Bab 3.

19 1 0
                                    

Mereka sudah sampai di depan gerbang mini malis bercat biru, jessy menoleh pada kai. Melepas jaket kemudian menyodorkannya pada kai.

"Makasih..." namun bukannya mengambil, kaifan malah terkekeh, tentu saja hal itu membuat jessy bingung. "Kenapa? Ada yang lucu?" Tanya jessy dengan alis terangkat satu.

Menggeleng, kaifan menerima jaket itu. Jessy lantas tersenyum melihatnya. Tapi sejurus kemudian jessy di buat terpaku saat kaifan malah kembali memakaikan jaket itu padanya.

"Kok.."

"Kamu pake aja, nanti baru di balikin."

"Tapi kan.."

"Aku pulang, salam buat orang tua kamu." Kaifan memutar badan, lalu berjalan meninggalkan jessy, sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

Jessy menyentuh jaket kulit warna hitam yang kini tersampir di bahunya. Hangat. Itulah yang ia rasakan saat jaket ber aroma maskulin itu membungkus tubuhnya. Pandangannya mengikuti punggung kaifan. Hingga dia tidak terlihat lagi karna menghilang di tikungan. Jessy membuka gerbang kemudian masuk. Langkahnya sempat terhenti saat seekor kucing bertubuh gempal dengan bulu lebat berwarna putih menghampirinya. Dia berjongkok, mengambil kucing itu, membawanya dalam gendongan.

"Pussy...kamu tau nga? Hari ini, aku ketemu lagi sama orang yang aku tabrak kemarin. Namanya kaifan. Tapi anehnya aku merasa kalau namanya itu familiar banget. Berasa kaya aku tuh kenal banget sama namanya. Tapi aku nga inget kenalnya di mana." Curhat jessy tersenyum tanpa bisa ia cegah, Sambil berjalan masuk kedalam rumah lalu menuju kamarnya.

****

Kaifan menjatuhkan diri di atas sofa, dia merogoh saku celananya guna mengeluarkan ponsel. Senyumnya tiba-tiba terbersit mengingat pertemuannya dengan jessy tadi. Perempuan itu lucu sekali, dia merasa gemas sendiri. Tingkahnya sangat kekanakan tapi marah kalau di bilang mirip anak-anak. Dia cantik bahkan sangat cantik. Senyum dan tawanya entah mengapa selalu membuat dadanya berdetak kencang. Aneh? Padahal selama ini dia tidak merasakan perasaan seperti ini.

"Padahal baru saja berpisah tadi tapi kenapa aku jadi rindu padanya sih."

Menggeleng, dia segera mengeyahkan pikiran liar yang melintas di kepalanya. Masa sih dia suka sama cewek itu? Namun segera dia menepis semua pikirannya itu dengan menggeleng-geleng. Tidak...ini tidak boleh. Dia sudah punya seseorang yang harus dia jaga, Jadi tidak boleh suka atau cinta sama jessy.

Kenapa sih, si jessy membuatnya seperti ini? Apa yang sudah perempuan itu lakukan padanya? Kenapa dampak seorang jessy begitu sulit di tepis?

****

Jessy sekarang sedang berada di ruang TV bersama dengan pussy di pangkuannya. Dia tampak larut menonton drama korea yang sedang tayang. Senyumnya sesekali mengembang ketika pemeran utama pria dalam drama itu melakukan guyonan guyonan lucu agar pacarnya tersenyum, bukannya senyum yang ia dapat. Cowok itu malah di tinggal begitu saja oleh sang pacar. Jessy menggeleng tidak habis pikir dengan karakter yang perempuan itu mainkan. Sangat kekanakan dan egois! Padahal pacarnya sudah susah payah loh datang jauh-jauh...pake lari-lari lagi takut pacarnya tambah ngambek, eh..ini yang di dapat malah sikap acuh tak acuh. Kan mending cowoknya buat dia saja, lumayan lah...ganteng, buat gebetan. Hihi.. dia geli sendiri dengan pemikirannya, iya kelles...cogan korea mau sama dia yang lebih mirip upik abu. Ck! Berasa ngenes banget deh...apa lagi ini malam minggu.

Mbok ati menghampiri jessy, berbisik pelan di dekat telinganya "Non, ada tamu nyari non di luar." Jessy menoleh "siapa mbok?" Herannya, soalnya tidak biasanya ada tamu malam-malam begini. Biasanya yang datang kemari cuma Avita dan Kawah tapi dua manusia itu sedang di luar kota, Atau bisa saja mereka sudah pulang? Dia berdiri kemudian berjalan menuju teras.

Saat sudah di ambang pintu, dia melihat punggung seseorang karna memang dia sedang membelanginya.

"Nyari siapa yah?" Bersamaan dengan pertanyaannya, orang itu berbalik, sontak saja jessy menahan nafas tak kala orang itu tersenyum lebar mempertlihatkan deretan giginya rapih.

"Hai.."

"Kok...kamu ada di sini?"

"Kenapa? Ganggu yah?" Jessy menggeleng.

"Engga lah...ayo, silahkan masuk"

Jessy mempersilahkan kai duduk di sofa sebelum dia masuk kedapur buat ngambilin minum untuknya. Kai melihat-lihat rumah jessy, rumah berlantai satu bergaya amerika tapi lebih kental kesan sundanya. Foto-foto keluarga di dinding ruang tamu menambah kesan nyaman. Di sudut ruangan terdapat bunga hias yang sengaja di simpan di sana.

Tidak lama kemudian jessy datang dengan nampang berisi minuman dan dua bauh toples berisi kue kering. Di letakan gelas itu di depan kai, beserta toples kuenya. Dia duduk di sofa di depan kaifan.

"Di minum gih..."

Kai menatap gelas itu dengan ekspresi heran sekaligus bingung, bagaimana jessy bisa tau minuman favoritnya? Padahal tidak ada orang yang tau loh...bahkan mamanya sendiri juga tidak.

"Kok malah bengong? Kenapa? Engga suka yah? Kalau gitu, aku ganti yah.." dia berdiri dan akan menggantinya. Tapi baru jessy mau mengambil gelas itu kembali, kaifan menyentuh tangannya. Jessy mengangkat wajahnya memandang kai bingung.

"Tau dari mana?"

"Hah! Maksudnya?"

"Iya, kamu tau dari mana kalau aku suka teh lemon madu?"

Jessy menggaruk pelipisnya, dia bingung harus menjawab apa? Karna jujur saja tadi itu dia sendiri bingung, kenapa dia bikin teh lemon madu. Kaifan menatap jessy yang tampak berfikir.

"Engga tau..aku cuma bikin aja, yah...mungkin kebetulan aja kali."

"Begitu yah.."

Jessy manggut-manggut.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang