Aku sudah bilang bukan kalau adikku itu menyebalkan?
Ohh sungguh aku benar-benar tidak tau harus bagaimana, dulu dia tidak seperti ini, dia manis ramah dan sangat bersahabat, namun sekarang?
Wajah datar ketika memandang, suara dingin ketika berbicara, dan tingkahnya yang semaunya.
"Kemana perginya anak itu?!"
Sekali lagi aku mencoba menghubunginya, ini sudah jauh malam seharusnya dia berada di rumah saat ini bukannya malah pergi tidak jelas seperti ini.
"Nomer yang anda-"
Tuut
Shiit selalu saja operator wanita itu yang membalas panggilanku, kemana sebenarnya perginya anak itu?
Aku kembali melirik jam dinding di kamarku dan Jinyoung dan di sana menujukan pukul 1 dini hari, aku menghela napas sebaiknya aku mencarinya, bagaimanapun dia adalah adikku, dia belum genap seminggu berada si Korea bagaimana kalau dia tersesat di suatu tempat??
"Astaga kenapa aku tidak memikirnya!!"
Dengan panik aku cepat-cepat membuka lemariku, menarik asal jaket di dalam sana lalu memakainya, sedikit terburu keluar dari kamar dan mencari kunci mobil ku.
Namun baru saja aku akan membuka pintu rumah, kayu datar itu lebih dulu terbuka dengan sendirinya dan menampilkan sosok yang membuatku panik sejak tadi.
Jihoon Pov end
Jinyoung berdiri di ambang pintu dengan sedikit terhuyung, memandang Jihoon datar seperti biasa.
"Dari mana saja kau hah!" Jihoon membentak Jinyoung, perasaanya sedikit lega karena Jinyoung telah berada di hadapannya, namun keningnya mengernyit ketika hidung bangir Jihoon mencium aroma aneh dari sang adik.
"Kau mabuk??!" Jinyoung tak menjawab, dia membiarkan Jihoon mendekat ke arahnya dan menghirup aroma alkohol yang menguar dari mulutnya.
Yang lebih tinggi menggeleng singkat, "Tidak, beberapa botol itu tidak akan membuatku mabuk Jihoon."
Jihoon menggelengkan kepalanya heran, sebenarnya apa yang Jinyoung pelajari selama di Swiss sana?
"Kau akan terus berdiri di sana atau menyuruhku untuk masuk?" suara Deep itu kembali terdengar, Jihoon akhirnya tersadar dan berdecak kesal, segara berbalik meninggalkan Jinyoung.
Sedangkan pemuda tinggi itu tersenyum tipis lalu melangkah masuk mengekori Jihoon yang berjalan kearah dapur, mengambil gelas dan juga teh lalu mendekati meja counter, mungkin dia akan membuat teh hangat untuk Jinyoung.
"Kau benar-benar banyak berubah Jinyoung, kau tau minum-minum itu tidak baik untuk kesehatan, kau juga baru saja lulus, seharusnya kau mencari pekerjaan." omel Jihoon tanpa mengalihkan pandangannya dari teh yang sedang di seduhnya.
Aroma khas teh langsung menyapa Indra penciuman Jihoon, menghela napas maklum ketika tak mendengar jawaban apapun dari sang adik, padahal dia tau pasti anak itu berdiri tepat di belakangnya.
Jihoon mengaduk teh itu dengan pelan, memberi sedikit madu ke dalam teh itu dan kembali mengaduknya, namun seketika gerakannya itu terhenti ketika merasakan sebuah tangan melingkari perutnya.
Mata bulat itu semakin membulat ketika merasakan dekapan erat Jinyoung, punggung Jihoon melekat erat pada Jinyoung, bagaimana helaan napas pemuda tinggi itu menyapu leher bagian kirinya, tubuh Jihoon menegang sempurna.
"Kau masih saja cerewet, sama seperti dulu."
Jihoon meremang, entah sengaja atau tidak, Jinyoung berucap tepat di telinga sang kakak, Jihoon bahkan sesekali merasakan bibir tipis Jinyoung menyenyentuh ringan telinganya ketika berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fucking Sexy Brother [DEEPWINK VESR]
FanfictionKetika di mana Jihoon merasa frustasi harus tinggal satu atap bersama adiknya. bagaimana Jihoon bisa melewati harinya dengan tenang jika adiknya yang 'manis' begitu menggodanya? bahkan dia rela berbaring pasrah di bawah sang adik? oh tenggelamkan J...