04

101 11 6
                                    

Author POV

"Nanti kalau Kakak pulang, beliin Shabby oleh-oleh ya, Kak."

Ucap Adiknya Stephen sambil memeluk Stephen di bandara. Stephen pun membungkukkan badan untuk balas memeluk sang Adik yang masih bertubuh mungil tersebut.

"Iya, Shabby, kamu di rumah jangan nakal lagi, yah, kalau bisa bantuin Mama."

"Iya, Kak." Jawab Shabby melepas pelukan kakakknya.

"Kakak pergi dulu yah, Shabby." Ucap Stephen malah mencubit pipi sang Adik. "Aw! Sakit!" Kata Shabby cemberut. Stephen pun terkekeh.

"Kakak bakal rindu sama pipi chubby kamu ini."

Stephen lagi-lagi mencubit pipi Adiknya, namun kali ini lebih pelan, jadi tak membuat sang Adik kesakitan.

"Kalau gitu Kakak di sini aja, biar bisa nyubit pipi Shabby terus."

Kata Shabby nyengir, Stephen dan Mamanya pun tertawa.

"Udah pintar kamu yah, tapi Kakak harus pergi." Jawab Stephen.

"Stephen, nanti kalau kamu sudah sampai di Brazil, jangan lupa telepon Mama sama nenekmu yah."

"Baik, Ma. Aku pergi dulu."

Kata Stephen mencium tangan Mamanya. Kemudian Shabby yang juga ikut mencium tangan sang kakak.

"Da-da, Shabby."

Ucap Stephen melambaikan tangan kepada Adik serta Mamanya lalu pergi menuju pesawat.

*******

"Stephen, kan?"

Tanya seseorang yang ada di belakang Stephen saat ia mau duduk di kursinya. Stephen pun secara otomatis langsung menoleh ke belakang.

"Halsey?" Ucapnya bingung. "Kau mau ke Brazil?"

"Ya, tentu saja, hari ini kan jadwal penerbanganku pulang ke Brazil."

Jawabnya duduk di samping Stephen. Gadis itu kali ini benar-benar berbeda dengan gadis yang ia temui sebelumnya.

Tak ada headset atau bahkan buku di tangannya. Yang ada di tangannya hanya peta serta diary yang mungkin telah dikembalikan Zadnitsa ke Halsey.

"Jadi kau orang Brazil?"

"Iya. Ngomong-ngomong, makasih ya, sudah menyelamatkan diary-ku."

Ucap Halsey sambil memegang diary serta petanya. Lalu ia menyelipkan peta tersebut ke dalam diary.

"Sama-sama." Jawab Stephen.

Jika aku kembali ke Florida, akan kubunuh kau pantat keledai. Batin Stephen, sebab si Zadnitsa telah memberi berita palsu.

"Permisi, apa kau Prof. Dr. Halsey Madison?" Ucap seseorang menghampiri Halsey.

Stephen mematung mendengar perkataan perempuan itu. Dia menyebut nama Halsey dengan gelar Profesor dan juga Doktor.

"Ya." Jawab Halsey.

Berarti Halsey memang Profesor sekaligus Doktor dong?

"Ya tuhan, merupakan sebuah kehormatan bisa bertemu denganmu di sini, profesor, perkenalkan nama saya Dr. Nicola, saya telah melihat beberapa penemuanmu di Brazil, dan harus saya akui kalau itu sangat luar biasa." Gumam Nicola menjabat tangan Halsey.

Stephen tambah bingung mendengar percakapan tak masuk akal antara dua perempuan itu.

Penemuan? Penemuan apa?

Hey Stephen! - [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang