HON 02: Tetangga Seberang

449 102 23
                                    

-


"Ead! Cepet sini! Bagiin makanan ke tetangga gih!" Calandra sibuk memasukan beberapa jamuan ke dalam paper bag, ia nampak kelimpungan sendiri.

"Kak Jo, bantuin kak Ead." ucap Calantha yang sedang memanaskan beberapa makanan yang sudah mulai dingin.

Jourell datang lengkap dengan handuk di lehernya, "Kenapa gak besok pagi aja sih dek anter-anternya?"

"Keburu basi makanannya."

"Eitsss, ada makanan nih. Bagi satu dong." Eaddie yang hanya mengenakan kaus singlet mencomot kue lapis yang sedang di potong Calandra.

"Bau banget sih lo! Mana gak pake baju lagi." omel Calandra sambil memukul tangan Eaddie yang dengan entengnya mengambil kue lapis yang belum selesai dipotong, bentuknya jadi tidak simetris sekarang.

"Gerah banget. Gak kuat gue." Eaddie berjalan mendekati adik kembarnya yang lebih kalem, "Dek kalo masak rambutnya diiket dong."

Lalu ia mengikat rambut adiknya dengan gelang elastis yang ia pakai. "Nah gini kan cantik, gak kayak yang itu tu."

"Ngelunjak ya lo!"

Jourell masih betah menikmati drama keluarga ini, bahkan ia sudah menghabiskan dua bungkus keripik singkong, "Hajar terus dek, jangan kasih ampun."

Calantha mendengus, niatnya ingin segera selesai dan pergi tidur. Malah menjadi runyam karena keributan yang dibuat oleh kembaran dan kakak tertuanya.

Brak

"Aku aja yang nganterin." Calantha buru-buru melepas celemeknya, dan menyambar hoodie oversized miliknya yang tergeletak di sofa jangan lupakan paper bag dengan ukuran yang cukup besar di tangan kanannya.

"Eh dek kakak aja yang anter sini." Jourell menawarkan diri, ia tahu adiknya itu sudah sangat lelah sedari di perjalanan tadi.

Calantha merapikan penampilannya sebentar di cermin besar yang berada di ruang tamu, "Gak usah, kakak urus dua orang itu aja. Jangan sampai rumah ini di buat hancur."

Brakkk

"HATI-HATI DEK!"

Seketika keluar dari rumahnya Calantha langsung mengeratkan hoodienya, suasana di lingkungan barunya ini tergolong sepi, sangat sepi bahkan. Penerangannya begitu minim, di kelilingi pohon-pohon rindang serta hawa dingin yang menusuk membuat susana di sini semakin terkesan mencekam.

"Duh udah pada dimatiin lagi lampunya. Kasih ke tetangga depan aja apa ya? Sisanya aku masakin besok pagi." Calantha bergegas menyebrangi rumah bercat dominasi hitam itu, ia tidak mengerti konsep apa yang ingin di tunjukan oleh pemilik rumah ini.

Ia menatap takut-takut bangunan rumah ini, dari luarnya saja sudah menakutkan.

"Duh ketuk gak ya?" Calantha jadi parno sendiri, tapi mau bagaimana lagi dari sepanjang rumah di sini hanya lampu pemilik rumah inilah satu-satunya yang masih menyala.

Tok tok tok

"Permisi!"

Beberapa detik berselang, Calantha memutuskan untuk mengetuk pintunya lebih keras lagi, "Permisi!"

HellO NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang