Waktu gue buka pintunya ternyata nggak ada orang. Hanya ada sebuah surat putih di sana. Gue langsung ngambil surat itu dan ternyata di surat itu tertulis sebuah kalimat yang besar bertuliskan.
'TOLONG AKU'
Sedetik setelah membaca tulisan itu, tubuh gue mengkaku. Apa maksud dari surat ini? Siapa pengirimnya?
Rasanya merinding. Gue lihat sekeliling rumah gue, tapi gue nggak liat ada satu orang pun di sana. Gue masih positif thinking, mungkin ada orang iseng yang kirim surat ini.
Gue bawa surat itu ke dalam rumah. Gue tutup rapat pintu rumah gue. Surat itu gue simpan disebuah laci kecil.
Gue berjalan menuju dapur. Berencana memasak makanan untuk makan malam gue. Setelah selesai gue hidangkan masakan gue di atas meja makan dan langsung melahapnya dengan semangat.
Di saat gue sibuk melahap makanan gue, tiba-tiba Anike datang dan langsung duduk di depan gue. Raut wajahnya masih sama seperti tadi, terlihat ketakutan dan khawatir.
"Sonya, aku mohon jangan pergi ke sana. Di sana bahaya" ujar Anike.
"Lah? Pergi kemana? Memangnya ada apa?" tanya gue penasaran.
Belum sempat Anike menjawab, tiba-tiba terdengar nyaring bel rumah gue. Gue langsung bergegas buka pintu, sementara Anike pergi gitu aja.
Ting tong!!! Ting tong!!!
"Iya sebentar!"
Setelah gue buka pintunya ternyata itu temen-temen gue.
"Loh? Kalian? Kok tumben dateng ke sini?" tanya gue heran.
"Kita nggak di suruh masuk?" tanya Imanuel.
"Hehe....sorry. Silahkan masuk teman-temanku." ujar gue mempersilahkan mereka masuk.
"Makasih tuan rumah." jawab Richard
Gue nganter mereka ke ruang tengah. Kemudian mempersilahkan mereka duduk. "Silahkan duduk. Oh iya, tadi gue lagi makan, kalian mau sekalian makan?"
"Nggak usah, kita udah makan kok." jawab Reva.
Gue mengangguk.
"Kalian mau minum apa?" tanya gue.
"Apa aja. Es teh juga boleh." ucap Kevin.
"Oke, gue bikin sebentar ya."
Saat gue sibuk bikin minuman, tiba-tiba Anike datang. Dia berdiri tepat di samping gue. Memperhatikan gue yang lagi ngaduk es teh.
"Yang dateng itu.....teman-teman kamu?" tanya Anike.
Gue berdeham. "Iya, temen aku dari semenjak SMA, yang sering aku ceritain ke kamu."
Anike mengangguk. "Enak ya kalau punya sahabat. Aku dulu sama sekali nggak punya temen."
Gue merengutkan dahi. "Nggak punya temen? Kok bisa? Kamu kan baik."
Anike mengangkat kedua bahunya.
"Dulu aku tinggal di daerah yang sepi penduduk. Jadi, jarang ada anak-anak yang seumuran aku di sana. Sementara orang tua aku selalu sibuk dengan kerjaannya dan aku cuma di temenin sama pembantu aja. Sampai di suatu hari aku ngeliat pembantu itu lagi mencuri barang mama. Karena dia panik akhirnya aku dikunciin di gudang. Karena kehabisan napas dan terlalu lama di sikap akhirnya aku meninggal."
Raut wajah Anike berubah menjadi sedih.
"Jahat banget pembantu kamu. Terus nasib pembantu kamu gimana?" tanya gue penasaran.
"Saat orang tua aku di kabarkan kalau aku meninggal, mereka langsung pulang ke rumah. Tapi, pembantu aku di temukan meninggal gantung diri. Mungkin karena dia takut di penjara, jadi dia menghabisi nyawanya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Sebelah~👻 [SUDAH TERBIT] [ END ]
HororKisah tentang gadis indigo bernama lengkap Fiolina Sonya Caroline dan tujuh teman lainnya di Bandung. Perjalanan yang awalnya menyenangkan di Bandung berubah menjadi mencekam ketika mereka menemukan sebuah rahasia di balik Villa yang mereka tinggali...