Jihoon hanya bisa membuang pandangannya ke arah lain setiap kali bertatap muka dengan sang adik.
Kejadian beberapa hari yang lalu benar-benar memalukan bagi Jihoon, pipinya akan merona hebat ketika tidak sengaja melihat sang adik, pikirannya langsung melayang pada kejadian panas di kamar mandi saat itu dan Jihoon akan langsung memukul kepalanya keras keras guna menghilangkan perasaan aneh yang mengganggunya.
Jinyoung sebenarnya cuek saja dengan tingkah kakaknya itu, melihat sang kakak yang selalu menghindarinya dia memaklumi hal itu, tapi lama-lama merasa kesal juga, dia merindukan kakaknya itu. Jadi, dengan kesal di tariknya tangan sang kakak dengan lembut ketika mereka tidak sengaja berpapasan di ruang tengah, Jihoon berniat menghampiri sang ayah yang kebetulan berada di sana menonton acara TV kesukaan Jihoon.
Jinyoung menahan Jihoon pada dinding, melirik sekilas ke arah punggung ayahnya yang tengah asyik menonton lalu kembali menatap Jihoon yang terlihat gelisah di hadapannya.
"Ada apa dengan mu Hyung?"
Suara husky yang selalu Jihoon hindari itu mengalun lembut tepat di depan wajahnya, Jihoon mengumpat dalam hati, kenapa di saat seperti ini dia langsung lemah.
Jihoon hanya terdiam, pandangannya melirik pada punggung sang ayah yang terlihat serius menonton, Jihoon was-was kalau saja ayahnya berbalik dan melihat posisi mereka yang sekarang mungkin saja ayahnya akan berfikiran yang tidak-tidak.
"Hyung kau mengacuhkanku."
"Tidak Jinyoung aku tidak kenapa-napa."
Jinyoung menaikan salah satu alisnya, merasa tidak puas dengan jawaban sang kakak, "tidak? Lalu kenapa kau menghindariku." suara Jinyoung sangat pelan, terdengar begitu dalam dan menggoda, jangan lupakan tatapan matanya yang semakin menajam, oh sialan sekali rambut hitam itu justru membuatnya terlihat semakin sexy, pikiran Jihoon langsung saja melalang buana.
Melihat keterdiaman Jihoon, yang lebih muda mengulurkan tangannya, menyentuh dagu Jihoon dengan jari telunjuk dan ibu jarinya, menjepit kecil dagu runcing itu dan membuat wajah mereka saling berhadapan.
"Jawab aku Jihoon."
Mata Jihoon terlihat semakin gelisah, Jihoon menarik kepalanya mundur dan semakin rapat pada dinding saat Jinyoung mengikis jarak mereka semakin tipis.
"Ti-tidak itu hanya perasaanmu saja, untuk apa aku menghindarimu." Jihoon berusaha menjawab dengan nada normal, menjilat bibir bawahnya sedikit guna menghilangkan kegugupannya.
Namun kelakuannya itu justru membuat pandangan Jinyoung teralih.
Melihat gerakan lidah yang menyapu permukaan bibir pink itu mengganggu pikiran Jinyoung, dia ingin merasakan benda basah itu.
Seketika Jinyoung melupakan niatan awalnya, dia lebih tergoda mencicipi benda mengkilat di hadapannya saat ini.
Jihoon sedikit panik saat melihat Jinyoung semakin memajukan wajahnya, di liriknya sang ayah yang masih terlihat sibuk dengan TV di hadapannya, dan matanya terbelalak saat merasakan benda lunak dan basah menempel pada bibirnya.
"Mphhh~" Tangan Jihoon refleks meremas bahu Jinyoung ketika sang adik dengan berani melumat bibirnya dengan begitu lembut.
Di lihatnya mata elang milik Jinyoung terpejam erat, bibirnya bergerak membelai permukaan bibir Jihoon yang terkatup rapat.
Jihoon nyaris terbuai, kakinya melemas saat kedua tangan Jinyoung melingkar manis pada pinggangnya.
Di dorongnya bahu sang adik dengan cukup keras hingga bibir mereka terpisah beberapa senti.
Napas Jihoon terengah pelan, sedangkan Jinyoung hanya memerhatikan bagaimana pipi itu perlahan merubah warnanya, sedikit terkekeh gemas melihat tingkah polos sang kakak.
"Apa yang kau lakukan Jinyoung!" Jihoon menggertak, namun yang di gertak hanya tersenyum miring.
"Menciummu tentu saja." jawab Jinyoung enteng.
"Kau gila! Kita tidak seharusnya seperti itu!" Jihoon berusaha memelankan suaranya, ingin rasanya dia berteriak dan menghajar adiknya itu jika saja tak mengingat ayah mereka hanya berjarak sepuluh langka dari posisi mereka saat ini.
Jinyoung hanya diam, kembali melirik sang ayah lalu kembali menjatuhkan pandangannya pada Jihoon.
"Lepaskan aku Jinyoung!" Jihoon mulai memberontak, merasa tidak nyaman dengan posisi mereka yang terlalu rapat, dia juga takut ayahnya memergoki keduanya.
"Jika kau terlalu berisik kita akan ketahuan Hyung, atau kau memang ingin kita ketahuan?" seringaian tampan itu terukir di wajah tanpa cacat milik Jinyoung, dan tanpa aba aba apapun langsung melahap bibir ranum kakaknya itu.
Mata rusa itu membulat sempurna, bibirnya serasa habis di isap oleh Jinyoung layaknya permen, berusaha sekuat tenaga untuk memberontak, Jihoon kembali mencoba mendorong Jinyoung.
Merasa perbuatannya mendapat perlawanan, Jinyoung yang tengah di kuasai keinginan nafsunya langsung menahan kedua tangan Jihoon dengan satu tangan kirinya, melepas ciuman panas itu sesaat hanya untuk membuat Jinyoung bisa memposisikan kedua tangan Jihoon melekat pada dinding di atas kepala Jihoon dan di cengkramnya dengan kuat.
Belum selesai Jihoon menarik napasnya, Jinyoung kembali menyerang bibirnya, kali ini lebih kasar dan lebih menuntut.
Jihoon gelagapan di tempatnya merasa semua sudah sangat terlalu jauh dan kembali mencoba memberontak, jantungnya berdentum hebat di dalam dadanya, ciuman Jinyoung terasa memabukkan dan bahkan membuatnya nyaris terbuai.
Jinyoung benar-benar seorang good kisser, lumatan yang awalanya terasa kasar dan menuntun perlahan melembut, gigitan-gigitan kecil dan juga hisapan lembut yang Jinyoung lakukan sukses merusak segala pertahanan Jihoon.
Tubuh Jihoon yang awalnya memberontak dan tegang perlahan mulai rileks, bahkan mata rusa cantik itu mulai terpejam, dan mulai terhanyut dalam belaian bibir Jinyoung.
Menyeringai di sela-sela cembuannya, Jinyoung melepaskan ciuman panasnya saat merasa tubuh Jihoon semakin melemas karenanya.
menatap dengan pandangan sulit di artikan, Jinyoung terus memerhatikan wajah cantik kakaknya itu tanpa bosan.
Mata seindah galaxy yang bersembunyi di balik kelopak mata yang di hiasi bulu mata lentik, pipi gembil yang bersemu merah menggemaskan, hidung mancung yang sangat pas dengan bentuk wajah Jihoon mengeluarkan deru napas hangat yang terburu, bibir ranum berwarna peach alami yang terlihat semakin merah dan menebal akibat perbuatannya tadi, peluh yang mulai membasahi kening wajah Jihoon menabah kesan sexy padanya.
Jinyoung suka hasil karyanya skarang, dan libidonya yang sudah di ambang batas mulai bocor dan meluap kepermukaan.
"Tahan suaramu Jihoonie." bisiknya tepat di depan permukaan bibir merah merekah milik Jihoon.
Tbc
wkwkwkwkwkwkwwkwkwkwkw
evil gak nih :v
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fucking Sexy Brother [DEEPWINK VESR]
FanfictionKetika di mana Jihoon merasa frustasi harus tinggal satu atap bersama adiknya. bagaimana Jihoon bisa melewati harinya dengan tenang jika adiknya yang 'manis' begitu menggodanya? bahkan dia rela berbaring pasrah di bawah sang adik? oh tenggelamkan J...