sial

77 39 7
                                    





Keesokan nya..
Handphone Raina sudah muncul banyak notif dari Muklisin.

Menghela nafas menghampiri sang kamar mandi. Masih terngiang nya kata kata Muklisin semalam. Mencoba melupakan tapi entahlah ini susah. Bagaimana Raina  menghadapi Muklisin disekolah nanti membuat Raina khawatir. Berharap ucapan dan tingkah laku diri Raina bersahabat hari ini.

Sesampai disekolah, Raina masih sendiri dikelas. Karena hanya dia yang rajin datang pagi lebih tepatnya untuk mengejarkan pr. Jam dinding yang masih menunjukan setengah tujuh dengan udara dingin yang menggeluti tubuh Raina.

"Dingin banget sih, mana cuacanya mendung. Gimana kalo Muklis keujanan?",gumam Raina.

"Ehh, kok jadi ngomongin dia sih. Dia itu ga ada hubungan nya sama cuaca sekarang",tambahnya lagi.

Pikiran Raina makin kacau karena ulah Muklis kemarin. Raina mencari udara segar dengan keluar kelas dan tak sengaja terlihat sosok lelaki yang berjalan dikoridor sekolah membawa selimut tebal berwarna coklat.
Tiba tiba saja sosok itu hilang karena sangking enaknya Raina melihat hal yang lain.

"Lah kok ga ada orang tadi? Jangan jangan ha..n..tu ",batin Raina ketakutan.

Suara langkahan kaki tedengar dari belakang.
Tepat dibelakang Raina.

"Huuaaaa"

Seketika suasana mistis itu hilang. Dan tepatnya itu bukan hantu, tapi lelaki tinggi kurus kering siapa lagi kalau bukan,Muklisin.

"Lo ngagetin aja sih",mendorong tubuh Muklisin.

"Emang lu pikir gua gak kaget?",tanya Muklisin kasar.

Dan lagi lagi Muklisin harus mengalah pada cewek aneh ini menurutnya. Lebih baik mendengarkan musik dikelas daripada menghadapi orang yang sedang berada dihadapannya.
Memasuki kelas dengan gaya seperti lelaki jantan.

Kali ini Raina menjadi bodoh untuk pertama kalinya. Raina ragu, mungkinkah lelaki itu lupa dengan kejadian semalam. Mimik wajahnya menunjukan seakan akan semalam tidak terjadi apa apa. Oh Tuhan, cobaan apa lagi ini bagi Raina. Raina baru mengecek handphone dan ingat kalau saja lelaki itu semalam mengirimkan pesan suara. Dengan sigap tangan Raina membuka pesan itu.

Didengarnya baik baik. Tanpa arahan dari apapun terangkat bibir Raina mendengarkan suara serak jantan dari Muklisin. Setelah pesan suara berakhir, Ayu sudah berada tepat disebelah kiri Raina. Ayu ikut tersenyum karena mendengar suara itu.

"Ehem"

"Jadi sejak kapan lo dichat sama dia? ",tanya Ayu ringas.

"Ayu..gua kaget tau", Raina terkejut heran.

"Iya si tau mah yang sering dichat sama doi sekarang",celetuk Ayu.

"Udah ah ..
Gua mau ke kelas",ucap Raina mengalihkan pembicaraan.

Setiba di kelas, murid XI IPS 1 sudah mulai ramai yang berdatangan. Tidak seperti tadi, seandainya kelas seramai ini sebelum kejadian tadi terjadi. Pasti Raina tidak akan berhadapan dengan Muklisin.

Kali ini dikelas XI IPS 1 jam kosong untuk pelajaran bu Anita. Suara sorak gembira mulai terdengar. Sungguh mereka sangat menyukai jam pelajaran kosong. Sudah menjadi kebiasaan bagi Ayu, Alma, Nadeta dan Sonia untuk bermain ludo. Yeayyy

Setidaknya ludo bisa menghilangkan rasa bosan. Tetapi berbeda dengan Muklisin, ia hanya sibuk bermain mobile legend.

Keadaan kelas kembali terbiasa sibuk bermain hp dan kegiatan lainnya.
Di tengah tengah sedang asyik bermain, seorang murid dari kelas lain datang ke kelas XI IPS 1 dengan secarik kertas digenggamannya.

"Ada ketua kelas nya gak?",tanya nya.

"Ada kok, bentar ya",jawab Raina menuju kursi Muklisin.
Sejenak Raina terhenti, dia lupa kalau dia memulai obrolan terlebih dahulu dengan Muklisin pasti akan terasa canggung. Raina bingung harus berbuat apa mana anak murid tadi tidak bisa menunggu. Akhirnya, Raina mencoba ke kursi Muklisin.

"Si..n
lo dipanggil tuh!",teriak Raina tanpa melihat Muklisin sedikitpun.

"Sama siapa? ",tanya Muklisin sambil menghampiri orang yang mencarinya.

Masa kebahagiaan hilang dengan adanya secarik kertas yang dikasih murid tadi. Muklisin pun memberitahukan bahwa mereka dikasih tugas dan harus dikerjakan hari ini juga.

"Kerjain ya woi!",teriak Muklisin.

"Males. Lagian ngapain ngumpul sekarang? ",sahut Andika tajam.

"Terserah lo lah. Yang penting gua dah kasih tau",jawab Muklisin.

Ya Andika,
Dia adalah orang terjahil dan pemalas. Dia memang tidak suka dengan kepribadian Muklisin yang cukup lemah walaupun sekarang Muklisin berubah total. Tetapi tetap saja gaya bicara nya sama bagi Andika. Andika terkadang kasihan kalau melihat Muklisin dinistakan. Apalagi melihat Muklisin menjadi ketua kelas yang seperti tak dianggap. Dengan keadaan seperti ini tetap aja Andika bukannya membantu malah ikut mengejek itulah dia.

Emosi Andika meluap karena ucapan Muklisin barusan, "Ya lo harus tanggung jawablah. Gimana sih jadi ketua kelas aja gak bener",ujar nya.

Muklisin membalas tatapan sinis ke arah Andika. Mulailah mata Andika juga membalasnya. Tangan yang sudah dikepal Andika ingin sekali didaratkan di wajah Muklisin.









Panjang ya?
Hehe biar gak terlalu kependekan sih. Kalo kemaren kan pendek banget jadi dipanjangin deh ((:

Emm, jangan lupa vote+comment nya. Jangan lupa comment tentang this story, guys!!
Biar commentnya dimasukin ke sini 🙋

Dan terimakasih sebanyak-banyaknya yang udah baca sampai sini. Bantu share ya untuk cerita ini. Ajakin juga temen-temen kamu untuk baca cerita ini ((:

Untuk Muklisin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang