Sekalipun perasaan benci sudah melingkupi hati..
Apalah daya cinta yang terlanjur dipungkiri..
•
•Naruto, anak kecil itu terlihat sibuk menonton acara tv kesukaannya, apalagi kalau bukan kartun anak-anak? Anak itu nampak sesekali mengikuti gaya tokoh kartun kesukaannya dengan antusias.
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu membuat anak kecil itu menghentikan aksinya sesaat.
'Apa itu Tousan?'
Anak kecil itu melangkah mendekat ke arah pintu depan, namun perasaan bingung itu membuat anak kecil itu terlihat agak ragu untuk melangkahkan kakinya ke sana.
Anak itu menghentikan langkahnya saat ia sudah sampai di depan pintu asal suara tadi berasal. Dibukanya pintu kayu itu perlahan, setelah terbuka sempurna, barulah ia bisa melihat sosok berambut merah yang kini tengah berdiri di depannya saat ini.
"Um, Nii-san siapa ya?" anak kecl itu bertanya sambil memiringkan kepalanya. Bingung.
"Ano, apa Deidara ada di dalam?" pria berambut merah itu balik bertanya, mengabaikan pertanyaan yan sebelumnya terlontar untuknya tadi.
"Ada. Memangnya Nii-san ini siapa?" anak kecil itu menjawabnya, namun ia juga kembali memberikan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya.
Pria itu tersenyum kecil, "Aku Sasori. Teman Nii-sanmu," sedangkan anak kecil itu hanya menanggapinya dengan anggukan yang disertai dengan gumaman 'oh' yang cukup panjang.
"Baiklah. Nii-san tunggu saja dulu di sini! Aku akan memanggilkan Dei-nii sebentar." Anak kecil itu kemudian pergi meninggalkan pria yang bernama Sasori tadi sendirian di depan rumah, tanpa menawarinya untuk sekedar masuk dan duduk di dalam.
'Huh, adik dan kakak sama saja.'
Naruto, anak kecil itu melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar kakaknya, Deidara. Anak itu langsung menerobos masuk ke dalam kamar saat dilihatnya bahwa pintu kamar milik kakaknya itu sama sekali tidak tertutup. Naruto melangkahkan kakinya perlahan mendekati kakaknya, kakaknya itu tampak sedang duduk di atas karpet berwarna merah dengan tangan yang tengah menggenggam ponsel.
'Dei-nii sedang apa?'
"Dei-nii? Dei-nii sedang apa?" Naruto kecil itu bertanya dengan nada bingung saat ia mendapati kakaknya tengah fokus menatap sesuatu yang terpampang pada layar ponselnya.
"Ah, Naru! Kau mengagetkanku. Ah, ini, aku sedang mencari boneka yang akan kupajang di kamarmu. Bagaimana? Kau suka tidak?"
"Wah, benakah?! Tentu saja aku menyukainya!" Naruto tersenyum kegirangan saat mendengar kata 'boneka' dari kakaknya itu.
Deidara nampak tersenyum senang saat melihat reaksi adiknya yang antusias, tangannya kini tengah mengelus surai pirang milik adiknya itu, "Syukurlah kalau kau menyukainya,"
Naruto tiba-tiba saja terdiam, ia terlihat seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Ah, ya, tadi ada teman Nii-chan di depan. Namanya kalau tidak salah itu Saso, Sasu, Sari―
"―Sasori?" Deidara memotong ucapan dari Naruto yang sedari tadi salah mengeja nama temannya.
"Ah, ya! Itu yang kumaksud, hehe, gomen, kak." Naruto mengucapkannya disertai dengan cengiran lebarnya saat ia menyadari kesalahannya tadi.
"Ya, tak masalah."
Saat keadaan sedang hening, entah karena apa kakaknya itu tiba-tiba saja tersentak, melempar ponselnya asal ke arah kasur dan segera berlalu pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories
Hayran KurguBalas dendam yang berakhir dengan air mata dan penyesalan yang mendalam. Balas dendam yang didasari oleh rasa benci, rasa benci yang menutupi segalanya, termasuk- -rasa cinta. #SunMoonChallenge