detik ke 2 : tatapan sinis

312 49 49
                                    

Di hari kedua mereka bersekolah sepertinya Renatha masih belum bisa beradaptasi. berbeda dengan Alfa, kepribadiannya yang terbuka dan mudah bergaul membuatnya langsung punya teman.

Meski sekilas kepribadian Renatha bertolak belakang dengan Alfa, tapi sebenarnya Renatha ini sosok yang 'hangat'. Hanya saja jika bertemu orang baru dia kurang pede dengan kemampuan bersosialnya.

"Sepertinya kita cukup sampai sini saja ya anak-anak. Jangan lupa minggu depan kita ulangan harian bab 3." Tutur guru fisika yang disambut lesuh para murid.

"Dan untuk murid baru, kalian berdua jangan lupa dikejar materinya yang ketinggalan." sambungnya lalu keluar kelas.

Tak lama bel berbunyi yang langsung disambut ceria oleh seisi kelas. Seperti gelandangan yang tidak makan 10 tahun, alhasil mereka semua meninggalkan kelas yang kini hanya tersisa beberapa murid perempuan.

"Hai! Kalian murid baru ya? Gw Adel."

Adel menjulurkan tangannya ke arah Renatha dan Alfa.

Alfa menyambut uluran tangan itu, "Gw Alfa."

"Renatha."

Alfa menyadari sesuatu, "Eh, kok kayanya gw baru liat muka lo ya?"

"Iya. Soalnya dua hari kemarin gw izin. Nyokap mau Umroh."

Alfa membulatkan bibir membentuk huruf 'o'

"Mau ke kantin Nggak?" Tanya Adel.

Alfa menjawab dengan semangat, "MAU!!!!"

"Renatha, lo nggak ikut kita?"

"Enggak. Gua kenyang. Kalian aja."

Alfa sedikit bingung sambil mengigat-ingat apa menu sarapan mereka pagi tadi.

"Emang lo makan apaan? Kayanya tadi cuma sarapan roti doang."

"Ya iya gw kenyang makan roti. Udah sana, ah."

"Yaudah, BYE!"

Renatha kemudian menyumpal telinganya dengan earphone yang sudah tersambung ke handphonenya.

⏱⏱⏱

Di Kantin

"Eh itu anak baru yang katanya keponakan kepsek ya?"

"Iya kayanya si gitu. Liat tuh.. Cantik juga enggak."

"Anak kelas berapa si?"

"Mana gw tau.."

Baru saja Alfa memasuki kantin tapi tiba-tiba sudah banyak bisikan-bisikan sirik yang kebanyakan dari kaum hawa. Sepertinya untuk beberapa minggu kedepan namanya dan kakaknya akan menjadi perbincangan hangat di sekolah ini.

"Mau makan apa, Fa?" Tanya Adel yang sepertinya bingung ingin menyantap apa untuk dimasukan ke perutnya.

"Soto aja kali ya? Kayanya enak."

"Bu, sotonya dua ya?"

Penjual soto lantas mengangguk.

Alfa dan Adel mengambil masing-masing satu botol teh pucuk, sambil mencari tempat duduk yang kosong.

Sebenarnya Alfa sedikit risih untuk makan di kantin karena tatapan-tatapan mengintimidasi dari sekelilingnya.

"Tapi kalo gw pergi nggak enak sama Adel. Yaudah lah bodo amat. Mereka juga nggak penting buat gw." Ucap Alfa dalam hati.

Tak lama, makanan yang mereka pesan akhirnya datang. Katanya, makanan di kantin ini sangat enak seperti soto yang Alfa dan Adel makan saat ini. Selain itu juga ada ketoprak yang super lengkap tapi harga pelajar, dan di sini juga ada nasi goreng seafood yang nggak kalah enak dari soto dan ketoprak.

Alfa jadi banyak tau tentang sekolah ini karena Adel yang menceritakannya. Adel bicara banyak hal tentang sekolah ini, tak lupa dia juga menceritakan tentang geng cewek-cewek tajir yang berkuasa di sini. Adel bercerita banyak sekali. Rasanya Alfa jika bersama Adel seperti kakak beradik sungguhan.

"Fa, balik sekolah kita ke sinter yuk?" Tawar Adel.

Alfa mengerutkan kening.

"Sinter?"

"Iya, sinter. Sinter itu kedai kopi yang paaaaling enak di daerah sini. Lo belum resmi sekolah di sini kalo lo belum coba ke sinter." jelas Adel.

Terdengar menarik dan sepertinya Alfa harus mencobanya.

3600 Detik Bersama MikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang