Aku berlari sepanjang koridor fakultasku. Saat aku hampir sampai didepan kelasku, kelasku terlihat sepi, sepertinya Dosen Han sudah masuk. Matilah aku.
Empat langkah menuju pintu kelas, tiba-tiba seorang pria menabrakku hingga aku terjatuh. Tepatnya tergeletak diatas lantai. Begitupun pria itu.
Ya, pria yang menabrakku. Berambut coklat kemerahan, badannya bagus, tinggi, dia juga tampan. Begitulah. Tapi konyolnya, ini adalah musim panas dan dia memakai hoodie?
Segera aku terbangun lalu membersihkan baju dan celanaku dari debu lantai. Pun dengan pria itu. Segera ku lontarkan protesku padanya.
"Ya! Apa-apaan kau ini? Menabrakku begitu saja. Apa kau tak punya mata?" (hei)
Dia membuka mulutnya hendak membalas protesku. Namun, saat kenop pintu dari kelasku berbunyi dan pintu pun terbuka, pria itu langsung kembali mengatupkan mulutnya.
Rupanya Dosen Han mendengar protesku. Dan ia merasa terganggu.
***
Hari yang diimpikan Lisa, hari yang ia dambakan, malah jadi neraka baginya. Ia dan pria itu mendapat detensi dari Dosen Han karena telah terlambat masuk kelas dan beradu mulut pagi-pagi.
Jika saja gadis itu tidak bangun terlalu siang, jika saja ia tak bertemu pria itu, jika saja ia tidak terpancing emosi, mungkin kini ia sedang berada di kafetaria fakultas, menikmati waktu istirahat.Bukan seperti ini, mendapat sanksi, terkurung di perpustakaan untuk memisahkan buku lama dan rusak, dan lebih parahnya lagi ia terkurung diperpustakaan bersama seorang pria menyebalkan?
Lisa membantingkan buku lama yang sudah ia pisahkan ke dalam wadah yang sudah disediakan oleh Dosen Han tadi. Lalu pria itu mengerutkan alisnya dan membuka mulutnya lalu mengambil nafas.
Sepertinya pria itu berniat menceramahinya.
Ketika pria itu hendak berbicara lalu ponselnya berbunyi. Segera ia menutup kembali mulutnya lalu mengambil ponselnya dan mengangkat teleponnya.
"Yoboseyo."
"........."
"Ne, Jungkook imnida."
"........."
"Saya segera kesana setelah kelas selesai. Annyeong."
***
Lisa's POV
"Oh, namanya Jungkook." batinku saat mendengar ia menyebutkan namanya.
Diam-diam, aku menyimak kata-katanya saat ia bercakap dengan seseorang lewat telepon.
Walaupun aku tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Tapi yang aku tangkap, ia terlihat gelisah dan cemas setelah menutup telponnya.
Dia juga berbohong. Dia bilang dia akan segera kesana setelah kelas selesai. Padahal dia tak masuk kelas dan mendapat sanksi dari Dosen Han. Dasar aneh.
"Tugasku selesai, aku pergi dulu. Ini penting dan mendesak." Teriaknya sambil berlari.
"Ya! Apa kau gila?" Protesku padanya.
***
Aku membawa dua keranjang besar buku rusak dari perpustakaan ke gudang. Harusnya aku hanya membawa satu keranjang, tapi apa boleh buat? Semuanya gara-gara pria brengsek itu.
Pokoknya, jika aku bertemu lagi dengannya, aku bersumpah akan mengeluarkan suara dua oktafku tepat ditelinganya dan mengeluarkan sumpah serapahku. Menyebalkan.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE TO BE LOVE (Lizkook)
Hayran KurguKetika benci, lalu berubah menjadi cinta.