Aku benar-benar akan gila dengan keadaan ini.
Aku sudah hampir mencapai titik dimana kewarasanku akan pergi.
Kalian tau kenapa?
Coz My Fucking Sexy Brother!!
Ohh benar-benar menyebalkan!!
Kalian tau? Sejak kepulangannya dari Swiss adik manisku benar-benar banyak berubah, SANGAT BANYAK BERUBAH.
Jinyoung dulunya adalah adik manisku, dia selalu melengket padaku, dia manis, tubuhnya kurus, kecil, dan mungil, itu adalah dirinya beberapa tahun lalu.
Dulu dia akan mudah menangis, dia cengeng dan manja apalagi terhadapku.
Dia begitu menyayangiku begitu juga aku sangat menyayanginya sebagai saudara, aku akan selalu melindunginya.
Namun suatu kejadian tak menyenangkan membuat kami harus terpisah jauh.
Orang tua kami bercerai.
Dan kami harus terpisah, ibu membawa Jinyoung pergi keluar negri dan aku tetap berada di Korea.
Tentu saja aku sedih, apalagi ketika melihatnya menangis tersedu kala itu, rasanya aku benar-benar tidak tega namun ayah menahanku ketika ingin mengejar ibu dan Jinyoung.
Dan setelah mereka pergi, enam tahun berlalu tanpa ada kabar sedikitpun dari mereka berdua, aku berusaha mencari mereka namun tak juga mendapatkan hasil, aku bahkan mengahabiskan waktu dua tahun lebih hanya untuk mencari mereka, dan berakhir kekecewaan.
Aku pun menyerah dan pasrah, aku hanya bisa berdoa agar adik manisku itu baik-baik saja beserta ibu.
Hariku kembali berjalan, aku berusaha menata hidupku yang sempat terbengkalai, pada akhirnya aku berhasil lulus dari universitas terbaik dan menjadi lulusan terbaik pula, dan saat ini tengah menikmati kesibukanku sebagai manager di salah satu perusahaan besar.
Semuanya berjalan dengan lancar, aku bahkan nyaris melupakan adik manisku Jinyoung.
Namun suatu hari aku di kejutkan dengan sebuah berita, ibuku di nyatakan telah meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal di Swiss.
Ternyata selama ini ibuku dan juga Jinyoung menetap di sana bersama suami baru ibuku yang juga turut menjadi korban kecelakaan tersebut.
Aku dan juga ayah tak dapat menghadiri acara pemakaman ibu karena kami terlambat mendapatkan kabar itu, jadi ayah mengurus surat-surat penting untuk membawa Jinyoung kembali pulang.
Tak butuh waktu lama, proses hak asuh Jinyoung kembali jatuh pada ayah, dan beberapa minggu kemudian Jinyoung berangkat jauh dari Swiss kembali menuju Korea.
Aku tentu saja menyambutnya dengan antusias, aku kembali menghias kamar kami, yah karena di rumah hanya ada dua kamar untuk kami berempat dulu makanya aku dan Jinyoung sewaktu kecil berbagi tempat tidur.
Aku merindukan masa-masa itu dan menghias kamarku seperti Taman hiburan seperti kesukaannya.
Setelah selesai menata seluruh isi kamar, aku sudah tidak sabar menanti kedatangan adik kesayanganku, aku sudah membayangkan dia tumbuh menjadi anak yang pintar, manis, ramah, dengan eyesmile yang hangat, karena Jinyoung memang seperti itu.
Aku tangah menanti kedatangan mereka di ruang tamu, yang tentu saja telah aku hias semeriah mungkin.
Sekitar satu jam aku menunggu dengan sabar hingga aku mendengar suara mobil yang memasuki area rumah, aku tau pasti itu mobil ayahku.
Aku cepat-cepat mematikan lampu ruang tamu dan bersembunyi di balik sofa.
Hingga suara pintu yang terbuka terdengar di telingaku dan suara ayah yang memanggilku.
"Jihoon-ah ayah pulang! Eh? Kenapa rumah sangat gelap? Apa Jihoon tidak ada di rumah?" itu suara ayah dan aku hanya terkikik geli di tempat persembunyianku.
Hingga suaka saklar lampu yang di tekan pun terdengar dan ruang tamu seketika menjadi terang.
Aku langsung melompat dari persembunyianku dan sukses mengejutkan ayah.
"SELAMAT DATANGA KEMBALI JINYOUNGIE!!"
Aku terkekeh pelan melihat ayahku mengusap dadanya pelan karena terkejut, mataku mencari-cari di mana keberadaan Jinyoung dan ternyata Jinyoung berdiri di belakang tubuh ayah sehingga aku tak dapat melihatnya.
Ayah yang mengerti dan langsung menggeser tubuhnya, hingga sosok adikku yang dulu manis itu terlihat.
Yah dulu
Karena sosok Jinyoung sekarang benar-benar bukan Jinyoung adik manisku yang dulu.
"Siapa dia ayah?" tanyaku bingung, aku menatap pemuda tinggi yang juga menatapku datar itu.
"Dia? Tentu saja Jinyoung adikmu siapa lagi, wahh Jihoonnie repot-repot membuat semua ini untuk Jinyoung? Pasti melelahkan."
Aku menjatuhkan rahangku, aku menatap tidak percaya pada sosok Jinyoung sekarang.
Apa aku tidak salah? Ini adikku?? Adikku Jinyoung?? Apa yang telah ibu perbuat dengannyaaa??!
Jinyoung hanya terdiam di posisinya, menatapku dengan pandangan yang sulit di artikan, bagaimana bisa?
Wajah manisnya kini berubah menjadi sangat tampan, bibir kecilnya yang dulu suka mengerucut lucu kini terlihat tipis dan err sexy?
Tubuhnya dulu kecil, kurus, dan pendek.
Namun, kenapa sekarang dia bisa setinggi ini? Tubuhnya juga tidak seperti bayanganku dia tumbuh terlalu besar, badannya tegap meski tak terlalu berisi.
Dulu Jinyoung sangat suka memakai kacamata bulat dan sekarang tak ada apapun yang membingkai manik yang menatapku itu.
Dulu Jinyoung sangat senang mengenakan baju bergambar lucu, namun lihat pakaiannya sekarang.
Jaket kulit hitam, baju kaos berwarna hitam polos di dalamnya, kalung rantai panjang menggantung pada lehernya, celana jeans hitam yang sobek di beberapa bagian, sepatu Vans klasik, dan apa-apaan salah satu telinganya yang di penuhi anting itu, wajahnya juga yang dulu manis kenapa terlihat maskulin sekarang?
"Lama tidak berjumpa hyung."
Dan suara deep voice itu membuatku susah tidur beberapa hari kemudian.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fucking Sexy Brother [DEEPWINK VESR]
FanfictionKetika di mana Jihoon merasa frustasi harus tinggal satu atap bersama adiknya. bagaimana Jihoon bisa melewati harinya dengan tenang jika adiknya yang 'manis' begitu menggodanya? bahkan dia rela berbaring pasrah di bawah sang adik? oh tenggelamkan J...