"Bulan darah atau biasa kaum kami--pemburu penyihir menyebutnya bulan merah," Ucap Christian yang sudah bisa berjalan sendiri tanpa berpegangan dengan Natasha.
Natasha menghela nafas, "Hauser juga pernah menyinggung tentang bulan merah," Tukas Natasha.
Christian menolehkan kepala, "Sebenarnya siapa Hauser?"
Natasha tersenyum dan menatap Christian sekilas, "Dia pamanku. Tapi, sebenarnya dia juga pemimpin institut kami--pamburu iblis."
Christian mengangguk-anggukan kepala, "Jadi, siapa dirimu sebenarnya?"
Natasha menahan nafasnya, langkah kakinya terhenti saat melihat tanjakan menurun yang dipenuhi oleh rumput mati. Tanjakan menurun tersebut membuat posisi Natasha dan Christian saat ini terlihat lebih tinggi. Sejauh mata memandang hanya ada tanah lapang sebelum berakhir pada sebuah gerbang bertuliskan ....
Heaven City.
"Itu... Heaven City?" Tanya Natasha yang belum mengedipkan kedua matanya.
Christian mengatupkan bibirnya, "Benar. Ini adalah Heaven City."
Sesuai dengan namanya, yaitu Heaven City, sebuah kota surga yang sangat indah dan penuh gemerlap. Namun, sayang sekali keindahan itu seolah terbungkus oleh kegelapan di sekitarnya.
Sebuah hutan rimbun, gelap, dan kelam yang berada tepat di belakang pembatas kota terlihat sangat mencekam. Hutan tersebut jaraknya tak jauh di belakang kota.
Dari kejauhan pun, Natasha sudah bisa merasakan bahwa hutan itu bukanlah hutan yang wajar. Hutan penuh kutukan dan aura hitam memenuhi isinya beserta sekelilingnya. Tanpa disadari, Natasha refleks menelan ludah ketika membayangkan perasaan warga yang tinggal di Heaven City yang setiap malamnya dibalut oleh rasa takut mendalam.
Apakah wabah itu benar terjadi?
Christian menyentuh pundak Natasha--membuat gadis itu menoleh, "Kau tidak apa-apa, 'kan?"
Natasha menahan nafas sampai akhirnya menghelanya perlahan, "Iya, aku tidak apa-apa."
Natasha memaksakan seulas senyum, "Ayo, waktu kita semakin menipis." Kemudian, dengan langkah cekatan, Natasha menuruni tanjakan menurun itu menuju ke gerbang masuk Heaven City.
----
Sebuah gerbang berukuran raksasa berbahan dasar kayu ek tebal dan kokoh menyambut kedatangan Natasha dan Christian. Pada puncak gerbang terdapat ukiran gelombang dan matahari. Tak lupa ada sebuah papan bertuliskan 'Pray before you in, pray before you leave Heaven City. God will save you'
Demikian satu kalimat yang membuat hati Natasha dan Christian bergetar. Dan dari situlah Natasha mengambil kesimpulan bahwa sepertinya Heaven City berisi orang-orang yang taat terhadap agama dan tuhan.
Sungguh nahas mereka harus mengalami hal mengejamkan seperti ini. Dan mungkin tuhan mengirim Natasha juga Christian--keturunan terakhir Ebarnus untuk melepaskan belenggu kelam yang menyiksa mereka.
"Kita mulai dari mana?" Tanya Christian saat dirinya dan Natasha berhenti sejenak di tengah jalanan kota yang tak terlalu luas.
Malam sudah hampir berada di puncak, bulan purnama terasa memenuhi langit hitam pekat dengan seberkas cahaya yang ia miliki. Akan tetapi, masih banyak para warga yang memakai pakaian panjang nan kuno berlalu lalang. Sebagian dari mereka masih ada yang saling bertransaksi. Ada yang sedang melakukan barter hanya untuk menukar guci dengan sebuah sayuran yang tak terlalu layak untuk dimakan.
Dalam keadaan seperti ini mereka tidak ingin memberlakukan jam malam. Mereka seolah pasrah dan berserah diri kepada tuhan atas apa yang telah menimpa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood : Witch Hunter
FantasySebuah rahasia yang kembali terungkap. Natasha memiliki perasaan buruk setelah perginya Orlando ke sebuah kota terpencil yang diberi nama "Heaven City". Menurut rumor kota tersebut di serang oleh penyihir yang bersekutu dengan iblis. Dan pernyataan...