3

16.1K 3.1K 289
                                    

Sore ini Daniel memberikan kabar bahwa ternyata ia tidak bisa menjemput Kenzia dikarenakan pekerjaan yang lumayan menumpuk dan tidak bisa untuk ditinggalkan. Padahal Kenzia sudah menolak ajakan Jisung untuk pulang bersama karena Daniel yang pagi tadi menjanjikan akan menjemput dirinya, tapi ternyata Daniel membatalkan janjinya disaat Kenzia sudah menolak tawaran pulang bersama dari Jisung. Kalau tahu akan begini, mungkin tadi juga Kenzia akan menerima tawaran dari Guanlin. Tetangga Kenzia yang rumahnya berada diujung komplek untuk pulang bersama.

Kenzia menghela nafas panjang ponselnya kini dalam keadaan mati, tentu saja hal itu membuat dirinya tidak bisa untuk memesan grab, ataupun ojek online lainnya. Keadaan sekolahnya sendiri sudah sepi, hanya tersisa hanya seorang satpam dan juga Kenzia yang masih betah untuk duduk diatas trotoar dekat dengan pagar sekolahnya, percis seperti anak yang hilang dari kedua orang tuanya. Ya bagaimana tidak, saat ini sudah hampir mendekati Maghrib dan pastinya murid-murid yang masih sibuk dengan kegiatan osis, ataupun kegiatan ekstrakulikuler lainnya sudah pulang sedari tadi. Membuat Kenzia benar-benar ingin mengeluarkan kata-kata kasar untuk sore hari yang entah kenapa terasa sangat sial untuk dirinya.

Kenzia akan berjanji meminta kompensasi dari Daniel akibat kejadian ini.

Pak Supri—satpam sekolahnya—sendiri sudah berkali-kali menawarkan Kenzia tumpangan pulang, karena gerbang yang akan ditutup sebentar lagi. Tapi Kenzia menolak, dengan dalih dirinya takut merepotkan. Pak Supri hanya bisa pasrah dan tentunya memilih untuk kembali duduk di pos seraya memperhatikan Kenzia yang sudah bangkit dari posisi duduknya, memperhatikan kedua kakinya yang terbalut sepatu hitam yang dibelikan oleh Daniel saat ulang tahunnya.

Ditengah lamunanya, Kenzia dikejutkan oleh suara klakson nyaring yang membuat dirinya sampai harus mundur beberapa langkah karena terlalu terkejut.

Dengan sinis, Kenzia menatap kearah mobil yang ternyata terhenti tepat didepannya, sedikit mengumpati pengemudi mobil dalam hati. Hingga kaca mobil terbuka dan menampilkan sosok yang membuat Kenzia terkejut (lagi) setengah mati, itu Hyunjin.

"Ngapain lo disitu?" Tanya Hyunjin.

Kenzia mengyeritkan keningnya binging, tidak terlalu mendengar perkataan Hyunjin.

"Hah?! Apa?" tanya Kenzia sedikit berteriak.

Hyunjin menghela nafas. "Masuk buru!" Ucap Hyunjin yang juga  berteriak.

Namun, Kenzia tetap bergeming.

Hyunjin berdecak, "Buruan masuk! Udah mau Maghrib!"ucap Hyunjin lagi. Kini bahkan Hyunjin sudah turun dari mobil, dan berdiri dihadapan Kenzia.

"Gak u—"

Belum sempat Kenzia mengeluarkan kalimat penolakan, Hyunjin terlebih dahulu membuka pintu mobilnya bagian samping pengemudi. Membuat Kenzia mau tidak mau masuk kedalam mobil tersebut.

Setelah Kenzia masuk dan juga duduk disampingnya. Hyunjin langsung kembali masuk kedalam mobil, dan menjalankan mobilnya. Kenzia hanya diam. Tidak berniat untuk memulai sebuah percakapan karena keadaan yang menurutnya cukup canggung ini. Hingga Hyunjin menghidupkan musik favoritnya. Lagu yang tengah booming dikalangan anak muda sekarang.

"Tumben. Biasanya musik yang gak aku ngerti" gumam Kenzia kecil.

Hyunjin melirik kearahnya. Merasa diperhatikan, Kenzia langsung menatap kearah Hyunjin. Ia mengangkat satu alisnya. "Kenapa?" Tanyanya.

Hyunjin menggeleng. "Mau sholat Maghrib di masjid apa dirumah lo?" Tanya Hyunjin.

Kenzia diam sejenak. Kemudian ia membenarkan sejenak rambutnya yang menutupi wajahnya. "Dirumah aja, mau jamaah sama ayah kalau masih sempet" jawab Kenzia kalem.

LDR; Hwang Hyunjin (PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang