Namaku Aya, nama panjangnya Ayaila Mirani, aku sahabat Gemini dan Karin. Dan seperti yang kalian ketahui sebelumnya aku akan dijodohkan dengan seorang lelaki yang tidak aku kenal.
Hari pernikahan itu adalah besok. Aku ingin Gemini dan Karin ikut dalam pernikahan ku ini, tapi pernikahan ini diadakan di luar kota di tempat kediaman lelaki itu.
Aku belum pernah bertemu dengannya. Aku merasa sangat tidak adil jika hal seperti ini terjadi padaku. Padahal aku bukanlah anak yang manja dan suka berbuat nakal. Lalu,kenapa hal ini bisa terjadi padaku?
Padahal selama ini aku banyak membaca cerita tentang perjodohan di novel, namun aku tidak menyangka hal itu terjadi padaku.
"Kamu udah siap-siap?"tanya mama Kofi yang ternyata sudah berdiri di depan pintuku entah sejak kapan. Kupikir aku terlalu asik berkelana dalam alur di dalam otakku.
"Udah ma" jawabku lesu. "Sayang jangan ga semangat gitu, kamu kan udah mau nikah sayang harus lebih semangat dong" ucap mama.
"Tapi kan aku ga mau nikah ma..." Ucapku sembari menghela nafas. "Sayang mama mau ceritain sesuatu sama kamu" ucap mama terlihat serius.
Aku melihat mama,"cerita tentang apa ma?" tanyaku. Mama berjalan ke arahku dan duduk di sampingku memulai ceritanya.
"Mama kemarin periksa ke dokter dan mama positif kanker" ucap mama.
"Mama harus menjalani perawatan dan mama ga bisa tinggalin kamu sendiri tanpa ada yang menemani kamu, papamu juga sudah lama meninggalkan kita berdua" jelas mama.
Aku yang mendengar penjelasan mama sangat syok dan air mata sudah tidak lagi bisa kubendung," Ma,mama bercanda kan? Gak mungkin mama mengidap kanker, Mama ga boleh ninggalin Aya ma" ucapku dengan suara gemetar.
Mama memelukku erat. "Mama ga akan ninggalin Aya, Mama akan menjalani perawatan dan pasti akan sembuh sayang" ucap mama.
"Tapi, mama ga bisa pergi buat jalanin perawatan kalau Aya ga ada yang menemani" ucap mama. Akupun menghapus air mataku. Tidak seharusnya aku seperti ini, sudah seharusnya kalau aku yang menyemangati mama dan bukan mama yang berusaha buat menenangkan aku.
"Ma,mama tenang aja, Aya akan menikah sama Kak Figo dan mama ga perlu khawatir sama Aya, Aya bakal baik-baik aja dan mama harus jalani perawatan mama dengan baik" ucapku.
Mama tersenyum lalu kami berangkat sore itu ke tempat seseorang yang akan menjadi suamiku. Aku sedih akan melepaskan masa remajaku seperti ini,namun yang pasti aku akan jauh lebih sedih kalau terjadi sesuatu kepada mamaku. Tidak ada lagi yang kupunya selain mamaku.
Waktu begitu cepat berlalu sampai waktu akhirnya membawaku pada hari ini, hari dimana aku akan terikat sebagai isteri seseorang. Janji pernikahan akhirnya terucap oleh kami berdua, aku dan juga kak Figo.
Kesan pertama yang aku dapat dari kak Figo adalah kak Figo itu lelaki yang dingin dan juga cuek. Seperti ada benteng besar yang mengelilingi dirinya. Ada aura yang begitu kuat yang membuatku merasa tidak sanggup mendekatinya. Namun, melihat mama, aku berusaha menepis semua itu dan berusaha mengenal sosok kak Figo.
Respon kak Figo terhadapku tidak bisa dibilang baik. Untungnya, dia menunjukkan respon tidak baik itu hanya jika aku dan dia saja yang menyaksikan.
Akhirnya, pesta pernikahan itu selesai juga. Sekarang aku sudah sah menjadi seorang isteri. Aku melihat binar bahagia pada manik mamaku sepanjang acara pernikahan itu. Lalu keesokan harinya mama pergi untuk menjalani pengobatannya, dan aku juga kak Figo kembali ke kotaku dan tinggal di rumahku.
"Kak, makan malam sudah siap" ucapku memanggil kak Figo yang sedang sibuk di depan layar komputernya. Kak Figo melirikku sekilas lalu melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda olehku. Aku menghela nafas, lalu berjalan ke dapur. Aku melihat makanan yang sudah kubuat dan aku memakannya sendiri tanpa kak Figo.
Selesai makan aku kembali ke kamar dan kak Figo masih dalam posisi yang sama seperti terakhir aku melihatnya.
"Kak, aku tidur duluan ya" ucapku yang meskipun aku sudah tahu tidak akan mendapat balasan apapun.
Aku memejamkan mataku dan berharap waktu akan berjalan secepat ia berjalan membawaku pada situasi ini.
Aku mengucek kedua mataku dan melihat ke sebelah kananku dan tidak ada siapa-siapa. Aku bersiap akan pergi ke sekolah dan saat aku keluar dari kamar, kulihat kak Figo yang tertidur di sofa ruang tengah. Aku yang melihat hal itu merasa bingung.
Sebegitu bencikah dia padaku? Tapi mengapa dia bisa sebegitu benci padaku? Atau apakah dia sebegitu tidak suka pada perjodohan ini? Jika seperti itu bukankah seharusnya dia mengatakan secara terus terang? Atau dia sudah mengatakannya tetapi Mama Nana dan Papa Hoya tidak mendengarkannya?
Aku tidak ingin terlena dalam alur otakku di pagi ini, aku melangkah menuju dapur dan mempersiapkan makanan untukku dan juga untuk kak Figo. Sebelum pergi ke sekolah aku meninggalkan sebuah catatan di atas meja makan.
"Kak aku pergi ke sekolah, ini aku sudah membuat makanan" begitu bunyi catatan itu.
Lalu aku melangkah keluar dan pergi ke sekolah, namun saat meraih gagang pintu ada sepasang tangan yang melingkar di pinggangku.
" Aku akan mengantarmu ke sekolah" entah apa yang dia lakukan. Nafas nya begitu terasa pada kupingku. Aku membeku, kedua tangan itu terlepas dan kak Figo masuk ke kamar kami dan 10 menit kemudian keluar dengan wajah yang begitu segar.
Aku mengikuti kak Figo yang sudah berjalan keluar dan menghidupkan mesin mobil.Aku naik kedalam mobil dan kak Figo melajukan mobil ini dalam keadaan hening. Baru sepenggal kalimat tadi itulah yang dia ucapkan padaku disaat hanya ada aku dan dia yang menyaksikan.
Begitu sampai di depan sekolah dan kak Figo menghentikan mobil, aku melepas seatbelt yang kupakai dan akan turun, tapi pintu mobil itu masih setia terkunci.
Aku menoleh ke samping dan menunggu jika ada yang ingin kak Figo katakan padaku.
"Nanti aku akan jemput dan kuharap kau tidak akan melakukan apapun yang bisa membuatku terlibat gosip apapun" ucapnya lalu membuka kunci mobil itu.
Aku keluar dari mobil dan masih memikirkan makna perkataannya yang begitu ambigu padaku.
Kulihat mobil itu semakin jauh melaju. Lalu aku dengan pikiran yang masih mengelana entah kemana berjalan. Saat itulah aku melihat Rino yang sedang berdebat dengan kepala sekolah.
Tanpa sengaja pandangan kami bertemu dan aku seakan tersadar, segera pergi dari sana. Tidak ingin menyaksikan lebih jauh lagi. Lalu saat masuk ke ruangan belum ada satu orang siswa pun disana. Aku duduk di bangku ku dan memikirkan makna perkataan kak Figo tadi padaku sampai Rino datang dan duduk di sampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINIAN
RandomIni cerita tentang perempuan berzodiak Gemini. Oh, bukan itu persoalannya tapi ia juga adalah seorang yang sangat percaya pada zodiak seseorang. Dia juga sangat suka menghubungkan semua aspek kehidupannya dengan zodiak yang ia miliki walaupun belum...