eleven

29 19 1
                                    





"Gambar yang harus ditempel udah semua kan?",tanya Anissa lagi.

"Ada yang belum",ujar Muklisin.

"Gambar apa?"




Sejenak Muklisin terdiam,

"Foto kelas kita gak ada?"

"Maksudnya sin?",tanya Anissa lagi.

"Gimana kalo kita semua nempelin foto rame-rame sekelas?",tanya Muklisin.

Anissa pun diam sejenak memikirkan ide Muklisin.
"Em, kayaknya bagus juga!"

Dengan hanya bermodal kan kamera dari handphone,tanpa persiapan yang matang, tanpa merapikan seragam. Dan kamera mulai menghasilkan foto-foto yang aneh juga lucu.

Mereka semua tertawa geli melihat hasilnya. Terlebih lagi Ayu yang tidak lepas dari tawanya.

"Ya ampun ini lucu banget haha"

"Yang ini lumayan bagus"

"Ih bagusan yang ini loh"

"Cari yang ganteng geh biar bagus entar kalo diliat orang lain ahahaha",ujar Andika.

Gelak tawa dari mereka semakin bertambah mendengar kata - kata Andika.

"Lo mah gak pernah ganteng bolot!",ujar Ayon mengejek Andika.

"Ya Allah. Kek lo dah ganteng aja sih",ujar Andika balik mengejek Ayon.

"Udah sih. Kamuorang itu gak ada yang ganteng hahaaha",ucap Anissa sembari tertawa.


Kebersamaan ips1 mulai tercipta pada hari ini. Tanpa sebab dan tanpa paksaan. Sungguh Muklisin mulai menyukai kelas ini walaupun dirinya selalu dikomentari. Dan foto bersama seperti tadi membuat Muklisin nyaman dengan keadaan kelas ini.

"Bukan berarti kalian bisa bahagia terus kayak gini",gumam Kaira kesal.

"Gua heran sama Kaira. Apa dia sama sekali gak mau ips1 akur?",batin Raina saat melihat Kaira.



Raina adalah perempuan yang bisa membaca wajah seseorang mengenai perasaan. Walau begitu tidak ada yang percaya bahwa Raina bisa membaca wajah orang.

Setiap Raina mengatakan dirinya tau bagaimana orang yang ia lihat. Alhasil  Raina dianggap gila. Bahkan bodoh. Dan pada akhirnya Raina memilih diam.

Tanpa Raina sadari, dirinya juga pernah membaca pikiran Muklisin. Raina melihat Muklisin sendirian tanpa seorang pun disebelahnya. Raut wajah Muklisin juga seperti orang yang tak bernyawa. Tampak kedua boal matanya yang kosong.






(flashback)
"Sin. Lo kenapa sendirian di sini?",tanya Raina bingung.

"Enggak ah tadi gua sa..m..a",ujar Muklisin terbata-bata saat melihat disebelahnya tidak ada siapapun.

"Gak ada kan?"

"Tadi ada Imam. Malah sekarang gak ada ?",tanya Muklisin heran sembari menggaruk tengkuknya.

"Lo lagi gak konsentrasi mungkin. Makanya lo kayak tadi",ujar Raina meyakinkan Muklisin.

"Bisa jadi sih",gumam Muklisin malu.


Raina mencoba menatap perlahan wajah Muklisin. Dengan melihat sekilas, Raina bisa merasakan bahwa Muklisin sedang mempunyai banyak masalah.

"Lagi punya masalah?",tanya Raina lagi.

"Masalah? Anak kayak gua gak mungkin lah punya masalah"

"Tapi.. Wajah lo itu menunjukkan lo lagi sedih"

"Lo pengen denger cerita dari permasalahan gua?",tanya Muklisin dengan raut wajah sungkan untuk mengatakan masalahnya.

"Iyalah",jawab Raina tegas.


Muklisin langsung termenung seraya menundukkan kepalanya. Ia tak yakin mengatakan permasalahannya kepada Raina perempuan yang tiba - tiba saja menghampirinya tanpa ada rasa canggung.

Tidak terbiasa Muklisin menceritakan masalahnya dengan orang lain. Apalagi ke perempuan. Rasa canggung dan malu menggertak Muklisin seakan - akan Muklisin tidak dapat berbicara seketika.


"Gua pergi dulu. Banyak tugas yang harus gua kerjain",ujar Muklisin berdiri dan meninggalkan Raina sendirian.



"I..iya"




















~Ketika mengingat kejadian lampau entah kenapa seperti kejadian yang baru saja terjadi.

~Bukan Muklisin namanya. Jikalau ia hanya terdiam. Memikirkan sesuatu setiap harinya. Dan disalahkan tiba - tiba.





Jangan lupa tinggalkan jejak votenya!(:
Muklisin gak suka orang yg php loh wkwk
Maaf sebelumnya kalo updatenya lama bangett )):

Untuk Muklisin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang