1. Januari Pagi

2.2K 73 6
                                    

Selamat membaca cerita ini.

1| Januari Pagi

Aku tersenyum karena aku merasa bahagia. Dan aku bahagia karena kamu.

⭐⭐

Kringg.. Kringgg..

Suara alarm berbunyi tepat pukul 5 pagi. Gadis di balik selimut itupun terusik karena berisiknya suara alarm. Ia bangun lalu mematikan alarm itu. Ia meregangkan tubuhnya lalu iya tersenyum, mengingat satu hal
"Morning Januari!" katanya sembari tersenyum lebar.

Ia pun bergegas ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya untuk membersihkan diri. Kemudian ia menunaikan kewajibannya. Setelah itu ia keluar kamar dan menuju ke dapur. Terlihat sang Mama yang sedang memasak untuk sarapan pagi.

"Selamat pagi, Ma," sapa gadis itu seraya mengecup sebelah pipi Mamanya.

"Pagi sayang," jawab sang Mama, tak lupa dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya.

"Eza mana, Ma?" tanya gadis itu setelah duduk di kursi makan.

"Adik kamu pergi keluar. Katanya sih mau jogging bareng teman-temannya," jawab sang Mama sembari menghidangkan nasi goreng di atas meja makan.

Gadis itu hanya mengangguk, menanggapi ucapan sang Mama.

Setelah itu, hanya keheningan yang tercipta. Kedua orang itu sama-sama sibuk dengan sarapannya.

15 menit berlalu, mereka berdua selesai makan. Gadis itu pun membawa piring-piring kotor itu dan menyimpannya di wastafel lalu ia mulai mencucinya.

"Bi Inah kemana, Ma?" tanya gadis itu.

"Lagi nyiram tanaman di depan," jawab Mamanya sembari berjalan menuju kamarnya.

Gadis itu pun segera keluar menghampiri Bi Inah.

Sesampainya di halaman rumahnya, ia langsung merebut selang yang sedang dipegang oleh Bi Inah, asisten rumah tangga di rumahnya.

"Bibi... Kan aku uda bilang. Yang nyiram tanaman aku aja Bi," katanya sembari meneruskan menyiram tanaman.

Bi Inah tersenyum "Maap Non, Bibi kira Non mau bangun siang hari ini. Jadi Bibi yang mengerjakannya."

"Pokonya yang nyiram tanaman di pagi hari itu aku Bi. Titik," tegasnya lagi.

Bi Inah kembali tersenyum.
"Iya Non iya. Kalo begitu Bibi masuk duluan ya Non."

Gadis itu pun mengangguk. Karena merasa bosan, ia pun bersenandung kecil sambil tak henti-hentinya menyirami tanaman yang sangat lebat itu. Berbagai bunga cantik ada di sana. Semua bunga itu merupakan kesukaan ia dan sang Mama.

"Dor!"

Gadis itu langsung memegang dadanya karena merasa kaget.

"AL!"

Pria yang diteriaki namanya hanya cengengesan, memamerkan gigi putihnya yang rapi.

"Ngeselin banget sih pagi-pagi gini," gadis itu marah kemudian ia mengarahkan selang kepada pria yang tadi sudah mengagetkannya. Alhasil pria tersebut kebasahan.

"El udah El! Basah woi!" katanya seraya berusaha merebut selang yang ada di tangan gadis itu.

"Ampun El udah ih," pintanya.

Gadis itu pun berhenti. Ia berjalan menghampiri keran, kemudian mematikan kerannya sehingga air yang keluar dari selang berhenti.

"Baju gue jadi basah. Tanggung jawab!" kata pria itu sembari meletakan kedua tangannya di pinggang.

"Bodo amat gak peduli!" balas gadis itu.

Pria itu kemudian mencubit hidung gadis yang sudah membuat bajunya basah.

"Al lepasin ih sakit," kata gadis itu dengan suara yang aneh karena hidungnya masih dicubit oleh pria tadi.

Karena pria itu tak mau menuruti permintannya, ia pun menginjak kaki si pria itu sampai sang empunya kaki bertriak kesakitan.
"ADAW!"

Gadis itu pun segera masuk ke dalam rumahnya. Namun saat ia tengah berlari untuk mencapai teras rumahnya, ia terjatuh di halaman rumahnya yang beraspal itu.
"Aduhh mampus," umpatnya sembari memejamkan mata.

"AHAHAHAHAHAHAHAHA," terdengar suara tawa dari mulut pria yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Al jangan ketawa gitu dong. Bantuin gue bangun," pintanya.

"Kualat! Rasain hahahaha," ledeknya sembari membangunkan gadis yang kini sudah hampir menangis karena lututnya berdarah.

Menyadari hal itu pria tadi berhenti tertawa.
"El? Jangan nangis dong. Masa gitu doang nangis."

"Gitu doang mata lo kotak. Liat tuh lukanya gede. Perih tau!" adunya yang kini sudah mengeluarkan cairan bening dari matanya.

"Yaudah gue obatin yu," pria itu pun menggiringnya untuk masuk ke dalam rumah sang gadia. Lalu mendudukan gadis itu di sofa ruang tamu.

Setelah itu pria tadi segera bergegas ke dapur untuk mengambil kotak P3K. Yap, pria tersebut sudah hafal seluk-beluk ruangan di rumah ini. Ia juga terkadang suka menganggap rumah ini adalah rumahnya juga.

Setelah apa yang dia cari ketemu, ia segera kembali menghampiri gadis yang kini sedang meniup luka di lututnya. Ia pun berjongkok di hadapan gadis itu. Dengan hati-hati,ia mengobati dan membalut luka itu. Ia sangat telaten mengerjakannya.

"Makasi, hehe," ucap gadis itu sembari terkekeh pelan karena ia menyadari bahwa pria di hadapannya ini sangat perhatian padanya.

Pria itu hanya menanggapinya dengan senyuman dan usapan di kepala gadis yang kini tersenyum lebar ke arahnya. Kemudian ia pergi untuk menyimpan kotak P3K itu ke tempat semula.

Setelah itu ia pamit pulang untuk mengganti pakaiannya yang basah.

Sementara itu, gadis yang kini masih diam di tempatnya tak henti-hentinya tersenyum ke arah pintu yang tadi dilewati oleh pria yang sudah mengobati lukanya.

⭐⭐


Hi guys!
Jangan lupa vote comment yaw💕

March 19,2018.

AL&ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang