"Dek, hari ini kakak gak bisa jemput. Gak papa kan?" ucapku sembari berjongkok, mensejajarkan tinggiku dengannya.

Ia tersenyum lembut, lalu mengusap kepalaku dengan tangan mungilnya, mencoba meniru gerakanku.

"Gak papa kak! Aku udah mandiri, semangat kerjanya ya nanti, dah kak" ucapnya lalu mengecup pipiku.

Aku tersenyum, lalu melangkahkan kakiku menuju sekolah.

Sesampainya disekolah, waktu masih menunjukan jam 07.45,dan syukur aku tidak terlambat.

Saat aku melangkahkan kakiku memasuki koridor, hendak menuju kelasku, seseorang menjegal kakiku, membuatku terjatuh.

Kulihat orang itu tertawa bersama teman-temannya, dan aku hanya bisa memungut kembali buku-bukuku, lalu pergi dari situ.

Tapi lalu orang tadi, menarik tasku.

"Mau kemana hm? Kita kan belum selesai mainnya~" ucapnya pelan dan aku bergidik ngeri mendengarnya.

Ya, inilah keseharianku. Tiap pagi, aku akan dikerjai oleh mereka, tapi aku tak bisa apa-apa, karna mau bagaimanapun, mereka tidak akan pernah dapat masalah, dan jika aku melaporkan mereka ke guru, malahan aku yang mendapat masalah.

Gadis yang tadi mencengkeram kerahku, tersenyum miring, dan menaruh telunjuknya di dagunya, sembari seperti memikirkan sesuatu.

"Hmm.. Hari ini enaknya diapain ya..?" ucapnya, sembari melihat kearah teman-teman se-gengnya.

Author POV

Seulgi hanya menatap kebawah, air mata sudah siap jatuh dari mata indahnya, tetapi ia tahan.

Irene, sang gadis yang masih tersenyum miring menatap seulgi, adalah salah satu, atau bisa dibilang, queen bee sekolahan.

Gadis cantik, namun sifat yang buruk.

Ia memiliki geng disekolahnya, bersama joy, yeri, dan juga wendy. Lalu ada jisoo, dan juga jennie.

Mereka termasuk jajaran anak orang kaya, orangtua mereka memiliki kekayaan yang melimpah ruah, seakan-akan mereka selalu mandi menggunakan uang.

Karna faktor itulah, mereka kurang terdidik dan menjadikan mereka seperti sekarang ini, berandalan.

Seulgi? Dia hanyalah gadis dengan jiwa yang besar, dan seorang pekerja keras. Ia tidak pernah berbuat jahat kepada siapapun, walau memang dia tak punya teman.

Tidak ada yang berani berteman dengannya, karna geng milik irene inilah, semua murid takut mendekati seulgi. Mereka takut akan ikutan ditindas juga.

Seulgi selalu pasrah, karna memang tidak ada yang bisa ia lakukan.

Jujur saja, seulgi bukanlah gadis kaya, bahkan, kehidupannya sangatlah terpuruk setelah ayahnya, meninggalkan keluarganya tanpa hati.

Walaupun begitu, seulgi tidak membenci ayahnya.

Oh ayolah, ia terlalu baik untuk dunia ini. Kenapa ia mendapatkan bagian tidak enak?

Sudah miskin, makan pun susah, sekolah ia harus kerja keras, ditindas.

Dan, masih ada masalah lain lagi.

Seulgi tidak mengerti, apakah ia pantas diperlakukan seperti ini?

Apa kesalahannya dulu?

Dan tiba-tiba pipinya terasa perih, karna irene baru saja menamparnya.

"Heh! Jangan bengong lo! Perhatiin kalo orang lain ngomong!" teriak irene sembari masih menampar pipi seulgi keras.

Seulgi hanya bisa meringis dan menahan rasa perih yang ada di pipinya yang kini mulai memerah.

Lalu, terasa tangannya seperti ditarik, seulgi hanya bisa pasrah.

Lalu badannya pun terlempar, dan ternyata ia diceburkan ke kolam.

Satu hal, ia tak bisa berenang.

Dan kolam ini, termasuk kolam yang dalam. Tanpa perlu waktu lama pun, seulgi tenggelam, sedangkan geng irene tanpa hati malah menertawakan dirinya yang sedang berusaha berenang.

Mereka meninggalkan seulgi sendiri, dan untung saja ada ranting pohon yang cukup kuat untuk menarik seulgi.

Mungkin, di cerita hidup orang lain, di saat seperti ini, akan ada yang menolongnya, lalu melindunginya, dan mereka jatuh Cinta, kan?

Tapi tidak di hidup seulgi. Ia harus menyelamatkan dirinya sendiri, melindungi dirinya sendiri, dan berusaha sendiri.

Itulah hidup.

Tapi seulgi pun selalu bersyukur. Kini dirinya yang telah keluar dari kolam, menggigil kedinginan. Ia mengambil jaketnya yang berada di tas miliknya. Untung saja tasnya tidak ikut tercebur, jika iya, mungkin seulgi akan kedinginan setengah mati disini.

Seulgi memegang dadanya, yang mulai terasa sakit.

Ia mengernyit kesakitan.

'Ah, harusnya aku menurut..' batin seulgi. Lalu dengan gontai ia berjalan menuju kamar mandi.

Dan sialnya, geng irene sedang berada di kamar mandi.

Wah, bicara soal timing.

Irene dan yang lainnya menyeringai saat menatap seulgi.

Seulgi membelalakan matanya, tapi lalu tangannya ditarik.

'Hari yang panjang.. '

do you feel it too? (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang