one

52 28 12
                                    



Detik detik yang membuat Raina bergetar tak karuan saat membaca chat Muklisin.

Bukan perasaan suka tapi perasaan yang memang bingung dan ragu kalau dibilang.


Muklisin : kita sekelompok ?

Raina : iya, kenapa emangnya.
Muklisin : gpp besok mau ga kita kerja kelompoknya?

Raina : duh kayaknya gak ada yang nganter deh

Muklisin : yaudah kalo gua ada kendaraan gua jemput.

Chat itupun seketika terhenti. Pasalnya Raina tidak membalas chat Muklisin, gugup dan bingung mau jawab apa.

"Cie, dichat aa muklis",ucap Ayu cempreng sampai-sampai terdengar hampir satu kelas.

"Ah engga kok. Ini bukan muklis ini doi gua",jawab Raina melirik satu kelas.

"Hiyaiya,
Tapi emang lo punya doi? Hahaha."

"Sttt. Udahlah lo berisik bener",ujar Raina meninggalkan Ayu.

10.15 
Bel berbunyi. Segera Raina yang berada di kantin menuju kelas. Jantungnya cukup berdegup kencang.

Pasti akan terasa canggung kalau nanti Muklisin mengajak nya mengobrol.

Perlahan Raina memasuki kelas dan melirik sedikit ke arah Muklisin.

Pada saat itu juga Muklisin melihat Raina. Menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Sambil menundukkan kepalanya.

Sebelum memulai pelajaran, Pak Irfan ingin memakai sistem pembelajaran dengan menggunakan Lcd.

Pak Irfan pun menyuruh Muklisin untuk mengambilnya dengan cepat. Tapi Muklisin tetap saja berjalan cukup lambat.
Sehingga banyak yang tidak menyukainya sebagai ketua kelas.

"Cepet si sin"

"Lama bener"

Kata kata itu diabaikan Muklisin. Bukan benci tapi membiarkan nya saja seperti tidak mendengar.

"Lo ga sakit hati sin? ",tanya Imam.

"Engga"

"Kalo gua jadi lo ya, gua bakal marah"

"Ngapain juga harus marah.Lagian diaorg juga temen kita kan? ",tanya Muklisin yang membuat Imam terkejut dengan pertanyaanya.

"Masih ada ya orang yang baik kayak dia",batin Imam.

"Ayok buruan entar dimarahin lagi"

Tepat diujung pintu kelas. Pak Irfan menatap Muklisin agak kesal.

"Ambil Lcd aja lama ya",ujar Pak Irfan.

Muklisin mencoba tidak memasuki ucapan pak Irfan. Sakit memang.
Tapi apa boleh buat Muklisin tidak bisa melawan ucapan guru.

Semua murid mulai tertuju pada Muklisin. Seolah-olah mereka juga kesal dengan jalan Muklisin yang lambat.

-Namanya juga manusia ada kelebihan juga kekurangan-

"Oke, kita lanjutin pelajaran kita",ujar pak Irfan.

11.45
Bel berbunyi istirahat yang kedua. Muklisin mengembalikan Lcd sehabis itu dia shalat.

Sejak saat itu dan detik itu rasa kagum Raina pada Muklisin bertambah.

Entah apa yang menghipnotis Raina sampai ia menggagumi Muklisin seperti ini.

"Gua pengen mengenali lo lebih jauh sin",gumam Raina tersenyum.







#200readers(:
Vote ❤

Untuk Muklisin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang