Hari rabu, sudah lebih dari satu minggu sejak percakapan dengan kedua temannya dikantin sekolah, Kenzia sekarang lebih memilih untuk pulang bersama dengan kedua temannya itu, ataupun menebeng dengan Guanlin, dan Jisung seperti biasanya, sebelum Hyunjin hadir dalam kehidupan Kenzia. Dan gadis itu selalu mengabaikan ajakan pulang bersama dengan Hyunjin, bahkan mengabaikan pesan serta panggilan telepon dari pemuda tampan itu.
Kenzia pikir, sebelum dirinya terlalu jatuh meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ia sudah jatuh kedalam pesona seorang Hwang Hyunjin lebih baik Kenzia berhenti sekarang juga. Hei, siapa didunia ini yang tidak jatuh kedalam pesona pemuda tampan dengan segala sikap manisnya yang mampu membuat separuh gadis di muka bumi ini meleleh. Bahkan Kenzia merasakan hal itu.
Hari ini Kenzia memilih untuk pulang bersama dengan Guanlin dikarenakan Jisung yang masih sibuk dengan teman satu eskulnya. Sebenarnya alasan Kenzia sering merepotkan Guanlin adalah tetangga ujung komplek perumahannya ini terkenal kaya, maka dari itu Kenzia lebih senang jika harus menebeng dengan Guanlin karena pemuda itu tidak pelit, suka meneraktir Kenzia makanan, dan Kenzia suka itu.
Saat ini, Kenzia sudah duduk dengan tenang diatas boncengan motor honda vario milik Guanlin, dengan kedua tangan yang memegangi tas punggung pemuda jangkung yang masih fokus dengan jalanan dihadapannya.
"Koh" panggilnya.
Ah iya, Guanlin memang sudah biasa dipanggil dengan sebutan kokoh. Entah karena ras pemuda itu, atau malah karena kekayaan yang dimiliki oleh pemuda itu sehingga panggilan itu sering diucapkan oleh teman-temannya yang lain. Kenzia sendiri hanya ikut-ikutan saja, tidak ada salahnya. Toh menurut Kenzia Guanlin itu mirip seperti paman-paman yang sering Kenzia lihat dipasar tradisional, iya. Mirip seperti pemilik toko emas langganan bunda dulu.
Guanlin hanya menanggapinya dengan gumaman.
"Kokoh besok ke Gereja jam berapa?"tanya Kenzia agak sedikit pelan.
"Hah? Apa?" Guanlin melirik sekilas kearah Kenzia.
"Besok ke Gereja jam berapa?" ulang Kenzia lagi.
"Apaan sih? Kaga kedengeran anjir"ujar Guanlin cukup keras, seraya memelankan laju kuda besinya.
"Kokoh besok minggu ke gereja jam berapa?" Tanyanya seraya menguatkan suaranya.
Guanlin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Paling siang. Emang kenapa? Mau ikut?" Tanya Guanlin.
"Emang boleh ikut ya koh?" Tanya Kenzia bingung.
Guanlin berdecak. "Ya lo didalem mobil aja. Ngapain juga ngikut sampek dalem? Mau ganti agama?"canda Guanlin.
Kenzia merengut sebal. Ia memukul bahu Guanlin keras sampai membuat Guanlin meringis kesakitan.
"Bercandaan doang anjir, tapi kalo beneran kaga papa sih. Kan muka lo juga kristen banget, pantes jadi anak Tuhan"
"Semabarangan aja!"
—
Hari Minggu, sesuai dengan perkataan Guanlin kemarin. Kenzia sekarang sudah siap dengan pakaiannya, sebuah dress lengan panjang, dengan panjang menyentuh mata kakinya. Cukup manis, ditambah dengan rambut yang ia biarkan tergerai rapih Kenzia sudah siap untuk pergi.Setelah berpamitan kepada sang Bunda. Kenzia langsung bergegas berlari menunju gerbang. Dimana sudah ada Guanlin dengan mobil Jazz putihnya menunggu. Tanpa banyak bicara. Kenzia langsung masuk kedalam mobil, duduk disamping kursi penumpang disebelah Guanlin.
Hari ini Guanlin hanya menggunakan kemeja berwarna hitam, dan juga celana jeans hitam. Rambutnya ditata hingga memperlihatkan sebagian jidatnya. Benar-benar berbeda dengan Guanlin yang biasanya Kenzia lihat, tidak ada unsur urakan sama sekali.
"Koh, lama gak sih kalo ibadah?" Tanya Kenzia sambil membenarkan posisi duduknya, menatap area jalan yang cukup sepi di minggu cukup siang kali ini.
Guanlin memandangnya sejenak. Sebelum akhirnya kembali fokus dengan jalanan. "Paling gak sampek berjam-jam sih. Kalo bosen, kan lo bisa nyari makan diluar. Gampang, nanti gua traktir" jelas Guanlin.
Kenzia mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian ia menatap Guanlin dengan pandangan bingung. "Koh,"
"Hm" Guanlin melirik sejenak kearah Kenzia.
"kokoh pernah pacaran sama orang muslim? Yang kaya aku gitu" tanya Kenzia lagi.
Guanlin diam sebentar. Tangannya terulur untuk menghidupkan saluran radio di musik tape mobilnya, membiarkan suara khas salah satu penyanyi Indonesia memenuhi mobil.
"Pernah" jawabnya singkat.
"Gimana rasanya?"tanya Kenzia penasaran.
Guanlin menghela nafas. "Gak enak" jawabnya lagi.
"Kenapa gak enak?" Tanya Kenzia lagi, sedikit bingung dengan jawaban yang diberikan Guanlin.
Maklum saja, Kenzia tidak pernah merasakan sebuah hubungan dengan lawan jenis lebih dari pacaran sebelumnya. Jadi tolong di maklumkan jika gadis ini sedikit bodoh tentang cinta.
Guanlin tiba-tiba menepikan mobilnya, membuat Kenzia mengernyitkan keningnya bingung. Setelah memastikan bahwa mobilnya tidak menggangu pengendara lainnya. Guanlin langsung menatap kearah Kenzia dengan serius.
"Kenapa tanya gitu? Lagi deket yang sama kaya gua lo?"tanya Guanlin lagi.
Kenzia hanya diam. Tidak berniat untuk menjawab ucapan Guanlin, lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya kearah lain.
Melihat kebungkaman Kenzia. Guanlin langsung tau jawabannya.
"Rasanya ya gak enak aja. Kita mungkin sama. Tapi kita beda'kan? Iya. Gua sayang sama dia, tapi gua lebih sayang sama Tuhan gua. Lo? Sayang kaga sama Tuhan lo?" Kenzia menganggukkan kepalanya.
"Sayang banget. Lebih sayang daripada diri sendiri"jawab Kenzia.
Guanlin tersenyum, tangannya bergerak untuk mengusap rambut Kenzia pelan. Kenzia sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, karena di komplek perumahan mereka hanya Kenzia yang paling muda diantara anak-anak muda di komplek perumahan mereka, bahkan Kenzia merupakan perempuan satu-satunya yang dekat dengan Guanlin di komplek mereka. Hal itu membuat Guanlin nyaman dengan Kenzia, bahkan Kenzia selalu menjadi tempat curhatan terbaik untuk Guanlin. Bahkan saat ini, tanpa perlu Kenzia jelaskan keadaan gadis itu sekarang Guanlin sudah tahu apa yang ada di pikiran perempuan dihadapannya saat ini.
"Nah itu juga yang gua rasain saat itu. Gua gak mungkin'kan ngalah buat masuk ke agama kalian cuma karena cinta, bukan karena hati? Bukan karena Niat. Iya, gua sayang sama dia. Tapi rasa sayang gua lebih besar sama Tuhan gua"
"Gak papa kalo lo suka sama dia. Suka itu wajar, kita manusia biasa. Kita gak bisa tau dimana hati kita akan berlabuh nantinya. Ikutin alur aja. Kalo emang endingnya gak seperti yang kalian harapkan. Lebih baik kalian saling ngelepasin"
"Ldr terberat itu bukan lagi soal jarak. Lo disini, dia ada dibenua yang berbeda sama lo. Tapi, Ldr terberat itu soal kepercayaan. Saat lo menghadap kiblat yang berbeda sama dia, dan cara doa kalian yang berbeda. Itu ldr yang paling berat. Lebih berat daripada gak ketemu bertahun-tahun. Tuhan kalian gak sama. Itu yang paling berat dalam ngejalin hubungan"
Bersamaan dengan ucapan Guanlin, sebuah lagu dari Marcel dengan judul peri cintaku terputar, membuat Kenzia langsung menghambur dalam pelukan pemuda itu. Entah mengapa Kenzia merasa sedih, sudah seperti harus melepaskan padahal Kenzia belum sempat memiliki.
🎶
Aku untuk kamu
Kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin
Iman kita yang berbedaTuhan memang satu
Kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi
Meski cinta, takkan bisa pergi----
TbcMaaf ya kalau jelek, kritik dan saran buat aku silahkannnnn
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR; Hwang Hyunjin (PROSES REVISI)
القصة القصيرةSaat LDR terberat bukan lagi soal jarak dan juga waktu. Tapi soal kepercayaan yang berbeda. story by; Kairzel