detik ke 16 : ada apa antara renatha dan mika?

176 18 4
                                    

Hari senin mungkin menjadi hari yang menegangkan sekaligus menyenangkan untuk siswa SMA Harapan Nusa. Karena seminggu ke depan akan dilaksanakan PAS atau Penilaian Akhir Semester yang berarti sebentar lagi akan libur. Semua siswa tentu saja mengharapkan hari kebebasan tersebut, tak terkecuali Renatha. Tapi banyak juga siswa yang mencemaskan ujiannya, takut-takut soalnya akan susah sehingga berdampak pada nilai mereka.

"Renatha, lo ruang berapa?" Tanya Adel yang bertemu Renatha di depan gerbang sekolah.

Renatha sekilas melihat kartu pesertanya. "10, Del. Kenapa?"

Tiba-tiba Adel menekuk mukanya.

"Gw sedih, Tha, nggak seruangan sama lo. Gw ruang 9 masa.."

Renatha mengerutkan alisnya bingung.

"Lah? Kan kelasnya juga samping-sampingan."

Adel kesal karena Renatha tak kunjung menyadarinya.

"Renatha yang cantik tapi cuek. Gini ya, kalo gw nggak seruangan sama lo, itu artinya gw nggak bisa nyontek. Lo kan tau di kelas itu yang paling pinter dan baik hati cuma lo dan Alfa. Karena Alfa nggak bisa ikut ujian kan, jadi sisa lo aja di kelas yang mau dengan senang hati berbagi jawaban." Kata Adel sambil terkekeh.

Renatha memutar bola matanya. "Makanya belajarrr."

Tak terasa mereka akhirnya sampai di depan ruang 10. "Adel gua duluan ya. Good luck ujiannya! jangan nengok mulu." Pamit Renatha yang di balas acungan jempol dari Adel.

Baru saja Renatha duduk tiba-tiba pemilik nama lengkap Raine Tesalonika itu menggubrak meja Renatha.

"Tha, Tha, Tha. Sumpah, Tha! Lo belajar kan tadi malem? kan?kannnn?" Tanya Raine dengan panik.

"Ini apaan lagi sih? Lo ngagetin gw, Ne." Keluh Renatha.

"Belajar kan?" Tanya Raine lagi.

"Belajar. Kenapa emangnya? Lo nggak belajar? mau minta contekan? Terus ujung-ujungnya nyogok gw makan? Gitu? Lagu lama lo."

Orang yang ditebak itu langsung nyengir kuda yang artinya tebakan Renatha benar.

"Iya nanti gw kasih. Tapi gw nggak mau di phpin ya. Pokonya pulang sekolah traktir!" Ucap Renatha yang langsung membuat wajah Raine berseri-seri.

⏱⏱⏱

"Lo mau, Tha, rame kaya gini?" Tanya Raine setelah melihat kondisi kantin penuh dengan lautan zombie-zombie kelaparan.

"Apa makannya di kelas aja ya?" Lanjut Raine menawarkan.

Renatha tampak berpikir sambil melihat sekeliling.

"Gimana ya, Ne? Kalo di kelas capek lagi naik turun tangganya."

Renatha tampak menimbang-nimbang mencari solusi.

"Di perempatan sekolah kan ada mie ayam tuh, nah kita makan di situ aja. kan bisa sekalian pulang juga." Tawar Renatha.

Ine yang sudah kehabisan akal hanya mengekor saja.

"Ngikut aja lah gw mah." ucap Raine.

"Ahhh Ine dabes banget emang!! Lafyu!" Kata Renatha kegirangan.

"Jijik ih!"

Mereka akhirnya memutar arah dari kantin menuju gerbang sekolah.

"Kita naik apa, Tha?" Tanya Raine.

"Angkot aja ya? Nggak apa-apa kan?" Jawab Renatha yang diberi anggukan setuju oleh Ine. Pasalnya Renatha hari ini tidak membawa mobilnya.

Dari arah kanan terdengar klakson motor yang ternyata milik Mika.

"Eh elo, Tha. Ngapain disini?" Tanya Mika sambil mematikan mesin motornya.

"Lagi nunggu angkot. Lo ngapain stop disini?" Tanya balik Renatha.

Dengan spontan Mika menjawab. "Mau ngajak lo balik bareng."

Renatha kaget mendengar ucapan Mika barusan. Bukan apa-apa, hanya saja Renatha bersama Raine. Karena Mika di kenal cuek bahkan tidak pernah terlihat dekat dengan satu perempuan pun, pasti Raine akan curiga dan menyerang Renatha dengan seribu pertanyaannya itu. Ya meskipun waktu itu Mika ikut membantu mencari Alfa, tapi Raine kala itu hanya berpikir mereka sekedar berteman.

"Duluan aja deh. Gw mau pergi. Khu-sus perem-puan." Ucap Renatha sambil mengeja dua kata terakhirnya.

Mika yang mengerti akhirnya pamit kepada Renatha. Just Renatha. Positif aja mungkin dia nggak liat ada Raine di samping Renatha.

Tak berapa lama angkot yang mereka tunggu akhirnya datang. Hanya butuh 3 menit untuk sampai di warung mie ayam yang Renatha maksud.

"Pak, mie ayamnya dua lengkap ya. Minumnya es jeruk." Ucap Raine dengan tangan membentuk huruf V.

5 menit kemudian.

"Ini Mbak pesanannya." Pedagang itu sambil menyerahkan nampan berisi pesanan mereka.

Sambil mengaduk mie ayamnya, Raine menanyakan pertanyaan yang sedari tadi menari-nari di pikirannya.

"Tha. Lo ada utang penjelasan ya sama gw."

Renatha terlihat salah tingkah.

"Apaan?"

"Lo sama Mika ada hubungan apaan? Kok tadi kayanya care banget."

"Biasa aja. Lo kan juga tau kalo dia bantuin kita nyari Alfa. Jadi wajar kalo gw deket sama Mika." Jawab Renatha sesantai mungkin supaya Raine tidak berpikir macam-macam.

Raine makin penasaran. "Terus kok bisa kenal? Kok bisa tiba-tiba bantuin lo nyari Alfa? Pake segala ada Gilang sama Nando."

Sambil menuang satu sendok sambal ke mangkoknya, Renatha menjawab. "Lo inget kan yang waktu Alfa ilang? Waktu itu kan mobil gua mogok terus dia yang nolongin gw. Tapi sebelum itu gw juga pernah ketemu dia nggak sengaja gitu sih." jelas Renatha.

Raine yang masih tak yakin akhirnya terus bertanya.

"Oh gitu. Tapi nih ya, Tha, setau gw Mika itu cowok ganteng terdingin di sekolah ini. Gw aja nggak pernah liat dia deket sama cewek. Padahal lo tau kan dengan muka dia, otak dia, dan jabatan dia di OSIS harusnya gampang kan dapetin cewek. Sampe pernah ada gosip kalo dia tuh gay. Gila nggak sih? Tapi cuma baru sama lo doang dia nawarin tumpangan gitu. Makanya gua agak kaget tadi."

Renatha tertawa mendengar ucapan Raine yang menyangka Mika adalah gay.

"Kok lo ketawa sih? Eh, tapi Tha, lo serius nggak ada apa-apa sama Mika?"

"Astaga Ine! Kan gw udah bilang cuma temenan. Udah ah, jangan bahas dia mulu. Abisin buruan gua pengen pulang, biar bisa belajar." kata Renatha.

"Ah nggak asik lo."

3600 Detik Bersama MikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang