Bab 2.

24 1 0
                                    

"Kamu..."

Seru jessy mundur satu langkah karna posisi mereka terlalu dekat.

"Ketemu lagi yah...kemarin kamu menabrak ku tapi pergi begitu saja tanpa menolongku, tega sekali meninggalkan orang yang kesakitan ."

Jessy meringis"maaf...aku tidak bermaksud begitu, kemarin aku buru-buru."

Kaifan mengangguk-angguk"baiklah, tapi kamu harus bertanggung jawab karna sudah membuat pinggang ku sakit."

Dia menghela nafas"memang apa yang kau inginkan dari ku?"

Kaifan tersenyum tipis melihat wajah cemberut jessy. Terlihat sangat menggemaskan sampai dia tidak sadar kalau sudah menarik pipi jessy hingga membuat gadis itu memekik.

"Akh....apha yhang khau lakhukhan!"

Gadis itu mengusap pipinya yang pasti sudah memerah karna ulah kaifan. Dia mendelik pada cowok itu lalu balas menarik pipi kaifan tapi cowok itu tidak memekik sama seperti dirinya. Apa dia tidak kesakitan sama sekali di cubit seperti ini? Padahal jessy sudah menariknya cukup kuat.

"Kenapa kau diam saja?"

Kaifan menaikan satu alisnya heran.

"Memang kenapa? Cubitan mu ini sama seperti gigitan semut, tidak ada rasanya sama sekali."

"Serius tidak sakit? Bahkan saat ku tarik begini?" Jess menarik kedua pipi kaifan lebih kuat lagi.

Namun kaifan sama sekali tidak mengerang atau mengeluarkan suara, hal itu tentu saja membuat jessy kesal. Lalu sebuah ide jahil muncul di kepalanya.

"Sudah?" Tanya kaifan melipat tangan di depan dada menatap jessy meremehkan.

"Tentu saja tidak."

Tanpa kaifan sangka jessy menarik tangannya kemudian mengigitkan dengan kuat. Kaifan yang tidak siap tentu saja memekik karna gigitan jessy benar-benar menyakitkan, hingga telapak tangannya terasa mati rasa.

"Akh...aw...sakit! Kenapa mengigit tangan ku."

Cewek itu nyengir tiga jari"sakit kan, jadi sekarang satu sama."

Kaifan mendengkus lalu mengacak rambut jessy hingga berantakan.

"Dasar anak-anak."

Tidak terima di katai anak-anak jessy berdecak pinggang kemudian menatap kaifan dengan tatapan menantang.

"Enak saja, umurku sudah mau dua puluh di bilang anak-anak. Mata-mu kelilipan?!"

Cowok itu tergelak lantas menggeleng tidak percaya.

"Hahaha...yang benar saja, tinggi mu saja hanya sebatas dadaku bagaimana tidak mirip anak-anak."

"Heyy...aku ini termasuk tinggi tau, kau saja yang kelebihan tulang makanya seperti tiang listrik."

Kaifan menunduk mensejajarkan tingginya dengan jessy, ia kemudian menepuk-nepuk kepala jessy seperti seorang kakak yang habis menjahili adiknya.

"156 cm, di bilang tinggi?" dia tersenyum penuh arti"lawakan yang cukup lucu."

"Ish.." gadis itu menepis tangan kaifan "lama-lama kamu semakin menyebalkan saja, sudalah aku mau pulang, berlama-lama di sini denganmu membuatku darah tinggi."

Dia baru saja akan melangkah namun kaifan keburu menarik tangannya hingga berputar menghadap kaifan tapi karna tidak siap akhirnya jessy kehilangan keseimbangan dan limbung kedepan, kaifan terkejut tidak sempat menahan jessy dan...

Bruk!

Keduanya jatuh di atas lantai dengan posisi jessy berada di atas kaifan.

Jessy yang masih syok lantas mengerjab beberapa kali, dia bahkan belum ngeh dengan posisi mereka yang bisa di katakan terlalu dekat.

"Kenapa aku merasa tidak asing dengan mata mu? Seperti aku sangat mengenalnya, tapi di mana?" gumam cowo itu menatap mata jessy.

