Chapter 2

1.6K 139 3
                                    

Silver saver

🔥

Tepat pukul satu siang, Natasha dan Danika sudah sampai di kota. Mereka berjalan kaki untuk sampai ke sebuah toko yang menyediakan peralatan perak dan besi. Yang di maksud peralatan itu adalah sesuatu yang bisa memburu iblis.

"Ini pertama kalinya kau ke kota?" Tanya Natasha saat ia dan Danika sedang berjalan di pinggir trotoar.

Danika tersenyum, "Iya. Yang paling sering pergi ke kota biasanya adalah Mordu. Master Goru selalu melarangku untuk keluar institut," Jawab Danika.

Natasha menghela nafas, "Tadi sebenarnya Hauser juga melarangku, tapi aku berhasil memperjelas segalanya kepada dirinya."

Dan setelah mereka berjalan sekitar enam menit, tibalah mereka di sebuah toko yang bernama Silver Pierre.

"Silver Pierre? Nama yang unik," Gumam Danika saat Natasha melangkah terlebih dahulu memasuki toko berpintu kaca tersebut.

Hal pertama yang terdengar saat masuk ke dalam toko tersebut adalah bunyi lonceng perak yang cukup menggema di penjuru toko ini. Natasha awalnya juga merasa tak nyaman dengan suara lonceng tersebut, tapi lama-kelamaan, Natasha mulai terbiasa setelah satu-dua kali Orlando membawanya pergi ke kota hanya untuk datang ke tempat ini.

"Ah, Natasha. Apa kabarmu?" Sapa Pierre--si pemilik toko ini. Pierre langsung mengernyit ketika melihat Natasha datang dengan Danika, "Hmm... Orlando terlihat berbeda," Pierre menyentuh dagunya dan memasang wajah orang yang sedang berpikir, "Apa dia sedang diet?" Kemudian, Pierre tertawa setelah melirik Natasha yang tersenyum.

"Ini Danika. Dia teman baruku, Pierre." Ucap Natasha memperkenalkan Danika.

Pierre mengangguk, "Senang bertemu denganmu, nona. Namaku Pierre. Aku penjual segala macam benda yang terbuat dari perak," Ucap Pierre dengan penuh percaya diri.

Pierre adalah pria paruh baya berusia sekitar 55 tahun. Dia baik hati, bertubuh agak besar dengan perut yang sedikit buncit dan memiliki jenggot berwarna hitam keputih-putihan. Pierre adalah teman lama nya Orlando. Mereka saling bekerja sama dalam penyediaan senjata seperti pedang dan peluru perak. Intinya Pierre bukan hanya seorang penjual benda-benda perak saja, tapi usahanya ini sudah menjadi turun-temurun untuk membuat senjata yang akhirnya di gunakan oleh para pemburu iblis.

"Ayo, kita langsung saja ke belakang," Pierre tersenyum, kemudian melangkah menuju pintu belakang.

"Oh ya, dimana Orlando? Bukankah kau tak boleh pergi jika tidak bersama dengan sang pelindung?" Tanya Pierre.

Natasha mengedik, kemudian terkekeh pelan, "Orlando sedang menjalankan sebuah tugas," Jawab Natasha sambil menatap sekeliling.

Mereka bertiga sedang melewati sebuah lorong yang akan membawa mereka ke dalam gudang besar persediaan perak milik Pierre.

"Selamat siang, Tuan Pierre."

Langkah kaki Pierre seketika itu juga langsung terhenti saat seorang pria bertubuh kurus dan ringkih muncul secara mendadak dari balik pintu yang terhubung dengan gudang besar mikik Pierre.

Pierre berhenti secara mendadak, membuat Natasha dan Danika terkejut, kemudian saling bertatap bingung.

"Astaga, Crowd. Kau membuat diriku kaget saja," Pierre menghembuskan nafas, kemudian mengusap wajahnya, "Kau datang selalu saja secara tiba-tiba seperti itu," Pierre menggeleng-gelengkan kepalanya, "Mengagetkan saja," Gumamnya sampai akhirya Pierre berbalik untuk berbicara dengan Natasha.

"Maaf. Perkenalkan, ini karyawan baruku, namanya Crowd," Ucap Pierre yang kali ini tersenyum lebar sambil memperkenalkan pria ringkih tersebut.

Untuk beberapa saat Natasha hanya menatap kedua mata pria itu saja. Tatapan pria tersebut seperti penuh dengan... kekosongan. Tatapannya terlihat asing dan tak suka dengan keberadaan Natasha. Penuh kekosong, kebencian, dan amarah yang tertahankan.

My Blood : Witch HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang