Tubuh itu terbaring tak berdaya di atas lantai putih dengan darah menggenang di sana. Jinyoung melepas penutup wajahnya lalu terdiam.
Manik mata itu mengkilat tajam, berdiri kaku layaknya batu keras memandang dua tubuh tak bernyawa di hadapannya, tetesan darah masih terus mengalir dari bilah tajam pisau khusus di tangannya.
Hingga suara tembakan kembali membuat atensinya memicing waspada, memilih bersembunyi di balik pilar beton berbentuk segi empat di sana.
Napasnya di buat setenang mungkin, pegangan pada pisau di tangannya semakin mengerat dan saat sayup-sayup suara derap langkah kaki masuk ke indra nya, manik itu menajam penuh ancaman. Kembali memasang penutup wajah dengan sempurna tangan kanannya memegang sebuah pistol sedangkan tangan kiri memegang pisau.
Dengan gerakan tak terduga Jinyoung langsung keluar dari persembunyiannya saat sudah memastikan jumlah orang yang berada di ruangan yang sama dengannya itu dari derap langkah kaki yang di dengarnya.
Dor
Dor
Dor
Dor
Tembakan itu dia layangkan dengan tepat sasaran, berlari dengan gesit menghindari tembakan lawan lalu menerjang nya dengan pisau tanpa ampun, menyerang titik fital dengan sangat akurat.
Szzreeett
Crassh
Jinyoung melompat sambil memutar tubuhnya di udara satu kali dan melepaskan dua tembakan terakhir pada targetnya yang tersisa.
Semua targetnya tumbang, hening setelahnya, hanya suara deru napas Jinyoung yang terlihat memberat, lalu dia kembali melepas penutup wajahnya, menatap dingin pada tubuh tubuh yang berserakan di lantai putih itu.
Saat hendak pergi meninggalkan ruangan itu, dia terhenti sejenak saat merasakan sebuah tarikan lemah pada ujung celananya.
Kepalanya menunduk, menemukan sosok yang ternyata masih memiliki sedikit nyawa untuk melihatnya.
"Ka-u ber-khianat!" Gadis itu menatap penuh kebencian pada Jinyoung dan dia terima itu, membiarkan sosok yang sangat dia kenal itu mengangkat pistol di tangannya yang berlumuran darah dengan setengah mati.
Dan saat moncong pistol itu telah tertodong ke arahnya, Jinyoung masih bergeming, manik matanya bahkan tak menampakkan emosi apapun.
Tangan yang memegang pistol itu bergetar, gadis berambut pirang itu berusaha mempertahankan posisi pistolnya ke arah Jinyoung.
Namun saat pemuda itu malah menempatkan dadanya sendiri pada ujung pistol itu, pelatuknya tidak juga di tarik oleh sang gadis.
Manik mata gadis itu bergetar, dadanya nyeri karena terkena tembakan, dan mulutnya mengeluarkan banyak darah.
"It's time to sleep Elisabeth." Jinyoung berujar datar, tanpa emosi yang berarti, dan setelah mengatakan itu, tangan gadis itu langsung terkulai lemas di atas tubuhnya sendiri, manik mata kebiruan miliknya terbuka lebar dengan pupil mata menyusut dan nafas terhenti.
Jinyoung masih terdiam di posisinya, tangannya terangkat menutup kedua kelopak mata gadis itu dengan tangannya sendiri.
Sekali lagi memastikan tak ada target yang tersisa, Jinyoung berjalan meninggalkan ruangan itu dalam diam, melewati lorong-lorong putih bersih yang di penuhi pintu.
Tangannya merogoh tas kecil di pinggangnya, mengambil beberapa buah kelereng kecil lalu membuangnya asal ke arah belakang.
Kelereng kelereng itu menggelinding sebentar lalu melekat pada dinding dengan titik cahaya kecil yang menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fucking Sexy Brother [DEEPWINK VESR]
FanficKetika di mana Jihoon merasa frustasi harus tinggal satu atap bersama adiknya. bagaimana Jihoon bisa melewati harinya dengan tenang jika adiknya yang 'manis' begitu menggodanya? bahkan dia rela berbaring pasrah di bawah sang adik? oh tenggelamkan J...