"Apa?"

Tangan kaifan terulur menyentuh alis jessy, ada perasaan aneh yang melingkupi hati nya. Perasaan sama seperti kemarin namun kali ini lebih kuat. Dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya.

Deg!

Deg!

Deg!

Mata jessy membulat saat sadar dengan posisi mereka yang terlalu dekat seperti ini. Dia buru-buru bangun kemudian berdehem untuk menormalkan detak jantungnya yang menggila serta menghilangkan gugup yang ia rasakan.

"A-aku minta maaf." Gagap-nya enggan menatap kaifan.

Jessy bisa merasakan pipi-nya memanas, pasti saat ini dia terlihat bodoh dengan wajah mirip kepiting rebus.

Kaifan berdiri kemudian membersihkan celananya dari debu, ia juga terlihat salah tingkah tapi dia bisa menyembunyikan itu dengan bersikap biasa saja.

"Aku yang minta maaf karna sudah menarikmu tiba-tiba, hanya saja tadi itu aku cuma mau menanyakan nama-mu tapi kau sudah mau pergi." Ungkap kaifan.

Jessy meringis sambil menggaruk pelipisnya

"begitu yah."

Kai mengangguk lantas mengulurkan tangannya"padahal dari tadi kita ngobrol begitu akrab tapi aku sama sekali belum tau nama-mu. Aku kaifan."

"Jessy" jawabnya balas menjabak tangan kai.

"Jessy...sisi..."

Gadis itu mengeryit"bukan sisi tapi jessy."

"Tapi aku lebih suka memanggilmu sisi terdengar manis dan familiar."

Jessy mendegus tapi sejurus kemudian tersenyum entah mengapa dia merasa bahagia mendegar kaifan memanggilnya seperti itu.


*****

Ia membiarkan angin sepoi sepoi menerbangkan rambutnya, matanya terpejam menikmati udara senja di pinggir pantai. Langit sudah berubah menjadi jingga, matahari pun sudah kembali keperaduannya bahkan burung-burung kompak berterbangan untuk kembali kesarang masing-masing.

Gelap sebentar lagi akan tiba namun hal itu tidak membuat gadis berambut kecoklatan itu beranjak dari atas karang yang di terpa ombak. Dentuman ombak baginya seperti musik alami yang selalu membuatnya betah menikmati karunia tuhan yang tiada tara.

"Sepertinya kamu sudah sering ketempat ini, tidak heran jika tidak merasa takut berada di atas batu karang setinggi ini."

Ia terseyum tanpa membuka mata.

"Di sinilah aku biasa menenangkan diri dari setiap masalah, bagiku...pantai adalah tempat terbaik mencurahkan isi hati ketika gunda, laut selalu mau mendengar keluh kesah ku tanpa merasa bosan, laut juga tidak akan membocorkan setiap curahan hati jika aku curhat kepadanya, laut dan aku mempunyai ikatan."

Dari samping kaifan memandangi wajah cantik jessy yang masih memejamkan mata. Mendegar untaian kata perkata yang keluar dari mulut jessy membuat desiran aneh di hatinya. Ada perasaan ingin merengkuh gadis itu padahal mereka tidak saling mengenal, sungguh aneh!.

Ada dorongan dari dalam diri kaifan sehingga tanpa sadar tangannya terulur dan berlahan menyentuh pipi jessy.

Gadis itu sontak membuka mata saat rasa hangat menyentuh wajahnya, dia menoleh lalu kedua bola mata sehitam malam itu menatap-nya sangat teduh. Ada apa dengan dirinya? Mereka saling bertatapan menyelami cerminan hati masing-masing.

Beberapa detik kemudian jessy lantas memalingkan wajah-nya. Apa itu tadi?.

Dia berdiri kemudian turun dari atas karang lalu berjalan menuju laut, kaifan mengeryit melihat jessy malah sibuk bermain air tanpa memikirkan kalau dia bisa saja basah. Cowok itu mendengkus kemudian ikut turun lalu menghampiri jessy yang sedang menciprat-cipratkan air seperti anak kecil.

"Ini sudah malam, ayo kita pulang."

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang