07

61 9 4
                                    

Author POV

Stephen mendapatkan kamar yang letaknya berdekatan dengan kamar serta laboratorium-nya Halsey.

Sesuai permintaannya, kamar Halsey letaknya berdekatan dengan laboratorium.

Stephen pun membuka pintu laboratorium tersebut dan melihat Halsey sedang mengerjakan sesuatu sambil menggunakan kacamata lab, masker, jas lab, serta sarung tangan karet.

Ia tengah mencampurkan sejumlah zat kimia. Sedangkan wajahnya dikelilingi oleh kepulan asap.

"Permisi." Ucapnya. "Apa aku mengganggu?"

"Oh Stephen? Silahkan masuk."

Kata Halsey tersadar akan kehadiran Stephen dan lalu membuka kacamata lab serta sarung tangannya.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Melanjutkan eksperimenku yang tertunda," Jawab Halsey.

"Omong-omong, semua peralatan lab ini mengingatkanku pada masa SMA-ku." Kata Stephen terkekeh melihat semua benda-benda lab di atas meja.

"Maksudmu?"

"Dulu aku pernah hampir menghancurkan lab di sekolahku." Jawab Stephen nyengir.

"Karena jurusan kuliahmu hukum, aku kira kau dulunya anak IPS,"

"Dulu aku memang anak IPS."

"Lalu bagaimana bisa kau hampir menghancurkan lab?"

"Waktu itu aku punya kasus dengan guru BK, sebagai hukuman, guru itu memintaku agar membuat sebuah eksperimen di labor,"

"Memangnya sudah kau kasih tahu kalau kau itu anak IPS?" Sambungnya.

"Sudah, tapi dia gak mau tahu,"

"Guru BK-mu dulu pasti bodoh." Halsey  terkekeh. "Trus akhirnya gimana?"

"Akhirnya yah, belasan peralatan labor itu meledak karena aku memasukkan setiap cairan kimia yang aku lihat, lagian, guru BK nya bego sih, anak IPS disuruh masuk ke labor anak IPA, ya mana tau."

"Trus nggak ketahuan gitu, sama guru BK-nya?"

"Hampir ketahuan, awalnya aku mau kabur, eh si anak IPA malah muncul. Mereka janji nggak ngaduin aku kalau aku bikinin tugas Sejarah Wajib mereka."

"Jadi akhirnya kamu bikinin?"

"Ya nggak lah, aku suruh orang lain yang bikinin. Hebat kan. Aku disuruh orang, habis itu aku suruh juga orang lain." Stephen nyengir.

"Berarti waktu SMA kau termasuk murid nakal dong," Jawab Halsey terkekeh.

"Iya, aku berubah waktu mulai kuliah, istilahnya dapat pencahayaan." Kata Stephen kembali duduk di kursi lab sebelah Halsey.

"Stephen, aku punya tugas untukmu." Bisik Halsey secara tiba-tiba.

"Apa?"

"Bisakah kau mengambil sehelai rambutnya Lode? Aku butuh DNA-nya."

"Rambutnya Lode? Kau bercanda? Cagla akan membunuh kita jika dia tahu!"—"Dan kau juga pasti tahu kalau aku ... sedikit tidak suka pada Lode."

"Stephen, ini masalah serius. Kita telah sampai serta terjebak di sini dan kita tidak tahu bagaimana cara pulang. Dengan sehelai rambutnya Lode mungkin kita bisa pulang, Stephen. Aku mohon."

"Dengan sehelai rambut? Maksudmu? Kau bercanda?"

"Ceritanya panjang dan ... juga rahasia."

"Jika itu rahasia. Maka katakan selamat tinggal kepada rambut Lode."

Ucap Stephen sambil tersenyum sadis. Tetapi Halsey membalasnya dengan satu anggukan. Ia pun tersenyum dan kembali bicara.

"Baiklah. Kau ingin tahu alasan aku datang ke Florida kemarin?"

"Ya, karena ada eksperimen rahasia yang bla bla bla." Jawab Stephen blak-blakan.

"Ya. Namun alasan yang lebih tepat adalah karena aku dan seluruh Profesor hebat di dunia diundang ke sebuah lab di Florida untuk melakukan sebuah eksperimen tentang bagaimana cara pembuatan serum yang bisa mengendalikan pikiran orang-orang."

"Serum yang bisa mengendalikan pikiran orang-orang?"

"Ya. Berbahaya, bukan? Karena itulah eksperimen ini rahasia. Kau harus berjanji akan merahasiakan ini dari semua orang."

Stephen pun menelan ludah sambil mengangguk kecil. Pantas saja Halsey berusaha menyembunyikan identitasnya.

Jika eksperimen tersebut diketahui oleh banyak orang, bisa jadi setidaknya satu dari banyak orang itu menyalah gunakan serum tersebut.

"Jadi apa serum itu telah selesai dibuat?"

"Belum. Mr. Kirsch memintaku membawanya ke Brazil dan melanjutkan racikan serumnya sendiri."

"Jadi itulah alasannya kau meminta lab sebesar dan selengkap ini kepada Lode? Dan eksperimen itu kah nan tengah kau kerjakan dari tadi?"

Sekarang Stephen lebih terdengar seperti wartawan.

"Ya. Aku hampir menyelesaikan serum itu. Aku tidak tahu apakah eksperimen ini akan berhasil atau tidak, tapi Mr. Kirsch memintaku untuk mempresentasikannya sebelum digunakan. Aku berencana nanti akan menyuntikkannya kepada Lode agar ia bisa menunjukkan kita bagaimana cara pulang."–"Tetapi supaya serum itu bekerja pada Lode, kita memerlukan tiga sempelnya, yang pertama rambut, serta air matanya Lode."

"Tapi ... Lode kan tidak punya rambut." Kata Stephen tiba-tiba mengingat kepala Lode yang botak licin. Serta tubuhnya yang mulus tanpa adanya bulu.

"Astaga. Bagaimana aku bisa lupa? Kalau begitu berarti kau memiliki tugas yang lebih berat."

"Apa?"

"Cari setetes darahnya Lode."—"Aku akan meminta Lode untuk memberikan sidik jarinya."

"Bagaimana dengan air mata?" Tanya Stephen.

"Yah, itulah yang masih kupikirkan karena itu adalah tugas yang paling berat."

"Tidak selama kita memiliki bawang." Jawab Stephen nyengir.

"Jangan konyol, Stephen. Air mata yang kita butuhkan adalah air mata kesedihan."

Tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu lab-nya Halsey. Mereka pun langsung terdiam. Ternyata yang masuk adalah Volo dan Cagla.

"Halsey, Stephen, dihari pertama kalian di Holocautus, Lode meminta saya untuk membawa kalian mengelilingi kota Holocasta. Jadi kalian ikuti kami sekarang juga." Gumam Cagla.

"Holocasta itu di mana?"

"Holocasta adalah ibu kota dari Holocautus. Jangan lupa pakai VL supaya kalian bisa berkomunukasi dengan yang lain."

"Sudah ku kenakan dari tadi." Jawab Stephen spontan.

"Bagaimana dengan mu, Halsey?" Tanya Cagla.

"Sama." Singkatnya.

"Ya sudah, ikuti kami." Mereka pun mengangguk, berdiri dan lalu mengikuti langkah Volo serta Cagla.

Untuk menuju lift, mereka melalui Begitu banyak koridor.

"Stephen, Halsey, ada yang ingin aku tanyakan pada kalian."

Bisik Cagla ketika tengah menyusuri koridor-koridor tersebut.

"Apa?" Tanya Halsey penasaran.

"Tapi tidak di sini. Kita harus keluar dari tempat ini terlebih dahulu." []

Hey Stephen! - [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang