who knows

8 1 0
                                    

Aku menoleh pada Adan. "Diki dimana?"tanyaku panik. Aku berbalik dan masuk kedalam sekolah berlari kesana kemari sambil meneriakkan nama Diki. Dia tidak ada dimana pun.Aku terduduk lemas.

"Udahlah,gag usah khawatir mungkin dia udah pulang duluan"ucap Adan yang sudah ada di sampingku dia menepuk puncak kepalaku pelan dan tersenyum menenangkan.

"Tapi,dia masih 7 tahun Dan,gimana bisa pulang sendiri?"ucapku dan akhirnya aku menangis.

Adan memelukku dan mengelus rambutku. Lalu setelah aku sedikit tenang dia mengurai pelukan kami.

"Kita pulang dulu lihat Diki dirumah apa enggak?"ucap Adan dan aku menganggukinya. Aku berjalan dengan lemah disamping Adan.

Sungguh aku sangat khawatir dengan keadaan Diki adikku yang satu itu walaupun suka nyebelin tapi aku sangat sayang padanya. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Mungkin kalian bertanya kenapa aku bisa sekhawatir ini sama dia. Itu karena dulu waktu umur Diki 5 tahun aku ngajak Diki kesupermarket dekat perumahan untuk beli Snack,untuk bisa kesupermarket itu kita harus lewat jalan raya,saat itu aku sibuk mengambil Snack dan tidak memperhatikan Diki.

Dia sudah tidak ada di sampingku lagi. Saat aku sadar aku hanya berpikir dia mungkin sedang bermain-main disini. Tapi saat aku melihat pintu terbuka saat ada yang masuk aku melihat Diki keluar segera saja kukejar dia tapi terlambat,saat aku berlari kearahnya sebuah mobil sudah menuju kearahnya dan akhirnya Diki terserempet mobil.

Diki jatuh tak sadarkan diri dijalan dan aku yang sudah sangat panik tidak bisa melanjutkan langkah kakiku aku hanya melihat banyak orang berdatangan membantu Diki dan akhirnya seseorang yang selanjutnya kuketahui sebagai Tante tari yang ternyata mengenali Mama dan Diki akhirnya menelepon Mama dan aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai kerumah saat itu.

Hari selanjutnya,aku diberitahu kalau Diki tidak terlalu parah  dia akan segera sembuh   dan ya setelah  3 hari penuh akhirnya dia sadar juga tapi aku merasa sangat sangat bersalah meski Diki tetap tersenyum padaku. Sekarang saat mendapati Diki menghilang dari sekolah kenangan itu kembali datang membuatku sangat khawatir sekali.

Saat Adan melajukan motornya aku hanya menangis saja.

"Udah jangan nangis lagi. Diki itu pintar walaupun masih 7 tahun"ucap Adan.

"Dia kan udah kelas 5 SD"ucap Adan lagi. Ya harus kuakui adikku itu sangat pintar di umur yang bahkan masih 7 tahun dia sudah kelas 5 SD. Dia ikut kelas akselerasi.

Aku baru mengingatnya. "Astaga dragon!!!Kok aku bisa lupa sih?"ucapku. "Iya benar. Diki itu anak yang pintar pasti dia baik-baik aja"ucapku menghentikan tangisan ku.

Ku tepuk pundak Adan,"makasih Dan udah ngingetin"ucapku kemudian tersenyum ceria.

"Terserah deh"ucap Adan. Apa yang salah? Tapi ya sudahlah.

Akhirnya kami sampai di depan rumah Adan dan aku turun.

"Makasih Dan"ucapku.

Adan mengangguk. "Gag perlu ditemani?"tanya nya.

Aku menggeleng,"gag perlu"ucapku. "Ok,aku masuk"ucap Adan dan masuk kerumahnya. Aku berbalik ingin kerumahku.

Dukk

"Aww"ucapku memegang keningku.

Aku mendongak "maaf"ucapku,aku tidak akan memperpanjang masalah ini karena aku ingin segera pulang dan memeriksa apakah Diki sudah ada dirumah atau belum.

Aku segera berlalu,tapi orang itu yang mungkin membuat keningku sakit malah mencekal tanganku.

"Apa?"tanyaku.

GEMINIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang