+2

313 32 8
                                    

Kehamilan Na Eun yang kali ini cukup berbeda, ia lebih galak dan lebih manja di saat yang bersamaan dan membuat Myung Soo dan Eun Soo cukup kebingungan dan membuat emosi kedua Kim ini terkuras, appa yang selalu harus sabar mengahadapi eomma, dan agi yang selalu menangis karena dimarahi oleh eomma.

"Eun Soo, eomma kan sudah bilang, kau harus menghabiskan makananmu"
"Tapi Eun Cu ga suka eomma"
"Sudahlah Na Eun, biarkan dia memakan apa yang ia mau"
"Sini Eun Soo, mau lari kemana kau biar eomma pukul karena sudah berani memilih-milih makanan"

Alhasil Eun Soo lari ke teras rumah dan kebetulan sekali Woo Hyun sekeluarga datang ke rumah Myung Soo. Eun Soo yang berlari ke teras rumah pun tidak sengaja menubruk Eric.

"Eun Soo, kenapa menangis?" tanya Eric yang tak di jawab Eun Soo yang masih sibuk menangis.
"Jangan takut Eun Soo-ya, ada oppa di sini" lalu memeluk Eun Soo erat untuk menenangkannya.

"Lihat itu Woo Hyun anakmu, sepertinya sikap playernya itu benar-benar menurun darimu" terang Cho Rong.
"Itu bukan player chagi, laki-laki memang harus seperti itu, bukan begitu Eric?" tanya Woo Hyun pada jagoannya.
"Ne appa" jawab Eric memamerkan senyumnya pada appanya.
"Anak pintar"

"Eun Soo sini sama imo, ayo cerita kenapa bisa sampai menangis?" tanya Cho Rong sambil berjongkok yang di mana ia adalah seorang pskiatris.
"Imo, eomma jahat, eomma udah ga sayang Eun Cu lagi" tangis anak itu memeluk Cho Rong.
"Kata siapa eomma ga sayang Eun Soo, eomma itu sayang banget malah sama Eun Soo" kata Cho Rong lalu menggendongnya masuk ke rumah.

Saat Cho Rong memasuki rumah Na Eun sambil menggendong Eun Soo, tepat saat Na Eun berlari menuju pintu untuk mengejar Eun Soo, tiba-tiba saja ia terpeleset lantai yang licin.

"Chagi, hati-hati" teriak Myung Soo

Yang untungnya Woo Hyun dengan tanggap menahan Na Eun yang membuat Na Eun tidak terjatuh.

"Gomawo, Woo Hyun-ssi" kata Na Eun lalu melepas pegangannya terhadap Woo Hyun.
"Tidak bisa kah kau berhati-hati? Kau tidak ingat bahwa kau itu sedang mengandung?" marah Myung Soo
"Mwo?" kejut Cho Rong
"Ne, eonni, kami mengundang kalian ke sini karena kami ingin memberitahu perihal kehamilanku ini" terang Na Eun.
"Ooh, jadi kalian mau mengajak kami untuk pergi menemani kalian jalan-jalan ya? Baby moon gitu" ledek Woo Hyun.
"Ku rasa itu ide yang bagus Hyun" kata Myung Soo.
"Bagusnya hal seperti itu di lakukan saat kehamilan sudah kuat, aku iri sekali denganmu Na Eun-ah, usiamu lebih muda dari ku namun sebentar lagi anakmu sudah dua, Eun Soo dengarkan? Eomma bukan tidak lagi sayang dengan Eun Soo, tapi seharusnya Eun Soo yang lebih sayang lagi sama eomma, di dalam perut eomma sekarang ada adiknya Eun Soo, Eun Soo sayang eomma kan?" tanya Cho Rong kepada balita di gendongannya.
"Eun Cu cayang eomma kok imo, cayang adik juga" senyum balita itu.
"Yeobo, haruskah kita membuatkan adik juga untuk Eric?" bisik Woo Hyun.
"Dasar byuntae" sambil menginjak kaki Woo Hyun.

Na Eun dan Myung Soo sengaja tidak memeriksakan jenis kelamin calon bayi mereka kali ini, karena mereka ingin percaya kepada keinginan mereka masing-masing.

"Aku maunya anak kita nanti laki-laki Myung, dan yang kali ini harus mirip sama aku, titik." begitu kata Na Eun.

Lagi-lagi Na Eun tidak sependapat denganku, ya bukannya aku tidak ingin memiliki anak laki-laki, bahkan mungkin aku harus memiliki anak laki-laki untuk meneruskan perusahaanku kelak, tapi apa kalian pernah dengar? Sekali kau punya satu anak perempuan, maka kau akan ketagihan untuk memiliki setidaknya satu lagi anak perempuan, mereka begitu manis dan penurut, bagaikan malaikat penyembuh segala letih mu, yang membuatmu selalu semangat bahkan untuk melindungi mereka, pokoknya aku mau anak keduaku perempuan lagi, dan kali ini aku di dukung oleh Eun Soo.

"Tapi eomma, Eun Cu maunya ounya adik perempuan, kalo adik Eun Cu laki-laki nanti tidak bisa di ajak main boneka bersama, dan anak laki-laki itu menyebalkan eomma" kata Eun Soo pada Na Eun.

Maka dari itu kami tidak memeriksakan jenis kelamin dari anak kami. Karena kehamilan ke dua ini begitu berbeda, termasuk pada sikap Na Eun dan ukuran badannya, aku sebenarnya tidak masalah jika Na Eun akan lebih berisi dari sebelumnya, aku menyukainya, sungguh, tapi tidak dengannya, kehamilannya yang menginjak bulan ke 8 ini membuatku semakin pusing, ia semakin sering marah padaku terutama ketika bayi kami bergerak terlalu leluasa sehingga membuatnya sedikit kesakitan.

"Sakit Myung, anakmu menendang terlalu keras" sambil meremas lenganku.
"Agi, jangan nakal ya, kau mau jalan-jalan ya? Kita berangkat ke Jepang ya" kata Myung Soo yang membuat Na Eun berbinar.
"Benar Myung? Ke Jepang?"
"Iya Eun, kita belum pergi baby moon kan? Aku sudah menyiapkan tiket ke Jepang, perjalanan akan selama yang kau inginkan samapi kau ingin kembali ke hanguk" terang Myung Soo.
"Gomawo"

--- --- ---

"Kalian ini bukannya mengajak kami ke Jepang, malah menitipkan Eun Soo pada kami" kata Woo Hyun.
"Kau ini Hyun, kenapa berbicara seperti itu? Nikmatilah waktu kalian, Eun Soo akan baik-baik saja di sini" kata Cho Rong
"Ahjussi tenang saja, Eric akan menjaga Eun Soo di sekolah seperti adik sendiri" kata Eric
"Benar ya Eric, ahjussi pegang kata-katamu, nanti sepulang dari Jepang, ahjussi akan bawakan apapun yang kau minta"
"Benar ya ahjussi" sambil menggenggam tangan Eun Soo seperti tidak mau kehilangan Eun Soo.

--- --- ---

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa hampir satu bulan aku dan Na Eun di Jepang, ternyata benar, mood wanita hamil sangat sulit di prediksi, selama di Jepang ini dia tidak pernah mengeluh sama sekali, aku jadi merasa seperti orang yang sedang pacaran lagi dengan Na Eun yang manis, sampai tiba-tiba.

"Myung, perutku sakit sekali" sambil memegangi perut bagian bawahnya.
"AAHH" sangkin tidak tahannya sampai ia hampir jatuh.
"Na Eun-ah" Myung dengan sigap menggendong Na Eun.
"Air ketubanmu"
"Myung Soo, sakitt" ia menangis di gendonganku yang membuat aku semakin tidak tahan melihatnya.

Aku membawanya ke rumah sakit terdekat dan menemani persalinan keduanha ini dengan perasaan khawatir yang lebih parah.

"Myung, sakit Myung" keluh Na Eun karena bayi kami yang tak kunjung keluar
"Dorong bu, sedikit lagi, bayinya sudah terlihat" begitu kata perawat
"Maafkan aku Na Eun-ah"
"Euhh" teriak Na Eun sambil menjambak Myung Soo.
"Oekk" suara tangis bayi itu memecah suasana dan membuat Na Eun terbaring lemas.
"Anaknya laki-laki bu, mirip sekali dengan ayahnya" kata perawat itu, ada senyum di bibirku yang membuat Na Eun semakin marah.
"Myung Soo jahat, kenapa bahkan sampai anak laki-laki pun tidak ada yang mirip denganku, tidak tahu kah mereka bahwa aku yang susah mengandung dan membawa mereka kemana-mana selama 9 bulan" keluh Na Eun lalu memangis.
"Uljima chagi ya, ia kan tetap anak kita" kataku yang tiba-tiba di jambak lagi dengan Na Eun.
"Yak, kenapa kau menjambakku lagi? Apa anak kita mirip denganku sangatlah salah?"
"Sakit Myung"
"Apa?"
"Sepertinya saya melihat kepala bayi lagi pak, anak kalian sepertinya kembar"
"Apa? Kembar? Jambak saja aku Na Eun sekuat tenagamu"
"Dasar Myung Soo jelek, kau menyusahkanku, sangatt"
"Maafkan aku chagi, aku juga tidak tahu"
"Oeekk" tangis bayi kedua ini membuat Na Eun benar-benar hampir pingsan karena lelah
"Selamat ya bu, kemabarannya perempuan, dan cantik sekali seperti ibunya"
"Kau dengar sayang, little princess kita, si bungsu, adalah duplikatmu, terima kasih ya, sudah membuatku merasakan indahnya menjadi apa, untuk kedua kalinya, bahkan langsung menjadi appa dari si kembar" lalu mencium kening Na Eun yang masih di penuhi peluh karena sakit.

Trouble [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang