Bab 6

17 1 0
                                    


Siang berganti malam dan kedua manusia itu masih betah berada di atas rumah pohon, jessy tak henti-hentinya berdecak kagum melihat begitu banyak kunang-kunang yang berterbangan di sekitar mereka. Di tambah lagi taburan bintang-bintang di atas langit. Membuat semuanya terasa sangat mengangumkan. Jika biasanya pantai selalu jadi tempat nomor satu pelariannya di kala sedih, maka dia akan menempatkan tempat ini juga sebagai tempat favoritnya. Kenapa sih baru sekarang dia tau kalau ada tempat seperti ini di bandung? Kenapa engga dari dulu saja? Eh..tapikan dia baru bertemu dengan kai baru-baru ini. Aduhhhh mikir apa sih kamu jeje, kok ngelantur mulu.

"Kunang-kunang udah kaya bintang-bintang kalo malam, mereka sangat cantik...." Gumamnya menjulurkan tangan berusaha menangkap kunang-kunang yang berada di dekatnya.

Kaifan terkekeh melihat betapa bahagianya jessy, padahal hanya hanya melihat kunang-kunang saja sudah sebahagia ini bagaimana kalo dapat lotre? Mungkin dia bakal jingkrak-jingkrang saking senengnya.

"Mau lihat yang lebih indah nga?"

Jessy menoleh sambil nyengir lebar"Mau dong.."  kai kembali terkekeh kemudian mengacak rambut jessy.

Bagi jessy tidak ada lagi hal yang lebih indah dari pada menghabiskan waktu bersama kaifan. Cowok asing yang berhasil membuat jessy sadar kalau ada yang aneh dengan hatinya? Dan itu terjadi hanya karna kaifan.

****

Avita mengerutkan alisnya melihat jessy senyam-senyum nga jelas sejak datang ke toko. Ada apa sih sama ni anak? Pikirnya merasa heran. Avi menepelkan punggung tangannya di kening jessy.

"Engga panas kok? Apa jangan-jangan ni anak kesurupan si manis kali yah?" Gumamnya pada diri sendiri.

Jessy tekekeh melihat ekpresi avi bergindik ngeri padanya.

"Wahhh, parah lo kaya-nya emang musti di rukiah deh, je. Kali aja setan penunggu jembatan beneran ngikut di badan lo." Cetus avi seenak jidatnya. Namun kali ini jessy tidak akan marah di katai seperti itu oleh avi karna sekarang dia merasa bahagia dan dia tidak mau merusak rasa bahagianya itu dengan menanggapi ocehan avi yang sama sekali engga benar.

Dia beranjak dari duduknya kemudian berjalan menuju lemari es yang berada di dapur tokonya. Senyumnya mengembang melihat cokelat kesukaannya ada di dalam kulkas. Tentu tanpa permisi gadis itu langsung saja menyomot cokelat itu sesuka hati.

Karena terlalu larut menikmati cokelatnya jessy sampai tidak mendegar suara ponselnya yang berbunyi hingga avi datang dengan tampang bete membawa ponsel milik jessy.

"Ni anak malah asik-asikan di sini, iihhhh...jeje?! Ngapa lo makan cokelat gue?!" Pekik avita menatap bungkus cokelatnya tergeletak mengenaskan di atas meja pantri. Jessy nyengir lebar kearah avi "hehe...gue khilapp vi, abisnya salah sendiri, udah tau gue cinta mati ama cokelat trus napa naro cokelat sembarangan? Kan gue comot."

Avita mencak-mencak di tempatnya berdiri."JEJE!! TAU NGA SIH ITU TUH KIRIMAN KAWAH KHUSUS BUAT GUE? TAPI NAPA JADI LO YANG MAKAN?! MANA NGA NYISAIN BUAT GUE LAGI?! IHHH...JEJE GUE SEBBEL SAMA LO."

Jessy merotasi matanya malas melihat tingkah avita yang udah kaya banteng kepanasan.

"Elahh...lupa atau gimana sih neng? Cokelat itu banyak gula-nya, emang mau berat lo nambah trus diet lo gatot alias gagal total? Mau?" Jessy menaik turunkan kedua alis-nya menggoda avita.

Avita tercengang, benar juga yah?! Pikirnya. Menghela nafas gadis itu kemudian manggut-manggut."Yaudah deh..cokelatnya buat lo aja, dari pada gue gendut, kan mending lo yang gendut." Berbeda dengan jessy yang berdecak mendegarnya.

****

Karina mendekati kai yang baru saja pulang dari rumah sakit, wajah lelah terlihat jelas di wajah kaifan. Ber profesi sebagai dokter syaraf memang bukan hal yang mudah. Apa lagi jadi dokter di usia muda, pasti bebannya sangat banyak.

Menyadari kehadiran ibundanya kai menegakan tubuhnya, dia melempar senyum lelah pada sang bunda. Karina mendudukan dirinya di samping putra semata wayang-nya. Tangannya terulur mengusap rambut kai sambil tersenyum tipis.

"Gimana hari ini di rumah sakit?" Tanya karina lembut.

"Baik-baik saja ma, hanya saja hari ini  pasien banyak sekali, belum lagi oprasi yang harus kai tangani." Ujarnya memejamkan mata menikmati elusan karina. Sentuhan ibundanya selalu jadi obat paling mujarap di saat letih seperti ini.

"Baiklah..lebih baik sekarang kamu mandi dulu gih, biar segeran. Abis itu makan malam. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu."

Tanpa menuggu dua kali kai langsung melaksanakan perintah dari sang ratu. Kebetulan memang dia butuh merilekskan tubunya dari rutinitas yang cukup menyita energinya. Kai masuk kedalam kamarnya yang berada di lantai dua. Dia membuka kemejanya putih yang dia kenakan lalu melemparnya ke keranjang cucian. Tak lupa ia juga melepas jam tangan serta sepatuya. Dengan bertelanjang dada kaifan masuk kedalam kamar mandi untuk berendam air hangat.

Lima belas menit menghabiskan waktu di kamar mandi, kaifan keluar dengan pakaian yang sudah berbeda. Kaos putih tanpa lengan memperlihatkan otot-otot lengannya hasil olah raga tentunya, serta celana longgar rumahan. Pria berusia dua puluh satu tahun itu berjalan menuju lemari dan membuka pintu terbuat dari kayu jati tersebut. Tatapannya kosong hingga sulit di tebak, tangannya terulur meraih kamera dari balik lipatan baju.

Kaifan membawa kamera itu menuju ranjang, dia duduk di sana sambil mengutak atik kamera di tangannya. Tanpa bisa dia tahan air matanya menetes begitu saja. Sungguh? Kaifan tidak mengerti kenapa dia merasa sedih melihat kamera di tangannya? Kemarin malam Ernez memberinya kamera ini. Awalnya dia tidak mengerti kenapa ernez memberinya kamera? Tapi entah mengapa saat ernez memberinya kamera ini? Hal pertama yang kai rasakan adalah. Rindu! Aneh? Memang. Tapi itulah kenyataannya.

Membuang nafas kai kembali memasukan kamera itu kedalam lemari kemudian turun kebawah untuk makan malam. Jika tidak nanti sang ratu akan berteriak seperti tarzzan menyuruhnya untuk segera makan.

****

Avita mengaga mengitip sketsa yang jessy gambar dari balik punggung gadis itu. Tumben amat si jeje gambar cowok? Padahal dia anti banget lukis yang namanya kaum adam. Tapi sketsanya benar-benar ganteng! Pasti aslinya lebih ganteng dari itu. Pikirnya.

"Siapa dia?" Tanya avita di belakangnya, Kaget? Tentu saja bahkan jessy hampir saja menabok wajah avita yang berada di belakangnya.

Berdecak jessy menutup bukunya kemudian berdiri menatap tajam ke arah avita.

"Nga sopan tau vi, ngintip privasi orang?!" Kata jessy garang

Bukannya takut avita malah terbahak geli melihat ekspresi kesal jessy. Demi apa? Jessy kalo marah mah bikin orang gemas karna akan terlihat lucu ketika dia menekuk wajahnya, mengerucutkan bibir, dengan pipi mengembung. Duhh...kalo boleh..avita mau bungkus si jessy lalu di bawa ke ragunan biar di jadikan santapan singa.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang