05

75 10 3
                                    

Author POV

"Rupanya kalian telah bangun,"

Ucap seorang wanita nan memakai seragam serba putih nan tengah duduk di depan Stephen dan Halsey.

"Kau siapa? Maksudku, kalian siapa? Kita di mana? Dan, mana yang lain?"

Tanya Stephen panik. Sedangkan Halsey masih terguncang dan belum siap bicara.

"Selamat datang di istana pimpinan Holocautus, tuan, perkenalkan nama saya Volo dan dia Cagla, kami adalah pemandu kalian."

Kata pria yang memakai seragam putih nan sama dengan Cagla dengan nada suara yang ramah.

"Holocautus? Baru kudengar ada nama tempat seperti itu, bisakah Anda memberikan jawaban yang lebih spesifik?"

"Holocautus terletak di bumi, Tuan." Jawab gadis itu.

"Bumi? Kami ada di tahun berapa?" Tanya Stephen.

"17 Agustus di Era Baru, Tuan."

"Era Baru? Maksud Anda? Saya tadi menanyakan tahun,"

"Kami tidak memakai sistem tahun lagi, Tuan, kami hanya menggunakan Era Baru dan Lama."

"Saya juga berasal dari bumi, tapi-"

"Holocautus memang terletak di bumi, tuan, namun berbeda dimensi dengan tempat asal Anda."

Stephen langsung mengerutkan kening, bingung dengan apa yang berusaha dijelaskan oleh perempuan itu.

"Ke mana yang lain?"

"Mereka masih ada dalam ruangan medis, tuan."

Tiba-tiba Stephen merasa ada sesuatu yang janggal di telinganya, ia pun langsung menyentuh telinganya dan sontak menemukam alat semacam headset tanpa kabel.

"Ini untuk apa?" Tanya Stephen.

"Itu adalah VL, tuan, VL adalah penerjemah universal, jadi saat kami berbicara dalam bahasa kami, Anda akan mendengarnya dalam bahasa anda, sedangkan saat anda berbicara dalam bahasa Anda, kami juga akan mendengarnya dalam bahasa kami."

"Bagaimana cara kami pulang?"

Kali ini Halsey yang bertanya.

"Maaf. Jika kalian telah masuk ke dalam dimensi ini, kalian tidak bisa kembali lagi, Nona."

"Kau bercanda? Kami masih punya keluarga yang tentu mengkhawatirkan kami!" Bentak Halsey.

"Kalian sendiri yang memilih untuk memasuki area segitiga bermuda, bukan kami, jadi jangan salahkan kami."—"Sekarang ikuti kami, pimpinan kami ingin bertemu dengan kalian."

"Astaga, pesawat kami mengalami kesalahan jalur, nyonya, jika pesawat yang kami tumpangi baik-baik saja, kami juga tidak sudi memasuki tempat terkutuk ini!"

"Terserah kalian, jika kalian ingin tetap bertahan hidup, silahkan ikuti kami, tetapi jika kalian ingin mempertahankan ego serta keanehan kalian, maka biarkan diri kalian membusuk seorang diri di sini."

Ucap Cagla sambil mengajak Volo keluar dari ruangan mereka.

"Kau pikir kami akan senang tinggal di sini?!" Bentak Halsey.

"Terserah."

Jawab Cagla keluar. Halsey pun meneruskan ocehannya.

"Dia pikir dia siapa? Menahan-nahan kita di tempat begini. Aku harus menyelesaikan penelitianku di—"

"Halsey, sudahlah, percuma, lebih baik kita ikuti saja mereka dulu."

Dengan ekspresi yang luar biasa kesal, Halsey terpaksa mengikuti perkataan Stephen.

Selagi berjalan, Volo berusaha menjajari jalan Stephen sambil membisikkan sesuatu ke telinganya.

"Stephen, karena kau sedang berada di dimensi yang berbeda, jadi jangan terkejut ketika mengetahui 99.9% orang yang tinggal di sini adalah alien. Bentuk mereka memang aneh, tetapi kau akan terbiasa."

Bisik Volo. Stephen sontak terkejut. Dia kehabisan kata-kata hingga ia hanya bisa mengangguk sambil mematung.

Jika Volo membisikkan ini kepada Halsey, dia pasti akan langsung histeris. []
.
.

Part ini kependekan yak? Mohon maaf, diriku kekurangan inspirasi 🙏
.
.

Hey Stephen! - [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang