Hawa Negatif

57.1K 2.2K 139
                                    

Saat gue lagi mengambil barang-barang gue, tiba-tiba muncul perasaan yang nggak nyaman. Seperti hal-hal yang mengganjal.

Gue berusaha menenangkan perasaan dan pikiran yang secara tiba-tiba datang.

Puk!

Tiba-tiba ada sesuatu yang menepuk bahu gue. Dengan perlahan gue menoleh.

"Astaga!" kaget gue.

"Richard! Bikin kaget aja hih!" kesel gue.

Ternyata Richard. Dia yang menepuk bahu gue.

"Kenapa sih?" heran Richard.

"Gue kaget anjrit!"

"Kaget? Kok bisa?" tanya Richard.

Gue menghela napas sejenak. "Tadi gue ngerasa nggak enak aja, jadi gue kira-"

"Maksud lo gue hantu?" ucap Richard memotong ucapan gue.

Gue mengangguk dengan yakin. "Soalnya mirip, dikit."

Richard memasang wajah malas.

"Tadinya gue mau bantuin lo, tapi karena lo ngira gue hantu, nggak jadi deh, gue ngambek."

Gue mengangguk. "Ohh...gitu..." respon gue.

"Kok responnya gitu doang?"

Gue merengutkan dahi. "Lah terus harus gimana? Lagian gue bisa bawa barang-barang gue sendiri." jawab gue.

"Biar gue yang bawa." Imanuel yang tiba-tiba dateng langsung mengangkut barang-barang gue.

"Eh?"

Richard yang melihat hal itu langsung menghentikan Imanuel. "Kok lo rese sih?"

Imanuel tak merespon. Dia justru menggandeng tangan gue.

"Ayo masuk. Udaranya dingin." ucapnya.

"Woy! Gue ngomong kok dikacangin? Sakit woy dikacangin!" oceh Richard.

Kita semua langsung masuk ke dalam Villa. Tempatnya lumayan besar.

Sesampainya di dalam, kita duduk di ruang tengah. Beristirahat sejenak.

"Hadehh capek banget." keluh Kevin.

Alex yang juga menyenderkan tubuhnya ke sofa ikut menghela napas. "Sama. Padahal dari Jakarta ke Bandung nggak terlalu jauh, tapi rasanya capek."

Untuk beberapa menit kita beristirahat sejenak di ruang tengah.

"Udah yuk beres-beres." ujar gue.

Mereka mengangguk setuju. Kita semua pergi ke lantai dua, dimana kamar kita berada. Ada banyak kamar di sana.

Kevin menghitung jumlah kamar. "Satu, dua, tiga, empat, lima. Ada lima kamar dan kita bisa pake 4 kamar." ujar Kevin.

"Biar gue yang bagi per kamarnya. Kamar pertama di tempatin Imanuel dan Richard, kamar kedua Alex dan gue, kamar ke tiga kayaknya kosongin aja sebagai pembatas, kamar ke empat Reva dan Sonya, dan kamar kelima Sella dan Luna." jelas Kevin.

"Ih gue ogah sekamar sama Imanuel," protes Richard. Sementara Imanuel hanya diam tak merespon. "Gue mau di kamar ke tiga aja."

"Jangan!" refleks gue ngelarang Richard nempatin kamar itu.

"Kenapa?" tanya Richard heran.

"Emm...itu...kayaknya kosongin aja. Gu-gue ngerasa nggak enak sama kamar ini. Takutnya terjadi apa-apa. Namanya juga kita numpang di sini." jawab gue gugup.

Richard berpikir sejenak kemudian menghela napasnya berat. "Huft! Oke gue sekadar sama Imanuel." ucapnya dengan terpaksa.

Gue mengangguk dengan senyuman.

"Yaudah masuk ke kamar masing-masing. Selamat beristirahat!" ucap gue.

Mereka berjalan memasuki kamarnya masing-masing. Sementara gue, untuk masuk ke dalam kamar, gue harus melewati kamar kosong itu. Di saat itu juga gue merasakan hal yang nggak nyaman, seperti ke fokusten gue hilang. Seperti ada bayang-bayang aneh yang muncul di kepala gue.

"Arrgghh!!!" gue sedikit berteriak.

"Sonya!" terdengar suara Reva yang khawatir.

Tapi, bayangan itu masih muncul. "Arggghh!!!! Sakit! Pergi!!!" gumam gue.

"Sonya! Sadar, Son!!! Sonya!!" suara Reva terdengar semakin khawatir.

***

Halo....para readers!!!

Wah!!! Happy 1k readers!!!!🎉🎉

Terima kasih ya udah mau baca Wattpad author!!!! Nggak kerasa yang baca udah sampe seribu aja. Makasih juga atas vote dan komentarnya❤️ Padahal author nggak ngira sampe sebanyak ini loh yang baca huhu seneng banget!!!!

Makasih juga buat temen-temen yang udah mau bantu dari awal mau bikin Wattpad ini. Tadinya author ragu untuk bikin Wattpad ini, tapi karena dukungan dari temen-temen, author jadi semangat lagi!!! Makasih untuk temen-temen yang udah mau baca dan vote Wattpad ini. Love you!!!!

Sampai jumpa minggu depan!!!!

Kamar Sebelah~👻  [SUDAH TERBIT] [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang