Aku akan pergi,"mau ditemani?"ucap Adan dan Vandora bersamaan. Aku mengernyitkan kening.
"Ni,aku pergi ya"ucap Revan berjalan dari antara Vando dan Adan kemudian mengacak rambutku sekilas. Aku melihat kepergiannya. Aku...kecewa.
Entahlah kenapa. Apa karena bukan dia yang mengajukan pertanyaan itu?. Aku menghentikan pemikiran ku dan melihat pada Adan dan Vandora.
"Gag usah,aku kan cuma mau keruang kepala sekolah. dekat kok"ucapku.
"Ya udah"ucap Adan.
"Aku pergi ya"pamitku.
Aku masuk ke ruang kepala sekolah. "Ada apa ya pak?"tanyaku.
"Begini,sekolah kita diundang untuk ikut kegiatan Pramuka 3 bulan lagi. Saya dengar kamu sering ikut kegiatan Pramuka. Jadi,saya memutuskan kamu akan jadi perwakilan sekolah kita"ucap pak Wiyardi.
Kuanggukkan kepalaku,"Baik pak,tapi apa hanya saya saja?"tanyaku.
"Tidak. Ada 10 orang dan 9 lainnya kamu saja yang ajak karena kegiatan Pramuka seperti ini kurang banyak yang meminati"ucap Pak Wiyardi.
"Baiklah pak,kalau begitu saya permisi ya pak"ucapku yang dibalas anggukan oleh pak Wiyardi.
Sekolah sudah berakhir sejak 7 menit yang lalu. Aku sedang berada di depan gerbang menunggu bang Raga dan untunglah bang Raga sudah memperlihatkan depan mobilnya.
Bang Raga berhenti tepat di depanku. Aku langsung saja masuk.
"Ki,wajah tuh jangan dibuat seram"ucapku begitu duduk. Diki diam saja tak merespon. "Bang,nih bocah satu kesambet ya?"ucapku.
Bang Raga melajukan mobil terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan ku.
"Mereka ulangan trus dia dapat nilai 99 di matematika"ucap Bang Diki.
Kulirik Diki dengan horor. Diki menatap ku siap menerkam tapi karena apa dia mau menerkamku.
"Ini semua karena kakak tadi gag biarin aku baca buku matematika ku. Ada ulangan mendadak".
"Diki,kamu melewatkan jadwal pemeriksaanmu ya? Jadi kumat begini? Itu nilai kamu 99 Diki. Kakak aja yang juara umum di sekolah paling tinggi dapat 90"ucapku.
"Iya itu kakak bukan aku. Coba aja kakak gag bikin kesal pagi-pagi aku gag bakal salah nulis angka"ucap Diki bersikeras.
"Apa? Jadi kamu nyalahin kakak?"ucapku kesal. Tiba-tiba saja aku menangis. Kontan bang Raga menghentikan mobil.
"Kok nangis sih Ni?"tanya bang Raga.
Aku tidak menjawab. Aku sendiri tidak tahu tapi pasti karena datang bulan. Oh,malangnya aku. Bahkan sekarang perutku terasa sangat melilit.
"Kak,maafin Diki deh"ucap Diki. Kulihat dia merasa bersalah melihatku menangis.
Karena tak kunjung berhenti,Bang Raga memelukku. "Udah,Diki gag serius kok"ucap Bang Raga.
Akhirnya tangisku berhenti. "Aku lapar"ucapku. Bang Raga melepas pelukannya,"ya udah 3 menit lagi nyampe kok" ucapnya.
"Dik,buatin kakak coklat panas ya"ucapku. Diki mengangguk dan setelahnya,Diki dan bang Raga saling pandang dan menelan ludah mereka.
"Kalian kenapa?"tanyaku.
"Eh,gag kok kak,kakak gag lagi datang bulan kan?"tanya Diki sepertinya penuh harap.
"Aku emang lagi datang bulan. Emang kenapa?"tanyaku lugu.
"Mampus deh kita Ki "ucap Bang Raga.
Saat yang kutunggu pun tiba malam ini aku akan menginap dirumah kak Hana. Aku tidak melihat Diki atau Bang Raga setelah makan siang.
"Ki,Bang Raga"panggilku didepan kamar Bang Raga. Kuputar knopnya. Terkunci. Apa-apaan ini? Padahal aku ingin diantar mereka biar ada yang bawain tasku. Huh,dasar nyebelin.
"Ki,Bang Raga"kupanggil sekali lagi dengan keras. "Kenapa Ni?"sahut Bang Raga.
Ini kenapa dikunci? Aku mau pergi loh"ucapku. "Gag kenapa-kenapa Ni,ya udah pergi aja hati-hati ya"ucap bang Raga.
Aku mengeluarkan kunci dari sakuku dan sekejap saja pintu sudah terbuka.
Kulihat Diki dan Bang Raga terkejut dan menelan ludah. "Kalian kok kayak takut sama aku sih"ucapku lalu tertawa.
"Bang,katanya Kak Nat gag akan bisa masuk"bisik Diki yang masih bisa kudengar.
"Oooh,jadi kalian sengaja kunciin pintu buat ngehindar dari aku"ucapku.
"Gag kok Ni"ucap Bang Raga cengengesan. "Alah,gag usah bohong. Intuisi cewek itu kuat sekuat besi"ucapku.
"Ya,mau gimana lagi Kak,kan kita juga pengen selamat"ucap Diki.
"Selamat? Emang aku bakal apain kalian?"tanyaku.
"Dek,jangan salah paham dulu ya. Kan kamu lagi datang bulan dan pasti setiap kamu datang bulan pasti kamu bakal nyiksa kita"ucap bang Raga.
"Hah?nyiksa? Kapan aku nyiksa kalian coba?"ucapku tidak terima.
"Kakak gag ingat? Bulan lalu kakak tiba-tiba nyuruh aku nyembunyiin remot tv. Pas udah aku sembunyiin dan kakak nyari dan gag ketemu. Kakak nangis gag jelas seharian sambil bilang,'Diki kok jahat banget,kakak sendiri mau nonton remot nya malah disembunyiin?"ucap Diki.
"Hah? Aku kayak gitu?"tanyaku. Diki mengangguk. Aku bergeleng,"gag mungkin".
"Ni,lebih parah Abang bulan kemarin. Kamu minta dompet trus pas dikembalikan isinya udah gag ada. Isinya 500 ribu loh.pas nanya kemana,kamu malah bilang kamu terbangin dari atas kamar kamu lalu kamu bilang gini,'kan aku lagi buat pertunjukan bang biar keren. Abang gag marah kan?"ucap bang Raga.
"Dan jangan lupa kamu nampar Abang setelah itu dan bilang,'pertunjukan terakhir"lanjutnya.
"Ih,kalian ngarang deh.mana mungkin aku kayak gitu"ucapku.
"Tapi,aku punya permintaan"ucapku. Diki dan Bang Raga langsung saling pandang dalam kengerian.
"Aku mau kalian temanin aku nginap di rumah Kak Hana. Nonton maraton Drakor dan satu lagi kalian harus nangis apapun jenis filmnya nanti"ucapku. Bang Raga dan Diki langsung berbaring dan menarik selimut menutup seluruh tubuh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINIAN
RandomIni cerita tentang perempuan berzodiak Gemini. Oh, bukan itu persoalannya tapi ia juga adalah seorang yang sangat percaya pada zodiak seseorang. Dia juga sangat suka menghubungkan semua aspek kehidupannya dengan zodiak yang ia miliki walaupun belum...