Hampir

136 16 8
                                    

"Gue udah sayang sama lo. Sekarang tugas gue adalah ngebuat lo sayang juga sama gue. Bantu gue ya? biar lo cepet sayang sama gue. Jadi gue gabakal lama nunggu nya. Asal lo tau aja,nunggu itu gaenak"
-Kenzo

💤💤💤

"Lo ngapain tadi ikut tawuran?" tanya Berli kepada Kenzo yang sedang menyetir di samping nya.

"Kewajiban" jawab Kenzo acuh.

"Kewajiban sebagai ketua geng Xero maksud lo?" tanya Berli sinis. Kenzo terbelalak dan tetap berusaha fokus menyetir.

"Setau gue geng Sheeker itu musuhan sama geng Xero. Kakak gue mantan geng Sheeker,dan lo ketua geng Xero yang sekarang. Itu artinya,kalo kakak gue masih ada disini pasti dia bakal musuhan sama lo" cerocos Berli kesal.

"Terus?" tanya Kenzo.

"Musuh kakak gue juga musuh gue"

Bagai petir menyambar dan angin bergemuruh berkecamuk di dalam hati Kenzo. Ia harus bisa untuk menjaga rahasia ini dari Berli,dengan sebaik mungkin.

"Tapi gue kan ga kenal sama kakak lo. Masa gue musuhan?" elak Kenzo. Berli mengangguk pelan. "Iya juga sih ya".

"Em-kakak lo meninggal karna apa?" tanya Kenzo hati-hati takut menyakiti perasaan Berli.

"Kata Luki sama Vero kak Calvin meninggal karna kecelakaan. Tapi gue ga percaya,karna pas gue liat mayatnya. Ada bekas tusukan di sekitar perut nya. Terus gue denger-denger ada yang bilang kalo salah satu anggota Xero yang nusuk kakak gue" jawab Berli dengan senyuman yang sangat tipis di mulutnya. "Dan gue bakal cari orang itu" lanjut Berli yang membuat Kenzo mematung dan bungkam seribu bahasa.

"Kalo ternyata orang yang ngebunuh kakak lo itu orang terdeket lo gimana?" tanya Kenzo yang berusaha menggali lebih dalam.

"Bakal gue balesin dendam kakak gue" sadis Berli dengan tatapan mata elang nya yang menuju ke luar jendela. "Gimana pun caranya".

Lagi-lagi Kenzo terdiam. Ia dibuat ngeri oleh perkataan Berli. Bagaimana bisa Kenzo membuat sumpah untuk membunuh orang kesayangan Calvin yang ternyata orang kesayangan nya juga?. Entahlah,Kenzo sangat menyayangi Berli saat ini. Kenzo tidak akan membiarkan orang lain mengambil Berli darinya.

Apa yang harus Kenzo lakukan sekarang?

Memperjuangkan dan menutupi semuanya atau membalaskan dendam nya dan membiarkan Berli membenci nya?

💤💤💤

"Jadi kamar yang gue tempatin ini punya Calvin? kamar musuh gue sendiri?" tanya Kenzo di depan cermin. Ia bertanya pada dirinya sendiri.

"Mimpi apa gue bisa ada di satu tempat bekas Calvin?" lanjut Kenzo yang perlahan membuka kancing baju nya dari atas.

"Ini juga. Baju yang dikasi sama Berli juga punya Calvin" kini Kenzo berbicara sendiri sambil menatap baju di tangan nya lekat-lekat. "Gue semakin dekat sama orang yang harus gue bunuh".

"Gue harus mikir mateng-mateng keputusan yang bakal gue ambil. Resiko nya juga harus gue pikirin"

"Berani berbuat berani bertanggung jawab. Gue berani ngebunuh Calvin,gue juga harus berani buat ngadepin kemarahan Berli setelah tau semua nya"

"Mungkin beberapa hari kedepan gue masih bisa nyembunyiin ini semua. Tapi perlahan pasti bakal kebuka dengan sendiri nya"

Kenzo menghembuskan nafas nya kasar. "Bangsat! harus banget ya si Berli yang jadi sasaran gue?" teriak Kenzo mengacak rambut nya frustasi.

"Waktu gue tinggal dikit. Gue harus mikirin keputusan gue dengan baik. Telat dikit ataupun salah haluan bakal ada masalah lagi"

Tok tok!

Kenzo tersentak dan segera mengenakan pakaian rumahnya lalu membukakan pintu untuk Berli. Bagaimana jika Berli mendengar semua perkataan nya tadi?.

"Lo denger apa yang gue bilang tadi?" tanya Kenzo dengan raut wajah paniknya. Berli memasang wajah jutek nya. Itu membuat Kenzo semakin panik.

"Eh? lo denger ya? em- gu-gue minta maaf ya?" mohon Kenzo dengan nada memelas. Wajah nya berubah menjadi pucat karna takut akan menjadi musuh bebuyutan dengan Berli,sama seperti apa yang terjadi pada hubungan Calvin dan Kenzo.

"Apa?" tanya Berli ketus.

"Lo marah kan sama gue? gue minta maaf ya. Janj-"

"Karet gue ada di lo" potong Berli cepat. Kenzo mematung,yang ia pikirkan berbeda jauh dengan realita.

Kenzo mengangguk mengerti dan merogoh saku celana nya untuk mengambil karet milik Berli lalu menyerahkannya.

"Gu-"

BRAK!!

Berli membanting pintu kamar nya dengan keras,meninggalkan Kenzo yang belum selesai berbicara.

"Untung sayang" ujar Kenzo terkekeh pelan sambil mengelus dadanya layak di sinetron-sinetron alay.

💤💤💤
"HAII BERLI SAYANG!" sapa Rafa heboh dengan suara nyaring nya yang bergema di rumah Berli. Michele menempeleng kepala Rafa karna kesal. "Bangsat,gausah teriak di telinga gue juga!".

"Ye bodoo" sahut Rafa tidak peduli dan langsung berlari kecil menghampiri Berli dengan kedua tangan yan merentang seolah ingin memeluknya.

BUGH!

"Aww! bangsat!" rintih Rafa. Kenzo melayangkan satu pukulan keras tepat di lengan kekar milik Rafa. Tatapan tapan milik Kenzo tertuju pada manik mata Rafa yang cecengesan tidak jelas.

"Jangan pernah nyentuh Berli" desis Kenzo tajam.

"Wes,santai bro!" lerai Michele dan Erick. Sedangkan Rafa memasang wajah cengo nya seolah tidak melakukan apapun.

"Ngapain lo? yaudah si biarin aja dia meluk gue. Udah lama juga gue ga di peluk sama orang" ujar Berli dengan nada yang semakin mengecil. Bibir Berli bergetar. Kenzo yang menyadari getaran Berli menarik Berli kedalam bekapan hangat milik Kenzo.

"Inget apa yang gue bilang waktu itu? sekarang,gue udah sayang sama lo. Cuma gue yang boleh meluk lo. Dan tugas gue sekarang adalah ngebuat lo sayang juga sama gue" bisik Kenzo lembut tepat di samping telinga Berli.

Bulu kuduk Berli berdiri. Ia merinding. Kebiasaan aneh Berli adalah,merinding disaat ia merasa baper ataupun ketakutan. Berli bingung. Saat ini ia merasa merinding karna merasakan baper atau takut?. Entahlah,semoga saja bukan karna baper. Berli masih belum bisa untuk melupakan masa lalu nya yang mampu membuat ia bersikap dingin. Namun Berli juga tidak mengerti mengapa ia dengan gampang menerima kelima lelaki tampan ini untuk masuk kedalam hidupnya.

Cinta? tidak. Berli tidak ingin memiliki urusan dengan cinta,alias satu kata singkat yang mempunyai makna dan rasa sakit maupun bahagia di baliknya.

Perhatian dan kasih sayang? dari keluarga? tidak,terimakasih. Berli tidak membutuhkan semua hal itu dari keluarganya. Kedua orang tuanya sudah menghilangkan kepercayaannya terhadap kasih sayang dari keluarga. Yang Berli butuhkan saat ini adalah,kasih sayang tulus dari seseorang yang benar-benar menyayangi Berli dengan segenap hatinya.

KENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang