Kecewa dalam Menunggu

32 8 0
                                    

    Selama kurang lebih 1 tahun aku menyimpan perasaan ini. Sakit, harus selalu menatapnya dengan perasaanku yang kian hari kian mendalam. Ingin rasanya aku tau tentang perasaannya padaku, bagaimana, apakah kami memiliki hati serta perasaan yang sama.
Dan setelah sekian lama berlalu, akupun baru tau bahwa dia memiliki perasaan yang sama denganku. Hari itu hari jumat di bulan agustus, hari dimana acara liga osis sedang berlangsung di sekolahku. Kebetulan aku tidak mengikuti perlombaan apapun, fisikku terlalu lemah. Aku duduk bersama teman-temanku di depan lapangan basket sebagai penonton. El datang menghampiriku dan mengajakku untuk berbicara serius di depan parkiran sekolah. Di sini hanya ada kami berdua, dia menyuruhku duduk dan mendengarnya baik-baik tanpa memotong. Dugghhhh... Aku begitu deg-degan.
    "Russel, Hmmmm....I would say something to you.."
    "Ya?", jawabku sedikit gemetar.
    "Langsung aja, aku tidak terlalu suka berbelit-belit. Aku menyukaimu, sudah sejak lama. Semenjak aku mengenalmu dan kita dekat, hanya saja akhir-akhir ini kamu terlalu cuek dan sombong semenjak kita tak lagi berada dalam satu kelas".
Aku hanya bisa menunduk karna gerogi, dengan sejuta bahagia yang membuatku tertawa kecil mendengarnya perlahan.
    "Kenapa?", tanyaku sok polos.
    "Kurasa, cinta itu tidak memerlukan alasan.. Ibarat daun yang ditakdirkan jatuh dari rantingnya lalu terbang di tiup angin entah kemana. Kamu baik, polos, dan aku suka itu. Hanya saja ada beberapa hal yang membuatku masih ragu untuk perasaanku ini. Apalagi kamu kan anak asrama, semua serba terbatas dan aku tidak terlalu suka hidup yang terlalu di kekang. Namun satu hal, intinya aku mengagumimu", lanjutnya tersenyum dan sambil berjalan pergi meninggalkanku yang masih duduk terdiam.
    Aku kecewa, sangat menyesal untuk pertemuan hari ini. Pemikirannya terlalu sempit. Apakah pacaran sebatas itu ? Handphone dan keluar ? Ah... kamu terlalu berlebihan untuk itu.
     Seminggu setelah mengungkapkan perasaannya yang tidak jelas itu, tiba-tiba dia menyuruhku melupakannya dengan alasan yang tidak dapat diterima akal dan logikaku. Katanya, dia sudah memiliki kekasih. Dan dia menyuruhku untuk melupakannya dan menganggapnya tidak pernah ada di hidupku. Anggap saja mimpi, katanya. Gila.. Segampang itukah ? Kau pikir hati itu bagai pensil yang gampang di hapus dengan penghapus, atau pulpen yang gampang di tutupi dengan tipe-x ? Kurasa, kamu hanya mempermainkan ku saja. Aku sangat membencimu.
    Sampai beberapa waktu aku diam dan termenung, betapa hancurnya perasaanku karenamu. Intinya aku benci mengenalmu di hidupku. Ya sudahlah, memikirkanmu hanya menambah bebanku saja. Saat ini aku hanya ingin memikirkan dan membayangkan bagaimana ulangtahunku nanti. Aku selalu berharap, bahwa suatu hal ajaib akan turut hadir di hari berbahagia itu.
    Tinggal menghitung jari, aku akan genap berusia 16 tahun. Seminggu sebelumnya, papa berjanji untuk datang dan membawakan banyak mie goreng untuk teman-temanku. Betapa tidak sabarnya aku menantikan hari itu.
Aku bahagia dalam menjalani hari-hariku, hingga satu minggupun berlalu tidak terasa. Hari ini ulangtahunku! Jam 00:00 teman-teman seasramaku memberikan surprise sederhana yang begitu mengejutkan. Lucu, kesan pertama sebagai awal yang baik untuk hari ini.
Siang harinya aku berdiam diri di kamar, duduk di atas kasur sambil terus memandangi ke arah luar lewat kaca kamar. Tiba-tiba ada teriakan dari ruang tamu yang memanggil namaku. Akupun meloncat girang dan berlari menuju ruang tamu. Dari kejauhan, aku melihat mama sedang duduk sendiri menunggu di ruang tamu. Kuperlambat langkahku, aku sedikit lesu dengan rasa kecewa yang sulit ku gambarkan.
    "Ma, papa mana?", tanyaku.
    "Papa gak bisa datang, sayang"
    Bibirku gemetar, aku berdiri lesu dan air mataku menetes membasahi pipiku. Dengan berat hati aku duduk di dekat mama.
    "Russel kecewa, ma. Katanya papa mau datang. Mana?"
    "Sayang, jangan marah ya.. Papa bukannya ingkar janji, tadi malam papa jatuh di kamar mandi, jadi papa gak bisa datang"
    Dughhhh... Aku kaget dan semakin menangis. Perasaanku campur aduk, kecewa, sedih dan marah.
    "Papa kambuh lagi ya ma ?"
Mama hanya mengangguk dan menunduk. Sepertinya suara mama mulai bergetar dan terdengar purau.
    "Russel, selamat ulangtahun ya sayang. Panjang umur serta sehat selalu, pelajaranmu dapat kamu ikuti dengan baik, semakin kuat, dewasa, rajin dan bijaksana. Semakin mejadi pribadi yang lebih kuat dan tegar ya, sayang ? Soal papa gak usah di pikirin. Sekarang pikirkan bagaimana Russel bisa jadi orang sukses", kata mama lembut sambil memelukku membuatku tenang.
    Aku tetap menangis dalam peluknya yang begitu hangat. Aku ingin menumpahkan semua kecewa dan rasa sedihku ini dipundak mama.
    "Ma, Russel rindu papa."
    "Iya sayang, mama ngerti. Nanti mama sampaikan ke papamu ya... Senyum dong, jangan mewek mulu. Mama udah capek nih datang jauh-jauh kesini. Masa cuma untuk liat orang nangis? Gak asik dong. Kan lagi ulangtahun.. Nanti umurnya gak jadi nambah loh..", kata mama menggodaku.
    Mama memberikanku beberapa kado dan sebuah Blackforest yang cukup besar. Akupun tersenyum menerimanya. Setelah mengobrol cukup lama, mamapun pulang. Dengan senang hati aku kembali ke kamar dan membagikan blackforest yang mama bawakan.
    Satu minggu berlalu setelahnya, papa meneleponku.
    "Halo, sayang"
    "Ya, halo paaaaaa...Russel rindu", jawabku penuh kegirangan.
    "Iya, papa juga"
    "Gimana pa ? Papa udah sehat?"
    "Puji Tuhan, udah sayang. Oh ya, papa lupa.. Selamat ulangtahun ya gadis kecil papa yang cantik. Maaf papa nggak bisa nepatin janji papa"
    "Gak papa kok pa. Asalkan papa selalu sehat dan panjang umur.. Russel gak minta banyak-banyak pa"
    "Iya nak, papa minta maaf. Papa lagi stress, jadi pelampiasan kesana. Oh ya, sabtu jadwal pulangkan?", kata papa mengalihkan pembicaraan.
    "Yah..... nggak tuh pa. Tau nih, jadi di majuin satu minggu, jadi ke tanggal 2 bulan depan, pa"
    "Hmm... padahal papa sama Tony udah buat rencana untuk tanggal 27 nanti, gagal deh"
   "Iya pa? Hayo... Rencana apa ?"
   "Ini sebenarnya adek kamu, Tony yang rencanain. Ya papa tinggal ngikut aja deh.. Ya... nanti aja deh, tanggal 2 pas Russel pulang. Oke bos ?"
    "Oke bos. Udah dulu ya bos.. Kakak banyak tugas nih, pa. Happy Sunday, daddy", kataku menutup.
    Oh ya, hampir lupa. Russel punya dua orang saudara laki-laki. Adekku Anthony Axel Syahputra yang akrab ku panggil Tony dan kakak laki-lakiku Farel Randy Syahputra yang akrab ku panggil kak Randy. Mereka memiliki nama belakang yang sama, berbeda denganku. Biasa, orang istimewa selalu di khususkan. Hehe..

I Will Go OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang