Tepat setelah mereka pulang gue berniat untuk langsung pergi ke kamar. Tapi, tiba-tiba telepon rumah gue bunyi dan dengan sigap gue langsung angkat telfon itu.
"Halo?"
Tidak ada jawaban. Hanya suara aneh dan nggak jelas yang muncul.
"Halo? Ini siapa ya?" tanya gue sekali lagi.
Lagi-lagi nggak ada jawaban. Ini terakhir kalinya gue tanya.
"Halo? Ini siapa sih? Saya emosian loh!"
Suara itu muncul. Terdengar samar-samar seperti rintihan seseorang yang menangis dan suara napas yang berhembus.
"To...long aaa...ku...te...mukannn....aaa...kuu...da...tanggg...ke...siiiniii..."
"Ini siapa sih? Saya beneran emosi nih!"
Tepat setelah itu telfon itu terputus. Gue mencoba untuk menghubungkan telfon itu lagi, tapi nomornya tidak terdaftar. Aneh dan bikin gue penasaran sekaligus merinding.
"Nggak jelas banget yang nelfon. Gabut kali dih najis." gumam gue.
Dengan perasaan yang kesal, gue pergi ke kamar dan langsung merebahkan tubuh gue dengan santai.
Perlahan gue pejamkan mata hendak tertidur. Hampir aja gue dateng ke alam mimpi, tiba-tiba ponsel gue bunyi. Menampakkan sebuah pesan dengan nama 'Imanuel'
Imanuel
Udah tidur?Sonya
Belom. Kenapa?Imanuel
Gpp, cuma mau ngabarin kalau lusa kita berangkat ke Bandung.Sonya
Gue kan udah tau. Kan tadi Kevin udah bilang ke gue.Imanuel
Oh oke. Tidur.Sonya
Oke deh kapten! Night!Imanuel
OkeRead
Dasar manusia es. Aneh tapi lucu. Jelas-jelas dia tahu kalau tadi Kevin bilang ke gue kalau kita berangkat lusa. Terus sekarang kenapa dia bilang lagi?
Gue letakkan ponsel gue di atas laci. Gue mulai memejamkan mata. Berusaha memasuki alam mimpi.
Tok! Tok! Tok!
Ah sial! Apalagi ini? Kenapa sekarang suara jendela?
Dengan terpaksa gue bangkit dari kasur. Dengan rasa malas gue hampirin jendela. Gue liat sekeliling luar rumah gue. Gelap. Nggak ada siapa-siapa. Mungkin hanya suara dari ranting pohon.
Gue tutup jendela kamar gue dan merebahkan kembali tubuh gue. Mencoba berpikir sejenak dan tiba-tiba tersadar akan sesuatu.
Kamar gue terletak di lantai dua dan cukup tinggi. Dan nggak ada pohon di dekat jendela kamar gue. Itu artinya suara ketukan itu bukan dari manusia ataupun ranting pohon. Lalu, siapa yang mengetuk?
Saat gue sibuk berpikir, suara ketukan itu terdengar lagi. Gue tarik selimut gue yang tebal dan menyembunyikan wajah gue di balik selimut.
"Tolong jangan ganggu saya. Saya mau tidur!" ucap gue setengah berteriak dan suara itu menghilang.
***
Keesokan paginya gue bergegas menyiapkan sarapan seperti biasa. Sekitar 15 menit gue selesai sarapan dan langsung bersiap-siap pergi ke kampus.
Setelah semuanya siap gue langsung keluar. Hari ini gue berencana untuk pergi ke kampus menggunakan motor gue. Tapi, saat gue baru keluar dari rumah, ternyata ada Richard di sana. Berdiri sendirian dengan tas di punggungnya.
"Morning Sonya..." sapa Richard.
"Richard? Ngapain lo di sini?" tanya gue heran.
Richard menunjukkan kunci mobilnya. "Mau jemput lo."
Gue merengutkan dahi. "Tumben."
"Udah ayo cepet masuk mobil gue. Nanti keburu telat." ujar Richard.
Dengan ragu gue masuk ke dalam mobil Richard dan nggak lama kemudian Richard melajukan mobilnya.
Sesampainya di kampus, gue dan Richard bergegas menuju kelas. Ternyata temen-temen gue udah pada dateng dan berkumpul di sana. Mumpung dosen belum datang, gue dan temen-temen gue memanfaatkan waktu untuk membuat rencana untuk keberangkatan ke Bandung besok.
"Besok kita berangkat pagi?" tanya Alex.
"Kayaknya emang lebih baik pagi, jadi sesampainya di Bandung nggak malem." jawab Reva.
"Kaluan bawa barang yang penting aja ya, yang nggak penting jangan di bawa." ujar Sella.
"Rencananya udah deal ya? Jangan ada yang protes." tegas Imanuel.
"Kemera jangan sampai lupa." ucap Luna ke gue.
Gue mengangguk. "Siap!"
"Tadi pagi dosen ngehubungin gue, kalau di sana kita melaksanakan tugas selama lima hari dan dua hari untuk liburan." ucap Richard.
"Serius?" tanya Alex bersemangat.
Richard mengangguk.
"Yang kayak gini nih gue suka." ucap Alex dengan wajah sumringah.
Tak lama dari itu dosen pun memasuki kelas dan jam kuliah pun di mulai.
***
Jam pulang kampus tiba. Gue dan temen-temen gue berjalan menuju parkiran. Belum sempat sampai di sana, tiba-tiba ponsel gue berdering. Menunjukkan sebuah nomor yang tak di kenal.
"Halo?"
Tidak ada jawaban.
"Halo? Ini siapa?"
Gue menunggu jawaban dari telfon itu untuk beberapa menit, tapi tak ada jawaban sama sekali. Dengan rasa kesal gue matiin telfon itu.
"Siapa yang nelfon?" tanya Reva.
Gue mengangkat kedua bahu. "Nggak tau. Dari kemarin ada yang telfon, tapi giliran gue angkat nggak ada jawaban." jawab gue
"Mungkin orang iseng." ucap Reva menenangkan.
Gue mengangguk setuju.
"Ya udah ayo pulang. Gue ikut lo ya, gue nggak mau bareng Richard." ucap gue sambil berbisik.
Reva yang mengerti maksud gue memberi tanda oke pada tangannya.
"Oke."
***
Halo....Gimana bagus nggak ceritanya?
Maaf juga baru up, soalnya kemaren gue bingung banget mau nulis apa.
Tapi, jangan bosen-bosen ya baca Wattpad gue. Jangan lupa vote dan komennya juga ditunggu!!!
Kalau begitu sampai jumpa minggu depan!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Sebelah~👻 [SUDAH TERBIT] [ END ]
TerrorKisah tentang gadis indigo bernama lengkap Fiolina Sonya Caroline dan tujuh teman lainnya di Bandung. Perjalanan yang awalnya menyenangkan di Bandung berubah menjadi mencekam ketika mereka menemukan sebuah rahasia di balik Villa yang mereka tinggali...