Prolog

43 2 0
                                    

"Saya terima nikah dan jodohnya jessy shevana binti ibram prabowo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas delapan puluh gram di bayar tunai." Jawabnya sekali tarikan nafas.

"Bagaimana saksi?"

"SAH!!"

Semua yang berada di ruangan itu bersorak dengan mengumamkan 'Alhamdulillah' karna akhirnya putra putri mereka bersatu juga dalam ikatan pernikahan setelah menjalin kasih dari SMP hingga di bangku SMA dan setelah lulus sekolah pacarnya memutuskan meminangnya kejenjang yang lebih serius. Memang bukan hal mudah menikah di usia muda terlebih lagi mereka baru saja lulus. Namun laki-laki itu tidak ingin terjadi hal yang tidak di inginkan, lagi pula untuk apa pacaran lama-lama jika tujuan utamanya memang ingin menikah. Lagi pula bukankah lebih cepat lebih baik.

Srek!!

Duak!!

Brak!!

Gubrak!!

Mobil yang membawa sepasang suami istri yang baru saja melangsungkan pernikahan itu terpental dari jalan dan masuk kedalam jurang. Ia bisa merasakan kepalanya basah, mungkin itu darah. Entalah dia tidak tau. Dia berusaha melepas laki-laki yang memeluknya, laki-laki itu melindunginya dengan menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Ia menggeleng dengan sisa tenaganya saat berlahan-lahan mata laki-laki itu akan tertutup.

"Aku mencintaimu...jessy" bisiknya sebelum kesadarannya menghilang dan kepalanya terjatuh tepat di kepalanya. Ia melihat wajah suaminya penuh dengan darah namun suaranya tidak bisa ia keluarkan. Yang bisa ia lakukan hanya memeluk suaminya itu dengan erat.

"Aku juga mencintaimu."

-

"TIDAK!!"

Dia terbangun setelah memimpikan kejadian yang selalu sama. Jessy bersandar pada kepala ranjang dengan kepala bersenyut nyeri. Siapa orang yang selalu ia mimpikan? Kenapa dia tidak bisa mengingat wajahnya! Ia menghela nafas lantas turun dari ranjang lalu berjalan keluar kamar.

Jika terbangun seperti ini memang ia selalu haus. Keningnya mengeryit melihat lampu dapur tidak di matikan. Siapa yang menyalakan lampu? Perasaan tadi dia mematikannya. Mungkin mama yang lupa mematikan saat selesai masak.

Jessy membuka lemari pendingin lalu kembali mengeryit saat menemukan coklat favorit-nya.

Ia mengambil coklat itu lalu membawanya ke meja makan.

'Makan coklat mulu, nga takut gendut apa?.'

"Engga...kalaupun aku gendut kamu akan tetap cinta sama aku."

"Dih...sok tau banget deh."

"Jadi kamu nga cinta lagi sama aku kalau aku berubah gendut?!" Dia mendengkus kesal.

"Yah...engga mungkin lah, aku itu mencintai kamu apa adanya. Kalau pun kamu gendut kaya gajah trus pipi mu tambah chubby aku malah suka...kaya ginihh"

"Akhh...lephashinnn phiphi akhu..."

Kepalanya tiba-tiba berdenyut sesaat setelah percakapan itu mencuat dari memorinya. Dia tidak tau siapa pemilik suara itu tapi yang pasti jessy hanya tau kalau dari percakapan itu dia bisa menyimpulkan kalau orang itu ada hubungan dengan dirinya.

Tapi dia siapa?.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang