Orlando melangkah ke arah dimana Christian berada. Orlando tak tahu kalau saat ini Christian terbaring di semak-semak akibat lompat dari kuda panik yang membawanya.
Nafas Orlando terengah-engah setelah berlari dan akhirnya ia memutuskan untuk berhenti sejenak. Mengatur nafasnya sembari mengedarkan pandangan ke sekitar mencari tanda-tanda keberadaan Christian.
Hari sudah mulai gelap. Mentari yang tadi menyinari hutan dengan sinar jingga nya kini telah tergantikan oleh cahaya bulan purnama yang sebentar lagi akan berubah warna menjadi merah tepat pukul dua belas malam.
Telinga Orlando menangkap sebuah suara batuk seseorang. Orlando mendekati suara tersebut yang rupanya berasal dari semak-semak. Langkah kaki Orlando terhenti saat melihat semak-semak tersebut sedikit bergoyang diiringi suara erangan parau dan sepertinya ia tahu siapa pemilik erangan itu.
"Christian!" Orlando berseru saat melihat Christian yang terbaring lemah dengan kondisi buruk, yaitu tulang pipi memar.
"Ah, ya tuhan. Akhirnya ..." gumam Christian yang sepertinya masih setengah sadarkan diri, "kau lihat? Ini akibat aku memutuskan untuk segera lompat dari atas kuda dan akhirnya terbentur di ..." ia memutuskan kalimatnya dan meringis.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Orlando sembari membantu Christian bangkit.
Christian memegangi keningnya. Kepalanya terasa berat. Sangat berat sampai sulit rasanya untuk mengendalikan bobot tubuhnya sendiri sehingga Orlando harus merelakan pundaknya di rangkul oleh Christian.
"Kau harus kuat, Christian. Kita tidak memiliki banyak waktu," Orlando menatap ke langit sekilas, "sudah malam dan kita perlu menemukan Hansel."
Sampai akhirnya Christian menyadari suatu hal. Pandangannya menyapu ke segala arah, tapi hanya ada Orlando.
"Kau sendirian? Dimana yang lainnya?" Tanya Christian di sela-sela ringisannya.
Orlando membantu Christian untuk duduk sejenak--bersender di batang pohon. "Natasha yang memberi ide ini. Tadinya tersisa aku dan Natasha sampai akhirnya kami berpisah. Aku mencarimu dan dia mencari Mordu untuk menghemat waktu, kita akan bertemu di pusat hutan."
Christian menengadah untuk menatap wajah Orlando yang saat ini terlihat datar, namun menyimpan segala kekhawatiran yang tak mau ia perlihatkan sedikitpun.
Pilihan yang sangat bijaksana. Batin Christian.
"Kenapa kau mau menyetujuinya?" Tanya Christian dengan nada datar dan penuh simpatik.
Orlando menghela nafas. Ia tersenyum kecil, "gadisku itu sudah dewasa. Ia tahu keputusan apa yang dia ambil. Dia pasti bisa. Dia kuat." Jawab Orlando tanpa menatap ke bawah--ke arah Christian yang masih menengadah duduk bersender di batang pohon.
Perlahan tapi pasti rasa berat di kepala Christian mulai hilang. Christian menguatkan diri dan masih senantiasa memikirkan nasib kawan-kawannya yang saat ini terpencar. Kini ia punya harapan. Satu harapannya untuk kembali berkumpul sebagai satu tim.
Christian berusaha bangkit, dengan cepat Orlando meraih lengannya. "Kau sudah pulih?"
Christian mengangguk mantap dan tersenyum lebar. Sangat lebar daripada biasanya meski menahan rasa sakit di pipi. "Seperti kuda yang baru lahir." Ia mengajak Orlando, "ayo. Arah jantung hutan ke sana!" Christian tahu benar masalah seperti ini. Letak jantung hutan ini telah ia prediksi saat mereka mengumpulkan informasi dan membuat rencana.
----
Sementara itu suasana di sekitar Mordu semakin mencekam. Ia masih menghadapi sosok tamu tak di undang yang datang secara tiba-tiba. Datang bersama kegelapan malam yang tak biasa dan telah menutupi hutan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood : Witch Hunter
FantasíaSebuah rahasia yang kembali terungkap. Natasha memiliki perasaan buruk setelah perginya Orlando ke sebuah kota terpencil yang diberi nama "Heaven City". Menurut rumor kota tersebut di serang oleh penyihir yang bersekutu dengan iblis. Dan pernyataan...