Hari Keberangkatan ke Bandung

65.8K 2.3K 234
                                    

Kringgg!!!!! Kringgg!!!!!

Alarm gue bunyi dengan nyaringnya. Dengan mata yang masih terpejam, tangan gue meraih jam yang ada di samping gue. Dengan cepat gue matiin alarm itu.

Dengan tubuh yang masih lemas, gue mengambil posisi duduk. Meraih segelas air putih yang ada di samping alarm. Gue segera meminumnya. Tak lama dari itu mata gue mulai kuat untuk terbuka. Gue liat jam dinding yang ada di depan gue. Pukul 04.00 WIB.

Masih sepagi ini dan gue harus bangun untuk bersiap-siap untuk keberangkatan ke Bandung.

Gue beranjak dari kasur gue yang empuk. Berjalan menuju kamar mandi dan bergegas untuk mandi.

Setelah selesai mandi, gue memilih baju untuk dikenakan hari ini. Baju yang simple namun tetap terlihat rapi.

Setelah selesai dengan baju, gue duduk di depan meja rias dan mulai memoles wajah gue dengan make up yang natural. Untuk rambut, gue mengikatnya dengan model kunci kuda dengan poni tipis yang gue biarkan.

Setelah selesai mempersiapkan diri, gue turun ke bawah dengan membawa dua koper kecil dan tas berukuran kecil untuk barang-barang yang sederhana, seperti ponsel dan dompet.

Sesampainya di bawah, gue bergegas membuat sarapan. Cukup simple, hanya telur dadar dengan daun bawang sebagai campurannya. Tepat saat gue mau mulai makan, ponsel gue bergetar. Menampakkan sebuah notifikasi chat dengan nama 'Imanuel'.

Imanuel
Berangkat bareng gue. Jangan sama Richard.

Sonya
Kenapa emangnya?

Imanuel
Gue udah di jalan.

Sonya
Cepet banget

Imanuel
Iya

Sonya
Oke kita berangkat bareng

Read

Karena Imanuel hampir sampai ke rumah gue, gue pun bergegas makan dengan lahap. Hanya butuh waktu delapan menit untuk melahap sebuah telur dadar dengan nasi. Setelah selesai gue cuci piring bekas makan gue. Nggak mungkin gue biarin piring ini direndam selama seminggu, nanti lembek.

Jam nunjukin pukul 05.34 WIB. Sambil menunggu Imanuel, gue memeriksa barang-barang gue agar tak ada yang tertinggal.

"Kamu yakin mau pergi?" tanya Anike yang tiba-tiba datang.

Gue mengangguk. "Yakin."

Anike memasang wajah murung. "Kalau itu memang keputusan kamu, yaudah kamu boleh pergi. Tapi, aku nggak bisa ikut kamu ke sana."

"Gapapa, lagian udah ada temen-temen aku."

"Oke, hati-hati ya." ujar Anike.

Gue tersenyum ramah. "Pasti. Kamu juga jaga rumah ini jangan sampai ada maling."

Anike mengangguk. "Siap!" ucapnya dan langsung pergi.

Selang lima detik setelah Anike pergi, terdengar jelas suara klakson mobil dari luar sana. Gue bergegas membuka pintu.

"Hai, Nuel!" sapa gue.

Imanuel tersenyum. "Hai!"

"Udah?" tanya Imanuel dingin.

"Udah." jawab gue.

"Koper."

"Hah?"

"Koper."

Gue berpikir sejenak. Berusaha mengerti apa yang di maksud Imanuel.

"Ooooo....koper?"

Imanuel mengangguk.

Kamar Sebelah~👻  [SUDAH TERBIT] [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang