3: Wedding day

76.6K 4.3K 327
                                    

Hari ini tiba.


Hari dimana aku akan menjadi pusat perhatian para tamu undangan,gaun yang kemarin aku coba sekarang sudah melekat pada tubuhku.

Tapi ada yang membuatku sedikit cemas-

Aku belum melihat sosok calon suamiku,tapi kudengar dia sudah bersiap-siap.

Pikiranku kemana-mana,membayangkan bagaimana calon suamiku,apa dia benar-benar seorang ahjussi?

"Yeo Jin-ah,ayo cepat"

Aku berjalan bersama Ayah memasuki gereja,berjalan agak menunduk karena aku benar-benar sangat gugup sekarang.

"Yeo Jin-ah tenanglah" bisik Ayah pelan.

Aku menegakkan badan dan-

Bisa kulihat calon suamiku.

Demi Tuhan,dia sangat tinggi dan tampan,memakai tuxedo putih dan dasi kupu-kupu dikerahnya,ia menatapku tanpa ekspresi.

Dia bukan ahjussi.

Dia masih muda.

Dia juga tampan.

Langkah Ayah berhenti,begitu juga aku. Entah bagaimana ekspresiku saat ini,benar-benar dia bagai pangeran dalam dongeng yang kubaca.

Ia membungkukkan badan pada Ayahku,menjulurkan tangannya padaku. Dengan ragu ragu aku menerimanya.

Kami mengucapkan janji suci didepan pendeta dan juga Tuhan. Ia meraih tanganku dan memasangkan cincin cantik dijari manisku,tak lupa aku juga memakaikan cincin untuknya.

"Silahkan berciuman" ucap pendeta itu.

Berciuman?

Wajahku memerah,aku akan berciuman dengannya?

Ini baru pertama kali.-

Tanpa ragu ia mencondongkan wajahnya,aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang menerpa pipiku yang mungkin sudah seperi tomat.

Semakin dekat-

"Apa aku harus menutup mata?" Gumamku dalam hati.

Lelaki ini,lelaki yang sudah berstatus menjadi suamiku,yang aku bahkan lupa siapa namanya,kini berhenti beberapa centi diwajahku.

"Tutup matamu,tapi aku tidak akan menciummu,aku tidak mencintaimu,kau sebuah keterpaksaan untukku. Hwang Yeo Jin,berpura-puralah kita sedang berciuman" bisiknya padaku.

Tubuhku menegang,ini menyakitkan,aku kira dia benar-benar bersedia.

Aku menutup mataku,dan tidak terasa air mataku menetes.

Bukan air mata kebahagiaan.

"Ayah,maafkan aku jika suatu saat aku tidak bahagia bersamanya"

Semua acara sudah selesai dilaksanakan,aku menghampiri Ayahku yang sedari tadi berdiri di depan Gereja.

"Ayah!" teriaku sambil sedikit berlari,sungguh gaun ini benar benar merepotkan.

Aku langsung memeluk Ayah,ia membalas pelukanku.

"Berbahagialah Yeo Jin putriku,kau milik satu-satunya harta berharga Ayah,jika kau tidak bahagia,Ayah akan lebih tidak bahagia" ujar Ayah sembari menepuk nepuk punggungku.

Aku melepaskan pelukan ini,mengangguk mantap bahwa aku akan bahagia bersama lelaki itu.

Setelah berbicang lama,Ayahku pamit pulang ia masuk mobil dan dihantarkan oeh supir pribadi.

"Ya!" Teriak lelaki itu dari belakang.

Aku menoleh,ia berdiri dengan kedua tangan ia masukkan ke saku celananya.

"Kau akan tidur di gereja?"

Aku tahu maksudnya apa.

Aku menghampirinya,menunduk seperti tertindas.

Benar,duniaku hancur.

Di dalam mobil,kami hanya diam dalam keheningan,mengingat apa yang dia ucapkan padaku tadi membuatku sedikit takut.

Tn dan Ny. Kim sudah pulang kerumah,mereka bilang aku akan tinggal bersama lelaki ini dalam satu rumah.

Ini gila.

Dia seperti tidak bersahabat sama sekali.

Aku bahkan lupa namanya siapa.

"Kau... Siapa namamu?" ucapku memecahkan keheningan.

Dia fokus memainkan handphonenya.

"Apa kau pelupa nona?" jawabnya cetus.

Aku berdehem pelan,kualihkan pandanganku menatap jalanan malam kota Seoul.

"Tidak usah dijawab,anggap aku tidak mengatakan apapun padamu." Kataku agak kesal.

Dia terdiam,kulihat sekilas dari pantulan jendela mobil ia mentapku dan tersenyum sinis.

Menyebalkan!

Sesampainya dirumah baru kami,ia bergegas masuk dan meninggalkanku dengan gaun yang cukup merepotkan ini.

"Rumah ini begitu besar untuk dua orang" ucapku sembari melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.

Aku tidak bercanda,rumah sebesar ini hanya ada satu kamar berukuran besar.

Daguku merosot,ini benar-benar menggelikan. Aku melihat laki-laki tanpa nama itu sudah berbaring dan menutup matanya.

Lelaki gila!

Aku keluar kamar dan melihat beberapa pelayan dirumah ini,syukurlah aku tidak terperangkap bersama manusia itu.

"Nyonya,apa anda tidak beristirahat?" ucap seorang ahjumma menghampiriku dan berbicara formal padaku.

"Ahjumma,panggil aku Yeo Jin saja,dan jangan berbicara formal padaku,arraseo?" ucapku dan tak lupa aku memberikan senyum padanya.

"Aku akan pergi istirahat,ahjumma istirahatlah ini sudah malam" ucapku sembari meninggalkannya dan masuk ruang sialan itu.

Dia sudah terlelap sekali,bahkan dia belum mengganti tuxedonya. Aku mengambil baju ganti dan berusaha melepas gaun ini,tapi ternyata susah sekali, tanganku tidak bisa menggapai tali bagian atas.

"Ah Sial!"

Aku kesal dan menutup wajah dengan kedua tanganku. Sejujurnya pikiranku sangat kacau.

Aku mulai menangis.

"Ayah... Aku...ingin pulang,aku merindukanmu.. " ucapku dengan terisak-isak.

Sreettt! Sreettt! Sreettt!

Mataku membulat,menoleh kebelakang dengan mata yang masih basah.

Dan ternyata-

"Kau menangis hanya karena kau tidak bisa melepaskan semua tali ini? Aissshh jinjja kau-."

Aku terdiam melihatnya,dengan posisi berdiri dia melepas tali gaun ini dengan mudah.

Dia juga terdiam menatap gaun yang sudah merosot sampai perutku.

Dan aku tidak memakai apapun.

"Aaaaaaakkkkhhhhh!!!!!" aku berteriak histeris sembari menutup tubuh bagian atasku.

"Ya!! Tanpa nama!! Harusnya kau memberi tahu jika kai ingin melepaskan ini!" aku meneriakinya.

"A... Aku tidak tahu bodoh! Cepat kau ganti bajumu!" ujarnya sembari berjalan keluar kamar.

Blam!


Maaf kan jika ff ini gaje banget :'v








My Perfect Husband - Part One [COMPLETED] [PROSES EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang