Natasha terisak. Rasa sesak yang ada di dalam dadanya semakin membuatnya menangis meski segalanya telah usai.
Bulan darah terlewat persis setelah Orlando memejamkan mata dan tak akan pernah membukanya lagi sampai kapan pun.
"Orlando," Natasha menggoyang-goyangkan dada Orlando. Tatapannya mendadak berubah seperti orang kebingungan. "Jangan main-main, Orlando." Natasha tergelak. Ia tergelak pelan dan menyedihkan, "kau tidak perlu berbohong seperti ini. Kau--" Natasha tersengal.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya sekeras mungkin. Tak peduli apakah akan menimbulkan kebengkakkan ataupun berdarah.
Seluruh dunia nya telah hancur. Hancur lebur seperti bubur yang sudah basi. Warna-warni di dalam kehidupan yang ia jalani bersama Orlando--dengan mudahnya sirna seperti cahaya bulan darah yang berlalu begitu saja.
Natasha memejamkan kedua mata. Kedua alisnya saling bertaut erat sementara tangan kanannya kini meremas baju Orlando di bagian dada. "Kau tidak boleh berbohong! Kau sudah pernah berbohong waktu itu, tapi nyatanya kau baik-baik saja, Orlando!" Natasha berteriak. Ia berteriak di sela-sela tangisannya yang semakin menjadi-jadi.
Hansel, Christian, dan Mordu baru saja menyelesaikan bagian mereka. Senyum bahagia atas keberhasilan mereka merekah, tapi tidak berlangsung lama ketika mendengar teriakan Natasha yang sedang menangis meraung-raung di dekat mayat Orlando.
Hansel, Mordu, dan Christian seketika terdiam. Mereka menjatuhkan senjata mereka masing-masing, lalu melangkah pelan mendekati Natasha dan Orlando yang tak bernyawa lagi.
Christian berlutut di samping Orlando, meraih pergelangan tangan lelaki berambut pirang itu, lalu mengecek denyut nadi.
Tapi, kita semua tahu hasilnya pasti nihil. Tidak ada denyut nadi ataupun tanda-tanda bahwa Orlando masih bernafas.
Christian memejamkan kedua mata sembari menghela nafasnya dalam-dalam. Begitu juga dengan Mordu yang mendadak kedua tungkainya lemas sehingga tubuh besarnya terkulai lemah di atas batu.
Sedangkan Hansel. Lelaki itu berlutut di samping Natasha, menenangkan adiknya yang kini menangis meraung-raung.
Natasha tersadar bahwa hal yang waktu itu ia anggap sebagai halusinasi adalah sebuah kenyataan. Kematian Orlando menjadi sebuah kenyataan yang menyakitkan dan tentunya sulit untuk di terima oleh Natasha.
"Tenang, Natasha. Orlando sudah tiada." Hansel berbisik di telinga Natasha.
Natasha menggeleng cepat. Ia membantah habis-habisan apa yang di katakan oleh Hansel. "Tidak! Apa kau lupa dia pernah seperti ini sebelumnya? Saat menyelamatkan aku dari portal dan pada akhirnya dia baik-baik saja!" Natasha menatap tajam ke arah Hansel.
Hansel menghela nafas singkat. Dia sabar menghadapi sikap Natasha yang seperti ini, karena ia mengerti bahwa saat ini Natasha sedang dalam keadaan depresi. "Tidak, Nath. Kau harus mene--"
"Diam, Hansel! Jangan berbicara yang tidak-tidak!" Natasha membentak Hansel, kemudian kembali membangunkan Orlando.
Tiba-tiba Natasha terdiam. Ia menahan isakan dan raungan tangisnya sembari menatap wajah Orlando yang diam dan tenang. Kematian telah mendamaikan jiwa Orlando.
Seketika itu pula Natasha tersadar dirinya sudah jauh memasuki alam kesedihan--sehingga membuatnya nyaris gila dan membentak semua orang.
Suasana hatinya benar-benar kacau dan tidak terkendali.
Natasha kembali memejamkan mata dan menghembuskan nafas perlahan meski isakan tangis berbondong-bondong berebut ingin keluar dari mulut, tapi Natasha berusaha menahannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/142333274-288-k768809.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood : Witch Hunter
FantasySebuah rahasia yang kembali terungkap. Natasha memiliki perasaan buruk setelah perginya Orlando ke sebuah kota terpencil yang diberi nama "Heaven City". Menurut rumor kota tersebut di serang oleh penyihir yang bersekutu dengan iblis. Dan pernyataan...