Bab 7

34 1 2
                                    

Pagi yang cerah untuk memulai hari, langit biru menyambutnya saat keluar dari rumah, senyumnya mengembang tak kala melihat seseorang menyandar pada mobilnya sambil bersidekap di dada. Cengiran lebar di bibirnya membuat orang di depan sana mendengus.

"KAWAH?!" Pekiknya berlari menuju orang itu dan menerjang memeluknya, jessy jingkrak-jingkrak heboh saat kawah balas memeluknya.

Gadis itu melepas pelukannya kemudian melihat penampilan kawah dari atas sampai bawah kemudian naik lagi kearah wajah pria itu, namun kernyitan di dahi jessy membuat kawah menaikan alis kirinya.

"Ada apa?" Tanya kawah heran, jessy melipat tangan kanan di depan dada sementara tangan kirinya mengetuk-ngetuk bibirnya.

"Apa sih je?"

Jessy tidak menjawab, yang dia lakukan malah membuat kawah semakin bingung dengan tingkahnya. Jessy mengelilingi kawah kemudian berhenti kembali di depan pria itu. Kawah yang sudah gedek dengan tingkah aneh jessy langsung menyentil dahi gadis itu.

"Kesambet lo yah?" Herannya.

"Ada yang beda dari penampilan lo sekarang? Kaya ada yang kurang?" Kata jessy sok serius.

Kawah mengeryitkan dahinya bingung, memang apa yang salah dengannya? Perasaan dia baik-baik saja, bahkan sehat wal'Afiat tapi kenapa jessy bilang ada yang aneh?

Tiba-tiba tangan jessy terulur di depan wajah kawah, "mana?" Tagih jessy ambigu.

"Apanya yang mana?" Tanya kawah dengan polosnya.

Jessy menghela nafas dramatis, dia menepuk keningnya. Kadang ni jessy pengen banget nyeburin kawah ke bromo biar ngumpul ama kawah beneran. Pura-pura nga tau lagi apa yang jessy minta, padahal biasanya langsung di kasih. Awas aja kalo sampe nga di beliin, hmm...bakal jessy ceburin beneran ke bromo.

"Oleh-oleh gue lah, pura-pura amnesia lagi." Degus gadis itu.

"Ohh.."

"Iya, buru mana?"

Kawah terkekeh mengaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal, melihat hal itu jessy menyipitkan matanya menatap kawah penuh selidik.

"Hehe, iya gue lupa.." katanya santai.

Tuh kan bener?! Pekik gadis itu dalam hati. Raut wajah jessy berubah cemberut dengan bibir mengerucut. Andai jessy tau kalau sebenarnya sekarang kawah mati-matian menahan tawanya. Dari dulu jessy memang gampang di kibuli, astaga bagaimana bisa sahabatnya itu bisa kekanakan seperti ini? Walau dasarnya memang sudah manja tapi melihatnya merajuk karna tidak di belikan oleh-oleh sungguh menggemaskan. Sebenarnya kawah hanya bercanda, dia cuma mengerjai jessy saja. Mana mungkin sih dia lupa dengan sahabatnya satu ini? Kemana pun kawah pergi pasti selalu akan membawakan cendra mata untuknya. Dalam hidup kawah hanya ada tiga orang wanita yang sangat ia cintai dan sayangi. Yang pertama tentu adalah mamanya, lalu yang kedua sudah pasti avita, dan yang terakhir adalah jessy. Kawah rela mengorbangkan apapun demi ketiga wanita itu.

Mata jessy mulai berkaca-kaca membuat kawah merasa bersalah karena-nya. Kalau jessy sudah seperti ini maka semuanya akan panjang apa lagi kalau avita sampai tau? Kawah bisa di gantung hidup-hidup deh sama pacarnya itu. Membayangkannya saja membuat kawah bergindik ngeri. Amit-amit jantan sampai deh.

Tangan pria itu terulur menarik jessy masuk dalam pelukannya, dia mengusap punggung jessy lembut agar jessy tidak jadi menangis.

"Canda gue, cengeng banget sih jadi anak.." jessy mengerucutkan bibirnya, tangannya mendorong dada kawah kemudian mundur tiga langkah. "Engga usah peluk-peluk kalo nga ada oleh-oleh buat gue." Ketus cewek itu membuang wajah kesamping.

"Yaudah..kalo gitu semua oleh-oleh di toko buat avi aja," katanya cuek. Jessy sontak melotot mendegarnya, dengan ekspresi di buat seimut mungkin ia menarik-narik ujung kaos kawah. "Ihh jangan dong! Itukan buat gue,,kawah bromo pacarnya avi yang ganteng emang paling baik dehh.." jessy cengar-cengir engga jelas, mengedip-ngedipkan mata.

Tangan kawah gatal untuk tidak mengacak rambut jessy, yah..kalau sudah begini. Kawah tidak bisa apa-apa.

••♢¤¤♢••

Di koridor rumah sakit kai berjalan sambil sesekali menyapa perawat atau pasien yang melewatinya, kedua tangan ia masukan kedalam saku snelli-nya. Saat sudah sampai di depan meja resepsionis, kai meminta data pasien korban kecelakaan kemarin. Setelah melihat apa yang ia cari, kai berterimakasih kemudian pamit untuk mengecek pasien-pasien-nya.

"Gila yahh..dokter kai, udah ganteng, baik, ramah lagi." Celetuk perawat di balik meja resepsionis bernama jihan, memandang kepergian kai penuh kekaguman.

"Iya..tapi sayang dia cuek banget kalo soal pasangan, padahal banyak loh yang suka sama beliau tapi nga ada satu pun yang berhasil meluluhkan hatinya dokter kaifan. Denger-denger sih? Si Naomi, pasien di lantai atas itu cinta banget sama dokter kai, tapi yah gitu..dokter-nya lempeng-lempeng aja." Komentar Ayu, perawat yang kebetulan sedang ada di sana.

Di lain tempat, kaifan yang sedang di bicarakan tengah menghabiskan waktu istirahatnya di taman rumah sakit. Setelah mengecek kondisi pasien, dia memutuskan kesini. Karna selain butuh udara segar, dia juga ingin menghubungi seseorang yang entah mengapa selalu menari-nari di kepalanya.

Jarinya menscrol kontak di ponselnya, mencari nama seseorang, setelah menemukan apa yang ia cari. Jarinya menekan tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu ketelinganya. Bunyi nada sambung kedua barulah orang di sebrang sana mengangkat telfonnya.

"Halo?"

Senyum kaifan mengembang, gila..hanya mendegar suaranya saja sudah membuat jantung kai berdetak tidak karuan begini.

"Sisi.."

Hening! Jessy di sebrang sana tersingkap mendegar suara yang akhir-akhir ini membuatnya susah tidur.

"Kai?"

Tanpa suara kai terkekeh tak kala mendegar suara jessy yang seperti tikus terjepit, lucu. Entah mengapa kai suka mendegarnya.

"Lagi di mana? Udah makan belom? Sore ini aku jemput yah."

"Jemput? Mau kemana?"

"Nonton, ada filem bangus aku yakin kamu bakal suka."

Jessy diam untuk beberapa saat sebelum kemudian menjawab"Baiklah...jemput di toko aja yah." Kai mengiyakan permintaan jessy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang