Prolog

94 6 2
                                    

    Namaku Ananda Putri Russel, akrab di panggil Russel, seorang siswi kelas 3 SMA di SMA sw. Katolik yang berada di seberang kabupaten tempatku tinggal. Aku begitu menyukai sajak berupa aksara sederhana, karna menulis sudah menjadi bagian dari bahagiaku.
    Dulu, aku sangat mengimpi-impikan sebuah SMA unggul yang ada di luar daerah ku. Bahkan, seluruh harapan yang kumiliki sudah ku taruh dan ku rangkai begitu baik di sana. Aku berusaha belajar sebaik mungkin dan melakukan olahraga kecil setiap harinya demi kemaksimalan persiapanku. Awalnya, orangtuaku tidak memberikan izin, alasannya karna sekolah itu jauh dan tidak memiliki asrama. Aku begitu kecewa akan keputusan mereka.
    Aku bangkit dan berjuang sendiri. Tanpa dukungan dan restu dari kedua orangtuaku. Semuanya berjalan begitu baik, dengan segala persiapan yang sudah ku persiapkan matang-matang. Test pertama dan kedua berhasil ku lalui begitu baik dan akupun lolos dalam kedua test ini dengan kerja keras ku sendiri. Puji Tuhan ucapku dalam hati dengan sejuta bahagia. Sampailah pada test ketiga, yaitu test fisik semacam olahraga. Aku memang tau, fisik ku lemah, namun bagaimana pun aku harus berjuang demi mimpiku. Aku begitu putus asa, ntah mengapa Tuhan tidak mendukungku dalam hal ini. Aku gagal dalam test ini! Dan aku gagal dalam semua hal yang sudah ku perjuangkan setengah mati.
    Aku menangis, tubuhku gemetar, semuanya hancur. Aku benci dengan diriku, dan aku benci untuk semua yang telah terjadi. Aku tidak lulus, betapa hancurnya perasaan ku. Selama satu minggu aku drop, semua fungsi tubuhku seakan mati tak berdaya. Aku mengurung diri di kamar, yang ingin ku lakukan saat ini hanya menangis, menangis dan menangis. Aku hanya ingin mengimbaskan seluruh kekecewaan yang kurasakan pada Tuhan. Semua orang di rumah ini mengetok-ngetok pintu, aku tak peduli, mereka hanya menggangguku saja.
Hingga akhirnya papa menendang pintu kamarku, membuat ku begitu terkejut dan dengan berat hati membukanya. Papa duduk, mengangkat kepalaku, menghapus air mataku dan memelukku.
    " Pa, Russel kecewa. Rasanya Tuhan tidak adil, padahal Russel sudah memperjuangkan segalanya" , kataku kepada papa dengan berat hati.
    "Nak. Tuhan bukannya tidak adil. Tuhan baik nak. Mungkin Tuhan sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik untukmu", jawab papa menenangkan ku sambil mengelus lembut rambutku.
Papa menyodorkan sebuah majalah SMA kepadaku, ku pandangi majalah itu begitu lesu, lalu menatap papa. Ingin rasanya aku berkata Pa. Russel tidak mau ini. Sayangnya, aku hanya bisa terdiam dan pasrah.
    " Putri kecilku, jangan menangis. Syukuri apapun yang kamu terima. Kamu sudah berjuang, nak. Mungkin sekolah itu bukan takdirmu. Ini, papa bawakan sebuah majalah SMA, lihat-lihat dulu. Kata teman papa ini sekolah yang bagus, ada asrama juga. Cocok untukmu, kamu pasti aman disana"
    Aku hanya bisa diam menatap wajah papa dengan sejuta kecewa dan pasrah.
    "Besok, mama yang akan mendaftarkanmu kesana", kata papa sambil tersenyum lalu beranjak dan meninggalkanku yang masih terdiam seribu bahasa.
    Aku hanya duduk termenung memandang majalah yang baru diberikan papa, lalu kembali meneteskan airmata. Rasanya hari ini menjadi hari yang tersial untuk ku. Aku sangat sedih.
Dan hari ini pun begitu cepat berlalu. Aku benci hari ini, hari dimana mama mendaftarkanku kesekolah yang jelas-jelas tidak kuninginkan. Kaki ku begitu berat melangkah, namun bagaimanapun aku tidak mau melawan. Dan disinilah ceritaku dimulai. Dughhhh...

I Will Go OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang