Tepat pukul satu siang matahari tak kunjung terlihat ketika mereka memasuki hutan lebih dalam lagi sambil menunggangi kuda. Natasha melihat ke kanan dan ke kiri, kemudian fokus menatap ke depan setelah dirasa bahwa sekitarnya aman.
Entah mengapa dan ada masalah apa dengan Crowd sehingga memberikan kendaraan berupa kuda. Tidakkah ada kendaraan yang lebih cepat? Padahal saat mereka berjalan menuju kandang kuda, Natasha tak sengaja melihat garasi besar yang di dalamnya terdapat beberapa mobil antik. Tapi, bagi Natasha kuda lebih baik daripada harus menggunakan mobil tua yang nantinya hanya menyusahkan saja.
Sebenarnya tetap saja menyusahkan, karena saat ini memang tidak ada mobil tua yang menjadi penghambat Natasha, melainkan putranya Crowd sendiri yang menemaninya.
Natasha yang berkuda di jalan penuh rumput kering itu pun berusaha untuk rileks sambil menghirup udara segar tanpa harus mencium aroma darah. Di dalam keheningan hutan yang tak wajar ini, Natasha tak henti-hentinya memikirkan keadaan Hansel, Orlando, dan Mordu yang entah mereka saat ini ada dimana.
Apakah mereka aman?
Hanya itu yang ada di dalam pikiran Natasha.
Natasha menghela nafas dalam. Tangan kanannya yang tadi memegang erat tali kendali kuda itu pun langsung terangkat untuk menyentuh liontin kalung yang terselip di dalam mantelnya--diberikan oleh Pierre.
Kalung ini sepertinya penting, Bisik Natasha dalam hati.
"Hei yo! Kau tidak sendirian disini, nona," Sambar Christian yang tiba-tiba sudah berkuda di samping Natasha. Lelaki angkuh itu berusaha menyamakan langkah kaki kuda nya dengan kuda milik Natasha.
Tatapan mata Christian melirik ke arah tangan kanan Natasha yang menyentuh dadanya sendiri. Membuat pikiran kotor Christian mulai aktif, alhasil lelaki itu tersenyum miring, "Ini di hutan. Jangan coba-coba untuk..."
Natasha langsung menoleh dan menyadari arti senyuman mesum milik Christian, "Sialan," Gumam Natasha dan cepat-cepat menurunkan tangan kanannya, lalu berusaha kembali normal seperti biasa seolah tak terjadi apa-apa.
Christian tergelak pelan, "Dasar bodoh," Gumamnya.
Natasha mendengus, "Kau yang dungu!" Balasnya tak kalah sengit, namun berusaha menjaga agar suasana tenang ini tidak beralih ke arah yang lebih buruk. Sebut saja, pertengkaran.
"Kau tahu--"
"Tidak tahu, karena kau belum memberitahukan," Sambar Natasha tanpa menoleh sedikitpun untuk menatap wajah tekuk milik Christian.
Christian menghela nafas panjang, "Aku bisa saja membunuhmu saat pertama kali melihatmu," Ucapnya santai tanpa beban dosa sedikitpun.
Natasha menoleh sekilas sambil memberikan tatapan tajam, "Lalu, kenapa kau tidak membunuhku?" Ketus Natasha ketika menyadari arah pembicaraan Christian.
Christian lagi-lagi tergelak meremehkan, "Karena, ada ayahku."
Natasha nyaris terbahak mendengar jawaban konyol itu, "Jika kau sudah berniat mengapa kau tidak langsung menghunuskan rapier mu itu tepat di jantungku? Sudah ku bilang kau itu dungu. Kau pengecut," Ucap Natasha dengan nada penuh penakanan dan penuh niatan untuk menyindir.
Christian mendecih dalam hati, "Kau tidak mau bertanya karena apa aku berniat membunuhmu?"
Pertanyaan bodoh yang baru saja keluar dari mulut Christian itu sukses membuat Natasha memberhentikan langkah kaki kuda yang ia tunggangi.
"Mengapa kau berhenti?" Tanya Christian tak kala ikut berhenti.
Natasha menatap Christian lamat-lamat, "Mau mu sebenarnya apa?" Tanya Natasha dengan nada datar dan jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood : Witch Hunter
FantasySebuah rahasia yang kembali terungkap. Natasha memiliki perasaan buruk setelah perginya Orlando ke sebuah kota terpencil yang diberi nama "Heaven City". Menurut rumor kota tersebut di serang oleh penyihir yang bersekutu dengan iblis. Dan pernyataan...