4. Masuk Sekolah

843 38 7
                                    

Selamat membaca cerita ini.

4| Masuk Sekolah

Dua hal yang memiliki hubungan sebab akibat ; kesal, cemburu.

⭐⭐

Kringg.. Kringg.. Kringg..

"Ck, berisik banget elah," ketus Elvira, sadar tak sadar. Ia pun mematikan alarm itu dan kembali tidur. Baru saja hendak melanjutkan tidur cantiknya, pintu kamarnya dibuka oleh sang Adik yang juga baru bangun tidur.

"Kak! Bangun woi udah jam 5. Lo gimana si? Alarmnya lo matiin, lonya tidur lagi. Bangun woi!" kata Eza seraya mengguncangkan badan Kakaknya itu.

Elvira yang merasa terganggu pun membuka matanya sedikit dan mengarahkan pandangannya pada sosok sang Adik.
"Ih gua lagi PMS! Jadi nanti aja bangunnya jam 6an," kata Elvira. Memang, setiap dia sedang dalam masa PMS dia selalu bangun jam 6. Sebenarnya Elvira itu orang yang sangat susah sekali bangun pagi. Kadang ia juga masih harus dibangunkan oleh sang Mama untuk bangun pagi dan menunaikan kewajibannya.

"Lo gak mau sekola?" tanya Eza.

Elvira yang mendengar itu,langsung saja duduk tegak. "Oh iya gue lupa hari ini udah masuk sekolah!" katanya seraya berlari terbirit-birit ke kamar mandi yang berada di kamarnya.

Eza yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, lalu kembali ke kamarnya, bersiap untuk bersekolah.

---

"Morning, Bunda cantik," sapa Alvito yang baru saja mendudukkan dirinya di atas kursi makan. Alvito sudah bersiap, menggunakan seragam dan tasnya. Ia memandang Bundanya yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.

Dewi -Bunda Alvito- hanya tersenyum manis membalas sapaan putra tunggalnya itu.

"Ayah mana?" tanya Alvito seraya memasukan suapan nasi goreng ke mulutnya.

Dewi yang baru saja akan menyuapkan sesendok nasi, ia urungkan. Lalu menjawab pertanyaan Alvito.
"Ayah udah berangkat tadi shubuh. Ada meeting penting pagi ini."

Alvito mengangguk sebagai jawaban.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua selesai sarapan. Alvito pun menghampiri Bundanya untuk pamit.
"Bareng El kan?" tanya Dewi.

"Iya lah," jawab Alvito.
"Udah ya Al pamit, Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam."

Alvito bergegas menuju garasi rumahnya. Ia pun segera menaiki motor ninja merah kesayangannya itu dan langsung melajukan motornya itu ke depan rumah Elvira.

Tin Tin

Alvito membunyikan klakson motornya. Ia pun menunggu di depan gerbang rumah Elvira sembari duduk di atas motornya.
"Ini si El dandannya lama amat. Padahal mau diapain juga tetep gitu, cantik. Eh ngomong apa si gue!" kata Alvito berbicara pada dirinya sendiri. Gila memang wkwk.

Tak lama Elvira keluar dari rumahnya.
"Hai Al," sapa Elvira.

"Buruan nih pake!" kata Alvito sembari memberikan helm kepada Elvira.

Elvira menerima helm itu dan langsung memakainya. Setelah itu, Elvira naik ke atas boncengan motor Alvito.

Alvito segera bergegas melajukan motornya untuk menuju ke sekolah mereka. Membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai di sekolah.

"El, jangan pegang pundak dong. Berasa abang ojeg gue," kata Alvito.

"Bodo yey. Lo ngarep gue peluk ya?" kata Elvira sembari memicingkan matanya. Meski ia tahu hal itu tidak bisa dilihat oleh Alvito.

"Idih bukan gitu. Gue berasa abang ojeg aja gitu," jawab Alvito ngeles.

"Ah elah biasanya juga gini kan. Lagian abang ojeg kaga pake motor bagus gini kali Al," kata Elvira yang masih keukeuh tidak mau melepaskan pegangannya di pundak.

Alvito tidak menanggapinya lagi. Ia hanya fokus pada jalanan.

Alvito memberhentikan motornya di lapangan parkir sekolah mereka, SMA Bina Bangsa. Sekolah elit yang letaknya paling dekat dengan perumahan Alvito dan Elvira. Tak jauh dari SMA Bina Bangsa, ada SMP Bina Bangsa yang merupakan sekolah tempat Eza menuntut ilmu.
Sekedar info, Alvito dan Elvira juga lulusan dari SMP Bina Bangsa.

Setelah menuruni motor Alvito, mereka berjalan berdampingan meninggalkan lapangan parkir dan menuju ke koridor sekolah yang lumayan ramai. Hari ini awal semester 2. Tampak sekali wajah cerah dari para siswa dan siswi yang mereka lewati.

Karena kelas mereka yang bersebelahan,Alvito dan Elvira terus saja jalan berdampingan sampai akhirnya Elvira lah yang memasuki kelasnya duluan, XI Mipa 3. Sedangkan Alvito harus jalan dulu sedikit untuk sampai di kelasnya, XI Mipa 2.

---

"Elvira!" Elvira menengok ke arah tiga perempuan yang sedari tadi menunggu kehadirannya. Siapa lagi kalau bukan Kirana,Tania, dan Dara.

Elvira segera menghampiri mereka di barisan paling pojok depan. Ia pun meletakkan tasnya di atas meja dan mendudukkan diri di sebelah Kirana. Kemudian segera menghadap ke belakang, ke arah Tania dan Dara.
"Ada apaan?" tanya Elvira penasaran.

Mereka bertiga -Kirana,Tania, dan Dara- saling pandang.
"Si Al mutusin si Aurel?" tanya Dara.

Elvira yang mendengar pertanyaan itu memutar bola mata malas. Ia jadi sebal lagi terhadap Alvito.
"Iya," jawab Elvira sekenanya.

"Ih dasar playboy cap kambing," ujar Kirana kesal.

"Tau! Baru juga seminggu jadian eh udah putus aja," timpal Tania.

Ah Elvira membenci topik ini. Karena ia akan selalu merasa kesal pada Alvito dan selalu berkeinginan mencakar wajah Alvito yang sok kegantengan itu, eh emang ganteng si wkwk.

"Udah lah biarin a-" ucapan Elvira harus terpotong karena baru saja guru yang mengajar di jam pertama memasuki ruang kelas. Entah lah,tapi Elvira dan kawan kawan sama sekali tak mendengar bunyi bel.

⭐⭐

Halo guys!!

Jangan lupa vote comment💕

March 27,2018

AL&ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang