Kisah yang tidak diceritakan, memulai semuanya,
Kebohongan yang terus berlanjut,
Kebenaran yang tidak terungkap,
yang berakhir mengantarkannya pada,
sebuah Kebahagiaan yang berbuah agoni.
I can't undo
what I have done;
...
I can't undo what I have done; I can't un-sing a song that's sung
And the saddnest things about my regret—
I can't forgive me, and you can't forget. -Lang Leav.
}{
I have learning the secret of distance. Now I know, being close yo you was never about proximity.
-Lang Leav
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter 01 – Pria yang membenci hujan.
|
|
Hari itu, lagi-lagi hujan turun. Sama seperti sebelumnya—seperti hari pertama dirinya membenci hujan. Hujan bagaikan sebuah kutukan terhadapnya. Hujan yang menjadi saatdimana semuanya termulai. Wajah pucatnya yang terlihat sangat tidak berdaya, berjalan dengan langkah ringan. Tatapan kosongnya memancarkan keputusasaan akan kehidupannya yang menyedihkan. Di pipi pucatnya, sekilas, terlihat bekas air mata yang mengering. Matanya masih merah, sepertinya kemarin malam ia tidak tertidur lagi.
"Apa yang kau cari?" celetuk suara ringan yang angkuh—menghentikan langkahnya.
"Kehidupanku." Jawabnya singkat menatap orang di depannya dalam—menusuk penuh dengan kebencian.
"Kehidupanmu tidak lagi disini. Apa kau pikir aku akan membiarkanmu merebut apa yang sudah menjadi milikku?" tanya lawan bicaranya tenang, tanpa memberikan reaksi terancam dari lelaki yang mungkin datang untuk membunuhnya.
Tawa renyah yang pupus itu terlantun dari bibir pucatnya menanggapi pertanyaaan konyol dari orang itu. Sengaja bibirnya yang pucat itu, ia gigit—untuk menahan lagi tangisnya yang ingin menyeruak keluar. "Milikmu?" tanyanya remeh. "Kau mengaku jika semua ini milikmu? Kau membuatku ingin bertanya, berapa tebal topeng yang kau kenakan?" lanjutnya yang kembali melangkahkan kakinya. Berjalan mendekatinya. Sesaat, ia melirik wanita yang bergetar takut disampaingnya.Kembali, senyuman masam menghiasi wajah menyedihkan miliknya.
"Kau bisa memiliki wanita itu. Setidaknya sebelum dia meinggalkanmu jika kau kembali ke kehidupanmu yang sebenarnya,"
Kalimatnya terputus seiring dengan matanya yang memerah menelisik ke seluruh ruangan mewah itu. Keningnya mengernyit melihat tempat itu berubah sepi. "Dimana ayah dan ibumu?" tanyanya yang kembali menghentikan langkahnya. Tangannya merogoh sesuatu dari kantong celana belakangnya sambil menunggu jawaban orang di depannya.
