2. Lagi dan Lagi

1.2K 52 0
                                    

Selamat membaca cerita ini.

2| Lagi dan Lagi

Karma beneran ada. Kamu harus percaya.

⭐⭐

Elvira Putri Adinata. Gadis itu kini sedang serius dengan novel yang kini sedang dibacanya. Elvira memang sangat suka sekali membaca novel. Ia juga senang mengoleksi novel. Bahkan ia punya lemari khusus untuk novelnya yang sangat banyak itu.

Kali ini, Elvira sedang membaca novel yang menceritakan percintaan remaja di usianya. Setiap kali membaca novel remaja, ia selalu saja membayangkan bahwa ialah yang menjadi tokoh dalam novel tersebut. Tak jarang ia tersenyum sendiri karena membaca kata-kata dalam lembaran novel itu.

"Gila ya lo, senyum-senyum sendiri," ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi.

Orang itu langsung saja duduk di atas ranjang queen size Elvira yang kini tak mempedulikan kehadiran sosok itu. Ia masih bergeming di sofa yang ada di kamarnya itu sembari terus menekuni novelnya.

Merasa tidak dipedulikan, orang itu langsung saja melemparkan guling ke arah Elvira.

Elvira menatapnya tajam.
"AL!"

Al. Alvito Gea Hirata. Pria yang baru saja melemparkan guling ke arah Elvira.

Orang yang diteriaki namanya tidak menyahuti. Ia malah berbaring di atas ranjang milik Elvira, memejamkan matanya sebentar. Lalu bangkit saat ia teringat sesuatu.
"Lutut lo masih sakit?" tanya Alvito sembari berjalan menghampiri sofa yang diduduki Elvira. Kemudian ikut mendudukan dirinya di samping Elvira.

Elvira menoleh ke arah Alvito yang kini sedang meneliti lututnya dengan sedikit membuka perban yang menempel di sana.

"Aw!" ringis Elvira ketika perban yang menempel di lukanya itu dibuka sedikit.

Alvito langsung menutupnya kembali.
Kemudian ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa yang empuk itu. Ia memperhatikan Elvira yang kembali serius membaca.

Hari ini, Elvira sangat cantik. Ah sepertinya Elvira memang selalu cantik. Hanya saja, kali ini Elvira sangat cantik dengan poni barunya. Alvito baru sadar bahwa Elvira memakai poni sekarang.

"Lo pake poni depan sekarang?" tanya Alvito.

Elvira menoleh dan memegang poni barunya itu.
"Iya. Aneh ya?" tanyanya seraya mengambil ponselnya yang sedari tadi ada di sampingnya. Kemudian ia melihat pantulan wajahnya lewat layar ponselnya yang mati.

"Engga ko. Lucu. Gue suka liatnya," kata Alvito seraya tersenyum.

Elvira yang mendengar itu ikut tersenyum.
"Gue bosan dengan gaya rambut gue yang lama," kata Elvira yang kini sudah menutup novelnya.

Alvito tidak menanggapi ucapan Elvira. Ia terus memperhatikan Elvira. Elvira yang sadar diperhatikan seperti itu menoleh ke arah Alvito yang masih saja tersenyum ke arahnya.

"Lo kenapa?" tanya Elvira.

Alvito menggelengkan kepalanya.

"Ada yang mau lo omongin?" tanya Elvira lagi.

Alvito menghela napas pelan. Ia ingin sekali bercerita kepada Elvira. Tapi ia takut kena marah lagi.

"Ngomong!" Elvira tahu, Alvito ingin membicarakan sesuatu padanya.

"Gue putus sama Aurel," akunya. Ia tidak kuat jika harus menahan untuk tidak bercerita kepada Elvira.

Elvira yang mendengar itu, berdecak dan memutarkan bola matanya malas. Selalu saja seperti ini. Ia sudah tidak asing lagi mendengar hal seperti ini.

"Lo yang mutusin lagi kan?" tanya Elvira memastikan.

Alvito mengangguk sebagai jawaban.

"Bosen lagi?" tanya Elvira untuk yang ke sekian kalinya.

"Berapa kali lagi gue harus kasih tahu lo? Gue bukan bosen, tapi ga nyaman lama-lama," kata Alvito. Kini ia memejamkan matanya sembari menyandar di sandaran sofa.

"Berapa kali lagi gue harus kasih tahu lo? Berhenti nyakitin cewek! Kalo lo tahu bakal ga nyaman lama-lama sama dia, kenapa lo jadiin dia pacar? Please Al. Karma is real."

Elvira lelah. Elvira bingung. Harus bagaimana lagi ia memperingati Alvito yang keras kepala itu.

Alvito bangkit dari duduknya. Mengusap puncak kepala Elvira sekilas. Kemudian berjalan keluar meninggalkan kamar Elvira.

Alvito sudah merasa lega. Ia sudah lega karena ia sudah bercerita kepada Elvira.
Entah kenapa ia selalu merasa terbebani jika ia belum menceritakan apa masalahnya pada gadis itu.

Meskipun ia tahu bahwa respon Elvira akan seperti itu, ia tetap ingin bercerita.
Alvito selalu menceritakan masalahnya pada Elvira. Begitu pun Elvira.
Mereka akan saling mendengarkan dan menguatkan di saat salah satu mereka ada yang mendapat masalah.

Alvito dan Elvira sudah bersahabat sejak kecil. Tepatnya saat mereka sama sama berusia 5 tahun. Saat Alvito pindah ke depan rumah Elvira. Saat itu lah mereka mulai menjadi tetangga dan mengenal dekat satu sama lain hingga sekarang.

⭐⭐

jangan lupa vote comment 💕

March 22,2018

AL&ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang