Tentang Rasa

31 3 0
                                    

-Aku lebih memilih jadi payung yang siap menemanimu di saat hujan, dan tersenyum bersama melihat kedatangan pelangi itu-

    Dan sekarang aku sadar. Semua pertanyaanku selama ini telah terjawab. Ya, tuan. Mungkin tuan bukan jodohku. Ternyata, setelah penantian sekian lama, bahkan hampir 2 tahun, selama itu juga tak ada kejelasan di antara kita. Kau terus saja memberiku harapan, membuatku semakin sabar dan setia menunggu. Bahkan walaupun sudah begitu sering tuan menyakitiku.
    Tuan... Tuhan memang sungguh sangat baik. Di saat kekosongan ku, dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat memuakkan otakku karenamu, Dia menghadirkan ku seorang pria baik yang tak pernah ku kenal sebelumnya. Dia Ray. Aku nyaman dan dia menyenangkan.
Dia lugu dan pendiam. Awalnya aku hanya berpikir bahwa dia hanyalah ingatan sesaat. Namun, seiring berjalannya waktu semuanya menjadi berbeda. Aku mulai nyaman. Hingga pada akhirnya, kami resmi berpacaran di bulan ini, bulan Februari. Saat itu, ku lihat kebahagiaan memancar di wajahnya, aku turut bahagia walau aku sempat menangis karena mengingatmu. Walau terkadang aku merasa bahwa ini bagai mimpi sesaat.
    Tuan.. Maaf! Aku harus berhenti mengagumi dirimu, berhenti menaruh hati padamu dan berhenti dengan semua hal tentangmu. Ya, mungkin inilah jawaban Tuhan, dan menitipkan dia di hidupku.
    Setelah penantian panjang ini, semua harus benar-benar sudah berakhir di sini. Aku sudah menjadi milik Ray dan akan berusaha melupakanmu, menjadi yang terbaik untuknya, menghargai perasaannya. Aku tak lagi bisa memerhatikan mu seperti dulu, mengagumi bahkan mencintaimu.
     Terimakasih aku boleh mengenalmu sangat dalam, terimakasih pernah menyayangi ku. Semoga kau mendapat wanita terbaik di hidupmu.
Dan untuk Ray, terimakasih. Kini kau telah menjadi kekasihku, semoga aku bisa menjadi yang terbaik untukmu.

     Aku berdiri dan beranjak dari duduk ku, ku lemparkan sebuah mawar merah yang pernah El berikan untukku. Kini aku harus melangkah maju dan tak akan lagi melihat ke belakang, fokus dengan apa yang ada di depanku.
    Sudah 4 hari aku resmi berpacaran dengannya, namun semua masih terkesan biasa. Aku menang orangnya cuek, mungkin karna aku masih mengingat El. Taukah kau bagaimana sulitnya menunggu ayam jantan bertelur? Ya, sesulit itu! Tapi aku harus bisa, bangkit!
    Ray pria lucu yang kaku. Dia datang menemuiku dan memberi sebuah CHUNKYBAR Cokelat berbungkus kan kertas kado pink dengan pita di ujungnya. Aku tersipu malu menerimanya. Tiba-tiba, dari belakang pak KS lewat dan memelototi kami berdua, aku lari dan bersembunyi. Setelah sudah terlihat jauh, aku memberi CHUNKYBAR hitam padanya.
Dia kaku, hingga menyalamku sampai 5 kali. Pertama dia menyalamku sambil berkata "Happy valentine day, ya" Kedua di menyalamku lalu menggaruk kepala. Ketiga, dia menyalamku lalu tersenyum " Terimakasih", keempat, dia menyalamku dan berkata " Ray pulang dulu ya", sambil berjalan menjauhiku. Dan akhirnya dia datang lagi menyalamku. " Eh, salah" Ray tampak grogi dan pergi berlari.
    Yos dan June tertawa terbahak-bahak melihat tingkah konyol Ray. Aku memeluk coklat yang baru dia kasih, sambil berjalan tersenyum menuju bus asrama. Namun, aku masih susah jika harus benar-benar memberikan seluruh hatiku padanya. El masih saja berputar-putar di otakku.
    Dan setelah 10 hari, hari ini kali pertama aku bercekcok dengan Ray. Memang, dia tidak pernah marah. Karna apa yang dia katakan benar, aku terlalu cuek. Ya, begitulah aku. Aku juga orangnya gampang bosan, egoku pun lumayan besar dan cuek ku itu luar biasa. Aku memilih untuk mendiami Ray selama seminggu hingga semua kembali perlahan dengan sendirinya. Mungkin kami butuh waktu untuk mendinginkan pikiran kami masing-masing.
    Hanya saja, sampai saat ini Ray belum berhasil membuatku benar-benar lupa dengan El, berpaling dari El. Rasa ini masih saja tetap bertahan pada El. Bahkan ketika aku memandangnya dan ketika dia menghubungiku kembali. Aaaaa.. Aku benci pacaran!!

I Will Go OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang