"Arrgghh!!!" gue sedikit berteriak.
"Sonya!" terdengar suara Reva yang khawatir.
Tapi, bayangan itu masih muncul. "Arggghh!!!! Sakit! Pergi!!!" gumam gue.
"Sonya! Sadar, Son!!! Sonya!!" suara Reva terdengar semakin khawatir.
Tubuh gue bergetar. Sekujur tubuh gue merasa merinding dan semua temen-temen gue panik.
"Emm...itu! Tolong ambilin air! Campur garam!" ujar Reva dengan panik.
"Hah? Bu-buat apa?" tanya Alex.
"Nyirem lo!" jawab Reva dengan emosi. "Udah sih ambilin aja cepet!"
Dengan tergesa Richard pergi ke dapur dan mengambil air dengan campuran garam. Ia langsung memberikan air itu kepada Reva. Dengan perlahan Reva menyipratkan air garam itu ke tubuh gue sambil membaca doa. Tak lama kemudian gue mulai tersadar. Bayangan itu mulai menghilang.
"Ughh!!! Gue...kenapa?" tanya gue pelan.
Kepala gue rasanya sakit. Mata gue pun terasa berat.
"Lo tadi sempet teriak-teriak kayak orang kesurupan." jawab Reva.
"Ughh!!! Sakit...." keluh gue sambil memegang kepala.
"Lo kenapa sih?" tanya Reva.
Gue nggak langsung menjawab. Gue melirik kamar yang ada di samping gue. Yap, kamar kosong itu.
"Nggak tahu. Rasanya aneh dan...gelisah. Kamar itu...ughh!!!" belum selesai gue menjelaskan, sakit kepala gue mulai menyerang lebih berat.
"Udah-udah. Lo mending istirahat aja, kayaknya lo kecapean." ujar Richard.
"Biar gue anter." ucap Imanuel dan langsung membopong tubuh gue ke kamar. Ah sial. Laki-laki satu ini terlalu pandai membuat jantung berdetak.
"Terus aja. Ambil aja semua kesempatan." oceh Richard.
Sesampainya di kamar, Reva nyuruh gue tidur. Awalnya gue nolak karena harus ngerapihin barang-barang gue, tapi Reva maksa. Akhirnya gue memutuskan untuk tidur. Sementara barang-barang gue diberesin sama Reva.
Pukul 13.35 gue terbangun. Reva ada di samping gue gue dan lagi memainkan ponselnya. Rambutnya basah, sepertinya dia abis mandi.
Gue bergegas turun ke bawah untuk mandi. Setelah selesai mandi gue pergi ke ruang tengah, dimana temen-temen gue berkumpul.
"Mau makan apa?" tanya gue.
"Terserah deh, yang penting bisa makan." jawab Alex.
"Tadi di kulkas gue liat ada ayam potong. Bikin ayam goreng aja ya?" tanya gue.
"Boleh tuh." jawab Luna.
Gue, Reva, Luna, dan Sella pergi ke dapur. Kita menyiapkan masakan yang akan kita makan. Sementara Imanuel, Richard, Alex, dan Kevin membuat minuman.
Setelah semuanya siap, kita duduk di meja makan dan langsung melahap ayam goreng itu dengan lahap.
"Enyak!" ucap Alex yang masih mengubah ayam goreng.
"Telen dulu!" balas Reva.
Setelah selesai makan kita merasakan bekas makanan tadi. Setelah semuanya selesai kita kembali berkumpul di ruang tengah untuk menonton tv. Menonton acara favorit kita sedari SMA.
Tak terasa jam menunjukkan pukul 21.00. Kita semua harus pergi tidur karena besok kita sudah mulai penyuluhan. Dan kita tidak boleh sampai kesiangan.
Semuanya sudah pergi ke kamarnya masing-masing, sementara gue pergi ke kamar mandi. Suatu kebiasaan yang gue lakuin sebelum tidur adalah buang air kecil.
Setelah selesai buang air kecil, gue bergegas menuju tangga. Belum sampai di tangga, gue mendengar suara aneh.
"Hihihi.....hihihihi....."
Suara seseorang yang tertawa. Gue mendengar suara itu dengan jelas dan sudah di pastikan kalau itu bukan suara temen-temen gue. Awalnya gue mengiraukan suara itu, namun semakin dekat dengan tangga suara itu semakin terdengar jelas.
Saat sampai di samping tangga, ekor mata gue melihat ada sesuatu yang berdiri di sana. Dengan perlahan gue mendongakkan kepala dan gue melihat 'dia' di sana. Menatap gue dengan dingin.
Jantung gue seketika seperti berhenti. Melihat hal yang orang lain tak bisa lihat.
***
Halo....para readers!!!
Maafkan author karena hari ini ceritanya pendek.
Seperti biasanya, author selalu tanya, gimana bagus nggak ceritanya? Fotonya juga nggak ada serem serem nya hihihi...
Author nyari fotonya nggak serem. Sebenernya author juga agak takut nyari fotonya hihihi
Lain kali author bakalan nyari yang serem kok, Insyaallah hihi
Seperti biasa, jangan lupa vote and komentarnya oke?
Sampai jumpa minggu depan!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Sebelah~👻 [SUDAH TERBIT] [ END ]
TerrorKisah tentang gadis indigo bernama lengkap Fiolina Sonya Caroline dan tujuh teman lainnya di Bandung. Perjalanan yang awalnya menyenangkan di Bandung berubah menjadi mencekam ketika mereka menemukan sebuah rahasia di balik Villa yang mereka tinggali...